Membahas segala hal yang berbau dengan cerita seseorang usai pulang kampung ke halamannya memang sangat menarik. Karena biasanya akan disajikan cerita yang dramatis. Membuat kita tertarik untuk menyimaknya lebih dalam bagaimana alur ceritanya. Namun, di sisi lain kita juga harus mampu mengambil hikmah dari novel tersebut.
Salah satunya novel yang membahas cerita orang yang pulang kampung usai dalam perantauan adalah buku yang berjudul ‘Anak Rantau’. Novel tersebut menceritakan sebuah perjalanan hidup yang dialami oleh seorang anak yang bernama kecil yang bernama Hepi. Dalam buku diceritakan, ia adalah anak yang masih duduk di bangku SMP. Ia sejak kecil memang sudah hidup tanpa kasih sayang seorang ibu. Ibunya meninggal dunia. Hepi hidup bersama ayahnya yang bernama Martiaz dan kakaknya yang bernama Dora.
Dikisahkan dalam buku Anak Rantau, Hepi adalah anak yang bandel. Ia sering bolos pelajaran, dan lebih suka bermain yang menantang adrenalin. Hampir mirip dengan anak seusianya. Saat hari penerimaan rapot datang, Martiaz sebagai ayah Hepi dibuat terkejut ketika melihat rapot sang anak kosong. Berangkat dari kejadian itu,Martiaz memutuskan untuk pulang kampung bersama anaknya Hepi ke daerah asalnya yaitu: Minang.
Keputusan yang diambil ayahnya membuat Hepi senang, karena keinginannya pulang kampung akhirnya dapat terwujud. Di kampung halaman, mereka berdua tinggal bersama ayah dan ibu Martiaz: Datuk Marajo dan Nenek Salisah. Kedua manula itu sudah rindu dengan anak dan cucunya.
Namun kerinduan kakek dan nenek itu hanya berlangsunh sesaat, sebab Martiaz hanya tinggal beberapa minggu di kampung tersebut. Setelah itu Martiaz beranjak lagi ke Jakarta untuk merantau kembali. Sedangkan Hepi disuruh tinggal di kampung agar ia sekolah di kampung saja. Sebagai konsekuensi atas rapotnya yang kosong.
Di kampung, Hepi mempunyai teman karib yang selalu menemani kesehariannya dalam bermain yaitu Attar dan Zen. Mereka bertiga ibarat 3 bersaudara, merasakan susah senang bersama. Akan tetapi, kerinduan Hepi terhadap ibukota negara, belum hilang. Karenanya, selama di kampung halamannya, Hepi terus berusaha mencari uang untuk membeli tiket ke Jakarta.
Hepi sempat mencari uang di Lapak Mak Tuo Ros, sebagai seorang pelayan. Ia juga pernah bekerja menjadi kurir barang dari seorang pemuda bernama Lennon. Pada saat musim durian Hepi juga berjualan durian untuk mempercepat terkumpulnya uang. Terkadang ia rela menyisihkan uang jajannya juga.
Untuk mempercepat terkumpulnya uang. Hepi mencari sosok yang bernama Pandeka Luko yang konon mempunyai mesin pencetak uang. Diceritakan, Pandeka Luko adalah sosok misterius dan sangat ditakuti banyak orang di kampung. Akan tetapi, Hepi memberanikan diri untuk menemuinya. Keinginannya untuk bertemu akhirnya terwujud, tetapi tidak untuk mesin pencetak uang. Pandeka Luko mengatakan, bahwa ia tidak memiliki mesinnya.
Hampir 3 tahun Hepi di Jakarta, tetapi impiannya untuk kembali ke daerah tersebut tidak kunjung terwujud. Di sisi lain, Hepi juga sudah mendekati kelulusan sekolah. Di luar dugaan, saat kelulusan Hepi tiba, ayahnya pulang dari perantauannya di Jakarta untuk menghadiri kelulusan Hepi. Keduanya tampak senang pada momen tersebut. Hepi berhasil membuat bangga ayahnya, kakeknya, dan sekolahnya.
Syahdan, cerita yang mengisahkan Hepi dalam buku Anak Rantau membuat kita sadar betapa pentingnya peran orang tua. Hepi saat di Jakarta kurang mendapatkan didikan dari orang tua, sedangkan saat di Minang, dia mendapatkan didikan yang intens dari kakek dan neneknya. Di sisi lain, anak seusia Hepi juga harus diberi kekebasan dalam menjangkau lingkungan sekitar. Artinya jangan sampai terlalu dikekang.
Dengan membaca buku Anak Rantau kita bisa dengan mudah memahami perilaku yang dilalukan oleh anak kecil. Alur yang disusun oleh penulis menarik untuk disimak hingga selesei, bahasa yang digunakan juga mudah untuk dipahami, sehingga menjadikn sebuah inspirasi yang menarik bagi pembaca.
- Judul: Anak Rantau
- Penulis: Ahmad Fuadi
- Penerbit: Falcon
- Cetakan: Cetakan Pertama, Juli 2017
- Halaman: 382 Halaman
- Ukuran: 14 x 20,5 cm
- ISBN: 9786026051493
Baca Juga
-
Ulasan Buku Aidit Dua Wajah Dipa Nusantara, Kisah tentang Pemimpin Senior PKI
-
Ulasan Buku Wiji Thukul Teka-teki Orang Hilang, Aktivis Era Orba, Korban Penghilangan Paksa
-
Ulasan Buku Catatan Seorang Demonstran, Cerita Pemuda Idealis yang Kesepian
-
Ulasan Buku Biografi Gus Dur, Cerita Perjalanan Presiden Keempat Indonesia
-
Ulasan Buku Filosofi Teras, Mengajarkan Hidup agar Tidak Banyak Masalah
Artikel Terkait
-
Berani Menceritakan Kembali Hasil Bacaan dalam Buku Festival Buku Favorit
-
Ulasan Buku Apakah Aku yang Biasa-Biasa Ini Bisa Berbuat Hebat Karya Miftahuddin
-
Kisah Haru Para Pendidik Demi Mencerdaskan Generasi Bangsa dalam Guru Cinta
-
Ucapan Hari Guru dari Anak SD yang Menyentuh Hati
-
Ulasan Buku Hidup Damai Tanpa Insecure, Belajar Mencintai Diri Sendiri
Ulasan
-
Berani Menceritakan Kembali Hasil Bacaan dalam Buku Festival Buku Favorit
-
Ulasan Buku Apakah Aku yang Biasa-Biasa Ini Bisa Berbuat Hebat Karya Miftahuddin
-
Bittersweet Marriage: Jodoh Jalur Hutang, 'Sampai Hutang Memisahkan Kita!'
-
Kisah Haru Para Pendidik Demi Mencerdaskan Generasi Bangsa dalam Guru Cinta
-
Salaryman's Club: Anime Sports Kombinasi Olahraga dan Kehidupan Kantoran
Terkini
-
Gagal Ikuti Tim Putra, Timnas Futsal Putri Raih Juara ke-3 di Ajang AFF Cup
-
Berhak Pakai Nomor 1, Jorge Martin Pilih Ganti atau Tidak?
-
Meski Tidak Turunkan Skuat Terbaiknya di AFF 2024, Indonesia tetap Ancaman bagi Vietnam
-
Dibintangi Kim Soo Hyun dan Jo Bo Ah, Ini Jadwal Tayang Drama Korea Knock Off
-
Viral Earbuds Berdarah, Ini Batas Aman Volume untuk Mendengarkan Musik