Banyak cara yang bisa digunakan oleh para guru untuk mengajarkan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya. Misalnya dengan menggunakan teknik bermain. Tentu bukan permainan yang asal-asalan atau permainan yang tak menyimpan pesan berharga untuk mereka. Melainkan permainan yang menghibur sekaligus mendidik.
Terlebih bila murid tersebut adalah anak-anak yang masih dalam masa senang-senangnya bermain bersama teman-temannya. Anak-anak PAUD atau TK misalnya. Bagi para guru tentu membutuhkan beragam teknik mengajar yang disertai permainan yang dapat menunjang membantu memberikan pendidikan yang menyenangkan bagi mereka.
Buku berjudul 100 Ide untuk Guru PAUD karya Lucy Peet ini menarik dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan bagi para guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Alasannya, karena di dalam buku ini diuraikan puluhan jenis permainan yang menghibur, menyenangkan, dan mendidik bagi anak-anak PAUD.
Salah satu jenis permainan yang menarik dan mendidik misalnya permainan dengan judul “Sebarkan!”. Permainan ini dilakukan dengan cara mengajak anak-anak duduk dalam lingkaran. Begini penjelasan dari permainan ini:
Ada banyak permainan dalam lingkaran yang dirancang untuk meningkatkan fokus dan konsentrasi, dengan bonus memperkuat persahabatan anak. Duduk dalam lingkaran dan tersenyum bersama dapat meningkatkan ketenangan dan mendorong keramahan, serta mempererat persahabatan. Ini adalah aktivitas kelompok yang bisa dilakukan oleh sejumlah anak sekaligus:
1. Mintalah anak-anak untuk duduk dalam lingkaran.
2. Untuk mencontohkan permainan ini, bergabunglah dalam lingkaran. Pastikan Anda ikut duduk di lantai.
3. Ajaklah kelompok tersebut untuk berlatih tersenyum. Tersenyumlah dengan lebar dan lihatlah senyuman satu sama lain. Jelaskan kepada anak-anak bahwa mereka harus bergantian tersenyum pada orang yang ada di sebelahnya. Saat mereka “menangkap” senyuman dari orang yang ada di sebelah mereka, mereka harus beralih ke orang di sisi lainnya dan “menyebarkan” senyuman tersebut.
4. Dalam permainan ini, anak-anak harus duduk tenang dan melihat senyum mengembang yang disebarkan ke sekeliling lingkaran. Jika ada anak yang merasa kesulitan dalam permainan ini, posisikan anak tersebut di sebelah orang dewasa untuk membantunya, atau biarkan dia memulai permainan.
5. Saat senyuman dikembalikan ke pengirim, katakan “terima kasih” dan berikan tepuk tangan satu sama lain sambil mengatakan “bagus sekali”.
Itulah salah satu jenis permainan yang bisa diterapkan oleh guru PAUD kepada para muridnya. Semoga ulasan buku ini bermanfaat.
Baca Juga
-
Rahasia Kebahagiaan dalam Buku 'Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan'
-
Cara Menghadapi Ujian Hidup dalam Buku Jangan Jadi Manusia, Kucing Aja!
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Ulasan Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-rata, Gunakan Masa Muda dengan Baik
-
Panduan Mengajar untuk Para Guru dalam Buku Kompetensi Guru
Artikel Terkait
-
Ikut Gembira Guru Supriyani Divonis Bebas, Mendikdasmen Abdul Mu'ti: Mudah-mudahan Ini Kasus Terakhir
-
Bukan Main, Tasya Farasya Habisnya Rp 627 Juta untuk Kirim Undangan Ulang Tahun Anak
-
Habis Ratusan Juta buat Undangan, Tasya Farasya Juga Beri Doorprize Mewah di Ultah Anak
-
Prabowo Panggil Mendikdasmen Abdul Mu'ti ke Istana, Bahas Persoalan Gaji Guru dan Sistem Zonasi
-
Potret Pak Ribut, Guru Honorer Viral yang Gak Percaya Sapi Makan Martabak
Ulasan
-
Review Film Heretic, Hugh Grant Jadi Penguji Keyakinan dan Agama
-
Inspiratif! Ulasan Buku Antologi Puisi 'Kita Hanya Sesingkat Kata Rindu'
-
Review Film Totally Killer: Mencari Pembunuh Berantai Ke Masa Lalu
-
Review Film Aftermath, saat Terjadi Penyanderaan di Jembatan Boston
-
Review Film 'Satu Hari dengan Ibu' yang Sarat Makna, Kini Tersedia di Vidio
Terkini
-
3 Rekomendasi Two Way Cake Lokal dengan Banyak Pilihan Shade, Anti-Bingung!
-
4 Daily OOTD Simpel nan Modis ala Chae Soo-bin untuk Inspirasi Harianmu!
-
3 Peel Off Mask yang Mengandung Collagen, Bikin Wajah Glowing dan Awet Muda
-
4 Rekomendasi Lagu Romantis Jadul Milik Justin Bieber, Ada Tema Natal!
-
Gadget di Tangan, Keluarga di Angan: Paradoks Kemajuan Teknologi