Kembali saya ingin mengabadikan apa yang saya baca dalam bentuk tulisan alakadarnya. Kali ini dengan judul buku Jalan Sunyi Seorang Penulis karya Muhiddin M. Dahlan. Seorang penulis yang kita semua tau karyanya selalu menuai kontroversi seperti Adam Jawa, Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur, Kabar Buruk dari Langit, dan sebagainya.
Saya mendapat buku ini hasil pinjaman seorang kawan dekat. Baginya buku ini adalah sebuah suntikan di kala ia sedang tidak mood untuk menulis. Entah buku ini memiliki kekuatan magic apa sehingga ia berulang kali membacanya. Dan di sela itu ia berkenan meminjamkannya kepada saya. Dalam hati saya berkata, semoga ketika saya pinjam buku ini anda senantiasa dalam kondisi mood untuk terus produktif menghasilkan karya.
Buku ini sudah sangat lama saya diamkan tergeletak begitu saja di rak tumpukan buku. Menyentuhnya pun kadang kalau hendak istirahat. Itupun dengan hanya membaca satu sampai dua halaman saja. Maklum saya masih terlena menikmati senangnya menjadi budak kecanggihan teknologi.
Apa yang dikatakan kawan saya ternyata benar. Buku ini seolah menjadi pendorong untuk tetap produktif menulis. Ada banyak petuah yang tersaji dalam setiap babnya. Salah satunya berikut ini. Menulis itu adalah tradisi abadi yang ada dalam diri seseorang. Tinggal apa ia sering dipakai atau tidak. Dan ia akan hilang sendiri kalau ia sering tak dipakai. (Halaman 223)
Buku yang terdiri dari 325 halaman ini saling sambung menyambung antar babnya. Hemat saya buku ini tercipta berdasarkan pengalaman pribadi sang tokoh "aku" yang menjelma sebagai tokoh utama. Tokoh "aku" digambarkan sedang dalam masa pengembaraan mencari jati diri.
Penulis menyajikan perjalanan hidup tokoh "aku" secara gamblang seolah ialah yang menjadi tokoh "aku" ini. Lika liku yang dihadapi sang tokoh "aku" tampak begitu jelas dan nyata sebagai penulis pemula.
Bagi saya yang baru menjajaki dunia tulis menulis, buku ini sangat bagus untuk dijadikan refleksi di saat sunyi dan ketidakmoodan sedang melanda diri.
"Ingat-ingatlah kalian hai penulis-penulis belia, bila kalian memilih jalan sunyi ini maka yang kalian camkan baik-baik adalah terus membaca, terus menulis, terus bekerja, dan bersiap hidup miskin. Bila empat jalan itu kalian terima dengan lapang dada sebagai jalan hidup, niscaya kalian tak akan berpikir untuk bunuh diri secepatnya," tulisan yang terpampang jelas di atas pojok sampul ini seolah memiliki makna yang sangat mendalam.
Baca Juga
-
Ulasan Buku The Second Chance: Pengelolaan Sumber Daya untuk Masa Depan
-
Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih: Romantisme Sejoli yang Penuh Kelucuan
-
Secuil Cerita Menyambut Satu Dekade Suara.com
-
Ulasan Buku 'Born To Be Success': Cara Mudah Meraih Sukses
-
Hapus Ketidakadilan Berbasis Gender, Pahami Feminisme Lewat Buku 'Menggugat Feminisme'
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku 'Seseorang di Kaca', Refleksi Perasaan terhadap Orang Terkasih
-
Heboh Beredar Buku Gibran The Next President, Effendi Gazali: Waktunya Terburu-buru, Harusnya Sabar Saja
-
Resensi Novel Lari dari Pesantren: Sebuah Renungan dari Kisah Dua Santri
-
Ulasan Buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan, Kunci Hidup Bahagia
-
Ulasan Novel Hujan Karya Tere Liye: Menemukan Harapan di Tengah Kesedihan
Ulasan
-
4 Toko Kain Lokal Terbaik, Temukan Kain Impianmu di Sini!
-
Ulasan Buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan, Kunci Hidup Bahagia
-
Ulasan Film Raatchasan: Mengungkap Pelaku Pembunuh Berantai Para Remaja
-
Ulasan Buku 'Seseorang di Kaca', Refleksi Perasaan terhadap Orang Terkasih
-
Resensi Novel Lari dari Pesantren: Sebuah Renungan dari Kisah Dua Santri
Terkini
-
TVXQ Resmi Merilis Album Perayaan Debut 20 Tahun di Jepang Bertajuk 'Zone'
-
3 Pemain Kunci Timnas Jepang yang Perlu Diwaspadai, Ada Eks-Inter Milan
-
4 Rekomendasi Film Komedi Dibintangi Zac Efron, Terbaru Ada A Family Affair
-
Keren! NewJeans Bakal Jadi Headliner di Festival Tahun Baru Terbesar di Jepang
-
4 Gaya OOTD Girly ala Kim Se-jeong, Simpel untuk Disontek!