Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Muhammad Thoha Ma’ruf
Buku Aidit Dua Wajah Dipa Nusantara. [dok. Muhammad Thoha Ma'ruf]

Aidit adalah nama yang tidak bisa dilepaskan dari salah satu partai yang kini tinggal nama, Partai Komunis Indonesia (PKI). Namanya hilang ditelan oleh bumi beserta jasadnya. Membahas namanya di tengah-tengah masyarakat rawan terjadi penuduhan: kamu orang PKI, ya.

Pada era saat ini kita harus bernafas lega, informasi sudah semakin mudah untuk didapatkan. Tidak perlu bersusah payah seperti dulu, sebelum internet berkembang luas. Ataupun saat kebebasan berpendapat masih menjadi harapan semu.

BACA JUGA: Ulasan Buku Wiji Thukul Teka-teki Orang Hilang, Aktivis Era Orba, Korban Penghilangan Paksa

Dalam buku Aidit Dua Wajah Dipa Nusantara diceritakan, Aidit terlahir dengan nama asli Ahmad Aidit. Dia merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Ayahnya menikah sebanyak dua kali. Dua adiknya yang terakhir lahir dari rahim ibu tirinya.

Laki-laki kelahiran 30 Juli 1923 itu hidup dalam keluarga yang ekonominya tergolong mampu. Saat kecil dirinya juga rajin mengaji di surau bersama teman-temannya. Dia juga tak jarang mengumandangkan azan lantaran suara yang dimilikinya keras.

Lulus dari bangku sekolah dasar (SD), Aidit merantau ke Jakarta untuk bersekolah di SMP. Di ibu kota negara ini Aidit ditampung oleh kerabat ayahnya. Di sini keberanian Aidit mulai muncul. Bahkan untuk mencukupi kebutuhannya, dia sampai berjualan.

Ahmad Aidit mengganti namanya menjadi Dipa Nusantara (D.N) Aidit saat mulai terjun di dunia politik. Alasan dia mengganti nama lantaran untuk berjaga-jaga apabila terjadi sesuatu yang menimpa D.N Aidit.

Aidit, dahulu juga ditempa di sebuah tempat yang banyak melahirkan tokoh-tokoh pergerakan nasional, yakni Menteng 31. Mohammad Hatta, Adam Malik, Chaerul Saleh, Sukarni pernah mendiami tempat tersebut. Tempat itu menjadi asrama pendidikan nasionalisme para pemuda Indonesia. 

Nama Aidit menjulang tinggi saat dirinya menjadi Ketua PKI pada umurnya yang masih 31 tahun. Di tahun 1955 partai berlambang palu arit itu bahkan bisa menempati urutan keempat dalam Pemilu, di bawah PNI, Masyumi, dan NU.

Di tahun 1955 itu pula, PKI mempunyai massa sekitar 6,1 juta. Dengan massa sebanyak itu, Aidit menginginkan revolus di Indonesia. Cita-cita yang sempat pernah gagal terwujud pada tahun 1948.

Syahdan, tragedi 1965 meletus. PKI dianggap menjadi dalang peristiwa tersebut oleh angkatan darat. Kader, anggota, maupun simpatisan PKI dihabisi sampai akar rumput. Tidak ketinggalan Aidit juga turut dalam operasi pembunuhan itu.

BACA JUGA: Hotman Paris Bakal Bayari Pernikahan Bharada E dan Lingling, Warganet Kesal: Tolong Hargai Keluarga Yosua

Sampai saat ini dalang di balik peristiwa tersebut masih tanda tanya. Banyak sumber yang mengutarakan pendapat berbeda-beda. Kurang pas rasanya saat menyimpulkan dalang peristiwa tersebut dari satu sumber. Begitu juga saat menyimpulkan sosok Aidit dari berdasarkan film G30S/PKI buatan orde baru.

Judul Buku : Aidit Dua Wajah Dipa Nusantara
Penulis        : Tempo
Penerbit      : Gramedia
Cetakan      : Cetakan Kedua, Agustus 2015
Halaman     : 144 Halaman
Ukuran         : 16 x 23 cm
ISBN             : 9789799109187

Muhammad Thoha Ma’ruf