Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Desyta Rina Marta Guritno
Enea Bastianini (Instagram/@bestia23)

Enea Bastianini akhirnya menunjukkan sinyal kebangkitannya bersama KTM Tech3 saat melakoni balapan di Grand Prix Austria 2025 pekan lalu.

Momen ini terasa begitu spesial, karena ia tengah berjuang seorang diri tanpa kehadiran rekan setimnya, Maverick Vinales, yang harus menepi akibat cedera.

Dalam kondisi seperti itu, perhatian penonton otomatis tertuju pada Bastianini, kabar baiknya ia mampu menjawab tantangan tersebut dengan penampilan solid sepanjang akhir pekan di Red Bull Ring.

Sejak sesi kualifikasi, penampilan Enea sudah tampak menjanjikan. Dia berhasil merebut posisi start kelima, sebuah hasil yang belum pernah ia capai di musim ini. P5 pun cukup membuatnya percaya diri menghadapi sprint race maupun balapan utama.

Memang, berada di barisan lima besar saat start memberikan peluang yang jauh lebih besar untuk bertarung di barisan depan. Dan benar saja, ketika sprint race digelar, Enea mampu mempertahankan performa cukup baik dan mengakhiri balapan di urutan ketujuh.

Meski gagal naik podium dan mundur dari posisi awal, hasil tersebut tetap terasa istimewa baginya. Bagi seorang pembalap yang masih dalam proses beradaptasi dengan motor baru, finis di posisi tujuh di sirkuit yang terkenal menuntut konsistensi tinggi merupakan pencapaian yang sangat berharga.

"Sayang sekali untuk start, tapi tetap berjalan cukup baik. Saya lebih senang dengan kualifikasi daripada kesal dengan sprint race, karena tidak mudah untuk masuk Q2. Saya mencatatkan lap yang bagus, tapi tidak sempurna. Kalau tidak, saya bisa saja meraih pole position dan itu akan lebih baik lagi. Untungnya, sampai dua atau tiga balapan lalu saya tidak pernah  berpikir bisa di situasi ini dan saya sangat senang karenanya," ujar Bastianini, dilansir dari laman GPOne.

Kemudian, ketika balapan utama digelar, Enea tampil lebih matang, dia berusaha menghindari kesalahan dan menjaga stabilitas performanya sejak awal hingga garis finis.

Hasilnya, ia menutup balapan di posisi kelima. Itu adalah catatan terbaiknya di musim ini, sekaligus menjadi tanda bahwa dirinya mulai menemukan kenyamanan bersama motor KTM.

Setelah balapan usai, raut wajah Enea terlihat begitu puas. Ia tidak menutupi rasa bahagianya atas pencapaian tersebut. Menurutnya, keberhasilan masuk lima besar bukan hanya sekadar mnambah poin di klasemen, tetapi juga bukti nyata bahwa kerja keras selama beberapa pekan terakhir mulai membuahkan hasil.

Enea mengakui bahwa masih ada kelemahan yang dirasakan dari motor tersebut, terutama soal akselerasi dan konsistensi ban.

"Kami masih kurang akselerasi di awal dan yang terpenting konsistensi di level ban, karena ada merek lain yang berhasil lebih cepat setelah beberapa putaran, sementara sayangnya kami mengalami penurunan. Saya harus mencoba mencari cara untuk mengelola aspek ini, tapi saya rasa itu akan terjadi secara perlahan," tambahnya.

Kendati demikian, Enea tidak tinggal diam, dia berusaha menemukan kelebihan lain yang dimiliki RC16 dan dari sanalah ia berusaha memaksimalkan potensinya.

"Dari luar, sepertinya motor saya sedikit lebih kotor, karena dengan motor ini Anda harus banyak menekan bagian depan. Yang tidak terjadi dengan motor yang saya kendarai sebelumnya. Yang ini berbeda. Saya mencoba mencari tahu apa kelebihannya, dan saya rasa saya sudah menemukannya," katanya.

Bagi KTM maupun Tech3, pencapaian Bastianini ini jelas menjadi angin segar. Tim itu memang membutuhkan sosok pembalap yang bisa memberikan hasil kompetitif, terutama setelah awal musim yang buruk. Beruntung, Enea pun menjawab kepercayaan itu dengan hasil yang signifikan di GP Austria 2025 kemarin, tepat di balapan kandang KTM itu sendiri.

Desyta Rina Marta Guritno