Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Buku "Memaknai Kerja di Bank Syariah" (Dokumen pribadi/Sam Edy)

Bagi sebagian orang, bekerja di bank syariah menjadi pilihan. Yuslam Fauzi dalam buku Memaknai Kerja di Bank Syariah (Mizan, 2017) menjelaskan bahwa bekerja di perbankan syariah itu mengandung makna jihad dan dakwah untuk membangun kembali peradaban spiritual sebagaimana yang dilakukan oleh Rasul Saw. dulu, maka bekerja di perbankan syariah ini mengandung nilai-nilai sakral. 

Menurut Yuslam, ketika seoran insan bank syariah bekerja dengan baik, insya Allah juri akan memberinya nilai yang berlipat-lipat. Sebaliknya, ketika ia bekerja tidak baik, tidak serius, berkhianat, atau bermaksiat di bank syariah, maka dosanya pun bisa berlipat-lipat juga. 

Bayangkan saja, di tempat yang mestinya ia sakralkan ini, ia justru bermaksiat. Ini mirip dengan tempat-tempat sakral di Tanah Suci yang kita sebut multazam bagi ibadah-ibadah ritual. Di tempat yang mulia ini, mestinya setiap muslim beribadah dan berdoa sebaik dan sebanyak-banyaknya. Di tempat itu doa dikabulkan dan pahala dilipatgandakan. Tetapi jika seseorang bermaksiat di tempat itu, dosanya pun akan dilipatgandakan karena ia telah merendahkan atau melecehkan tempat sakral itu (Memaknai Kerja di Bank Syariah, halaman 183).

Menurut Yuslam, kalau kita sudah memahami bahwa hidup itu harus bermakna dan bahwa hidup kita adalah konteks perbuatan atau amal, maka kita harus mengisi hidup dengan perbuatan-perbuatan yang nilainya atau skornya tinggi. Dan perbuatan yang skornya tinggi adalah menjadikan hidup kita bermanfaat untuk lingkungan kita dan tidak merugikan mereka. Maka, yang selanjutnya wajib dan menjadi renungan insan-insan perbankan syariah adalah bahwa panggung kontes perbuatan kita itu sebagian besar adalah kantor atau tempat kerja kita.

Bayangkan situasi ini: Anda sedang mengikuti suatu kontes di suatu panggung atau catwalk. Area panggung Anda itu ternyata sangat dominan bernama perbankan syariah. Mengapa demikian? Hitung saja, semasa Anda produktif untuk bisa menghasilkan perbuatan yang sebanyak-banyaknya untuk memberi manfaat kepada lingkungan, di mana waktu yang paling banyak Anda habiskan? Kesimpulannya, alangkah ruginya jika area yang mendominasi panggung kontes perbuatan kita ini, yaitu perbankan syariah, tidak kita manfaatkan untuk menciptakan skor yang setinggi-tingginya (Memaknai Kerja di Bank Syariah, halaman 184).

Terbitnya buku Memaknai Kerja di Bank Syariah ini layak diapresiasi dan bisa menjadi bahan motivasi bagi mereka yang menggeluti dunia perbankan syariah. 

Sam Edy Yuswanto