Menjauhi sifat tercela mungkin terasa sangat berat. Karena sifat-sifat tersebut kadang muncul begitu saja dan menggoda jiwa manusia. Misalnya, iri dan dengki. Semua orang saya yakin mengetahui sifat tersebut tidaklah baik. Tetapi kita tidak tahu, suatu hari sifat tersebut bisa saja merongrong jiwa kita saat ada orang lain mendapat limpahan karunianya.
Contoh kecil, saat ada saudara atau tetangga mendapatkan rezeki yang lebih banyak dari hari-hari biasa, tiba-tiba terbersit rasa iri dan dengki dalam hati. Tiba-tiba kita merasa ingin agar rezeki itu hilang darinya dan beralih kepada kita. Sifat semacam ini tentu tidak baik dan mestinya sekuat tenaga kita enyahkan dari dalam hati.
Bicara tentang sifat dengki, dalam buku Menjelang Hidayah diuraikan bahwa sifat dengki (hasad) berasal dari kekikiran; orang yang kikir ialah orang yang tak sudi membagi miliknya dengan orang lain; orang yang dengki ialah orang yang tak senang melihat hamba-hamba Allah Swt. dikaruniai oleh Allah Swt.—dengan demikian kekikirannya lebih kuat; orang yang dengki ialah orang yang merasa sakit hati bila Allah Swt. mengaruniai salah seorang hamba-Nya kenikmatan yang berupa ilmu, harta, atau dia menjadi dicintai oleh orang-orang, atau nasib baik. Si dengki ingin agar kenikmatan itu sirna darinya, meski dia sendiri takkan memperoleh keuntungan apa pun dari sirnanya kenikmatan itu—inilah inti kejahatan.
Sifat tercela yang mestinya dihindari lainnya ialah pongah. Dalam buku Menjelang Hidayah dijelaskan, kepongahan ialah memandang diri sebagai mulia dan besar. Inilah penyakit parah jiwa. Mental semacam ini tampak pada perkataannya, “Aku adalah ini, aku adalah itu”, sebagaimana iblis terkutuk berkata, “Aku lebih baik daripada dia (yakni Adam), karena Dikau telah menciptakan aku dari api dan menciptakan dia dari tanah” (lihat Al-Bukhari, Shahih, Khumus, 10; Muslim, Shahih, Imara, 149; An-Nasai, Sunan, Jihad, 21).
Bila bergaul dengan orang, maka si pongah senantiasa memuliakan diri dan senantiasa berupaya agar unggul dalam pembicaraan, dan melecehkan mereka yang tak sepaham dengannya. Orang pongah ialah orang yang, bila dia memberi nasihat, memalukan, namun bila dia dinasihati, dia bersifat kasar (Menjelang Hidayah, halaman 157).
Semoga dengan membaca buku Menjelang Hidayah karya Al-Ghazali (terbitan Mizan, 2017) ini dapat menambah wawasan kita tentang sifat-sifat tercela yang seharusnya dihindari sejauh mungkin, agar kita bisa termasuk orang-orang yang mendapatkan keberuntungan dan kebahagiaan.
Baca Juga
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Menjadi: Sebuah Proses untuk Mengenal dan Menerima Diri
-
Review Buku Purple Eyes Karya Prisca Primasari, Bukan Kisah Romantis seperti Pada Umumnya
-
Nyai dan Pergundikan di Hindia Belanda, Seksualitas Nyai dengan Tuan Eropa
-
Ulasan Novel Deessert: Asam Manis Kenangan dan Cinta Lama yang Belum Usai
-
5 Rekomendasi Buku Nonfiksi yang Siap Bikin Kamu Survive di Usia 20-an
Ulasan
-
Kisah Inspiratif dari Out of My Mind, Melihat Dunia dari Perspektif Berbeda
-
Ulasan Film Night Bus: Perjalanan Menegangkan Lewati Zona Konflik Berbahaya
-
Ulasan Novel Menjadi: Sebuah Proses untuk Mengenal dan Menerima Diri
-
Review Buku Purple Eyes Karya Prisca Primasari, Bukan Kisah Romantis seperti Pada Umumnya
-
Review Film Aisyah - Biarkan Kami Bersaudara: Persaudaraan Lintas Iman
Terkini
-
Bawa Leeds United Promosi, Ternyata Pascal Struijk Bukan Pemain Indonesia Pertama di EPL
-
Jordi Amat Akui Belum Tahu Nasib di JDT, Bantah Rumor Hijrah ke Indonesia?
-
3 Alasan Mengapa Patrick Kluivert Harus Pertimbangkan Panggil Yakob Sayuri
-
Ajisaka, The King and The Flower of Life: Animasi Lokal yang Layak Tayang Secara Global
-
Pratama Arhan, Bangkok United dan Kans Ciptakan Memori Manis pada Musim Perdananya