Berbohong merupakan sifat tercela. Meski itu hanya kebohongan kecil atau yang tampak remeh. Perlu kita pahami, besar atau kecil, yang namanya kebohongan tetaplah kebohongan yang mestinya berusaha selalu dihindari. Salah satu cara untuk menghindari kebohongan yakni dengan merenungi akibat atau dampak buruknya.
Saya menemukan keterangan menarik dalam majalah Hai Edisi 04/2015/XXXIX. Dalam majalah tersebut ada sebuah pertanyaan seperti ini: sebenarnya apa yang terjadi di otak kita saat kita mencoba berbohong?
Begini penjelasan dari pertanyaan tersebut. Berbohong ternyata bisa dilihat dari tinjauan sainsnya. Ternyata penelitian di Amerika Serikat, menemukan kalau berbohong itu malah bikin kita menjadi tidak sehat.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Jadi begini, ketika kita berbohong, otak kita dalam satu menit pertama akan menerima tekanan dalam sistem saraf yang melepas cortisol (sebuah hormon yang bisa meningkatkan rasio gula darah). Ujungnya karena gula darah meningkat, adrenalin juga ikutan naik.
Semakin intens dan semakin berat tekanan yang kita terima kala berbohong, maka semakin besar pacuan adrenalin ke dalam jantung. Ujung-ujungnya kita mulai berkeringat dan jantung berdebar-debar. Setelah itu, otak langsung mengirim sinyal baik untuk melakukan “pertahanan” alias ngeles ketika ada pertanyaan seputar kebohongan yang kita lakukan.
Dalam majalah Hai yang selama ini dikenal sebagai majalah remaja untuk para cowok itu juga dijelaskan, bahwa ada empat proses yang terjadi di dalam otak kita ketika berbohong. Keempatnya saling berhubungan dan bersautan.
Pertama, lobos bagian depan (berhubungan dengan penalaran, keterampilan motorik, kognisi tingkat yang lebih tinggi, dan bahasa ekspresif) akan aktif: di sini terjadi pengaburan yang menghalangi kita untuk bicara jujur.
Kedua, sistem limbik aktif: terjadi peningkatan kegelisahan ketika berbohong, karena jumlah cortisol yang mulai meningkat.
Ketiga, lobe temporalis terangsang: di sini terjadi proses penyalinan dan pengambilan keputusan, yang melibatkan apakah mental kita ini stabil atau tidak ketika berbohong.
Keempat, ketika seseorang menyatakan kebenaran, terjadi proses alternatif kognitif: beberapa bagian otak di bagian depan dan dalam sistem limbik akan aktif. Tingkat cortisol yang meningkat bakal mengaburkan kebenaran dari pikiran kita, dan kemudian kita bakal jadi cemas.
Semoga kita semua dapat terhindari dari perilaku tak terpuji seperti gemar berbohong dan mengingkari janji. Semoga tulisan ini bermanfaat.
***
Baca Juga
-
Rahasia Kebahagiaan dalam Buku 'Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan'
-
Cara Menghadapi Ujian Hidup dalam Buku Jangan Jadi Manusia, Kucing Aja!
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Ulasan Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-rata, Gunakan Masa Muda dengan Baik
-
Panduan Mengajar untuk Para Guru dalam Buku Kompetensi Guru
Artikel Terkait
-
Siapa Orang Tua Farhat Abbas? Pengacara Agus Salim Punya Latar Belakang Bukan Keluarga Abal-abal
-
Akademisi Sebut Dukungan Jokowi ke Ridwan Kamil sebagai Kebohongan
-
Tragis! Warga Sekayu Ditembak Mati saat Bayar Listrik, Pelaku Diburu Polisi
-
Ciri Orang Bermental Pengemis dan Tidak Perlu Dikasihani
-
Alasan Mengapa Kamu Memandang Buruk Orang Lain
Ulasan
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?