Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sam Edy Yuswanto
Novel Tinkerbell.[dok. pribadi/samedy]

Bicara tentang sosok sahabat, setiap orang tentu membutuhkannya. Bersama sahabat, kita bisa mencurahkan segala persoalan, berbagi beban hidup, dan berharap sosoknya mampu memberikan motivasi, bantuan, bahkan menawarkan jalan keluar terbaik atas persoalan yang tengah kita hadapi.

Namun, bagi sebagian orang, ternyata tak mudah mencari sosok sahabat yang benar-benar tulus dan mau menerima segala kekurangan dan perbedaan yang ada pada diri kita. Bila kita ingin mengetahui apakah seseorang itu layak disebut sahabat atau bukan, lihatlah saat kita sedang terjerat masalah. Bila dia tetap ada bersama kita dan memotivasi kita, maka dia layak disebut sahabat. Tapi bila dia malah pergi menjauh, bahkan pura-pura tak mengenal kita, maka dia bukanlah sosok yang layak disebut sebagai sahabat.

Bicara tentang sahabat, ada kisah menarik dalam novel Tinkerbell karya Equita Millianda. Novel yang diterbitkan oleh Pastel Books (2019) ini berkisah tentang persahabatan antara Kara dan Keano, yang sudah terjalin begitu erat sejak kecil hingga akhirnya mereka tumbuh menjadi remaja. 

Rumah Keano dan Kara yang berdekatan, ditambah keakraban masing-masing orangtua dan sesama anak-anak mereka, membuat persahabatan keduanya terjalin langgeng seperti layaknya keluarga sendiri. Kikan, kakak perempuan Keano juga memiliki kedekatan yang begitu hangat dengan Kara. Begitu pula dengan Josh, abangnya Kara, juga sangat dekat dengan Keano.

Di usianya yang remaja, mereka pun bersekolah di tempat yang sama, yakni SMA Pelita Bangsa. Di sanalah mereka akhirnya menemukan sosok yang akhirnya menjadi pacar masing-masing. Kara memilih berpacaran dengan Dylan, pemuda tampan yang banyak digilai para siswi. Sementara Keano jatuh hati dengan Sacha. 

Sebuah kabar buruk beredar. Tentang kelakuan Dylan yang ternyata suka mempermainkan cewek. Begitu Keano mendengar kabar buruk tersebut, terlebih saat ia melihat dengan mata kepala sendiri kelakukan Dylan, ia pun berusaha menjauhkan Kara dari cowok menawan yang sebenarnya juga termasuk gank-nya Keano. Bahkan, Keano sampai terlibat perkelahian sengit dengan Dylan.

Sebenarnya, ada satu hal yang masih belum sepenuhnya Kara dan Keano sadari. Bahwa mereka sejatinya tak hanya saling membutuhkan satu sama lain tetapi ada perasaan lain yang bukan sekadar sahabat. Terlebih, Kinan, kakak perempuan Keano sudah lama ingin melihat adiknya dan Kara menjalin hubungan yang lebih dari sekadar sahabat. Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Pembaca bisa menemukan jawabannya langsung dalam novel genre remaja ini.

Menurut saya, novel ini menarik dan sangat enak dibaca, karena ditulis dengan bahasa yang sangat renyah khas anak muda. Meski ada beberapa bagian (adegan) yang tak saya sepakati dalam alur novel tersebut. Misalnya, tentang pergaulan antara Keano dan Kara yang menurut saya kurang menjaga batasan. Meskipun keduanya bersahabat, tetapi ada batas fisik yang harus dijaga. 

Misalnya, karena saking dekatnya, Keano terbiasa masuk ke kamar Kara dan bercanda sambil tiduran di sana. Atau ketika adegan Keano memegang pipi kara, atau saat Keano merebahkan kepalanya di paha Kara. Semoga para pembaca, khususnya kaum muda, bisa mengambil hal-hal baik dalam kisah Kara dan Keano. Tak perlu meniru hal-hal yang kurang pantas dalam kisahnya. Semoga ulasan ini bermanfaat.

Sam Edy Yuswanto