Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Sam Edy Yuswanto
Buku "Aku Betina Kau Perempuan" (DocPribadi/ Sam Edy)

Saling memahami dan terbuka satu sama lain merupakan hal yang mestinya dilakukan oleh pasangan suami-istri. Kedua hal itu termasuk kunci kebahagiaan dalam membina mahligai rumah tangga. Ada sebuah cerita pendek menarik dalam buku Aku Betina Kau Perempuan karya Isbedy Stiawan ZS yang bisa kita renungi hikmah di baliknya.

Perahu yang Hampir Karam, Kini Mengayuh Kembali merupakan judul salah satu cerita dari sekian banyak cerita pendek yang ditampilkan dalam buku tersebut. Berkisah tentang sebuah rumah tangga yang hampir karam karena kurangnya komunikasi di antara mereka berdua.

Adalah Kartini, sosok istri yang selain menjadi ibu rumah tangga juga memilih meniti karier di luar rumah. Meski suaminya sudah bekerja sebagai pegawai negeri, tapi ia bukanlah tipikal perempuan yang betah berdiam diri di rumah. Di saat suaminya sudah tiba di rumah pukul 15.00, Kartini yang memegang jabatan di sebuah perusahaan besar baru tiba pukul 18.00, bahkan tak jarang pukul tujuh malam. 

Awalnya rumah tangga mereka baik-baik saja. Kartini maupun suami, masing-masing saling memahami satu sama lain. Namun, persoalan mulai muncul ketika Kartini sering pulang melampaui waktu kebiasaannya. Ia pernah sampai di rumah ketika suami dan kedua anaknya sudah terlelap, pukul 01.02 dini hari. Dengan wajah yang tampak letih dan tanpa ganti pakaian lebih dulu, ia langsung rebah di ranjang. Sekejap kemudian terdengar dengkurnya. 

Kartini juga sering ke luar kota untuk beberapa hari lamanya. Sang suami tak dapat menahan untuk tidak melanggar kesepakatan yang dulu pernah dibuat bersama, yakni untuk tidak menanyakan hal-hal yang bukan prinsip dan urusan pekerjaan. Tetapi, suami mana yang mampu memendamnya bila sang istri terlalu sibuk di luar rumah tanpa penjelasan? Minimal mengabari suami bila ada pekerjaan lembur di kantor sehingga tak membuat suami dan anak-anaknya cemas menunggu. Saat suami mencoba mengajaknya berbicara, Kartini tampak emosi dan tak bisa menahan marah.

Untunglah, di akhir kisah, hubungan rumah tangga Kartini dan sang suami perlahan mencair. Kartini berusaha menjaga sikapnya. Dia tampak begitu ramah dan mesra saat berbicara lewat telepon dengan suaminya.

Semoga kisah rumah tangga antara Kartini dengan suaminya dapat dijadikan sebagai refleksi atau renungan bersama, terutama bagi pasangan suami-istri, bahwa dalam sebuah rumah tangga diperlukan keterbukaan serta komunikasi yang baik. Semoga ulasan ini bermanfaat.

***

Sam Edy Yuswanto