Buku menggugat feminisme karya Uunk Crispy atau Uswatun Hasanah, sangatlah menarik untuk dibaca. Bentuknya yang ramping, karena memang hanya menyajikan delapan puluh delapan halaman, sangat ringan untuk dibaca dan tak memerlukan banyak waktu untuk menuntaskannya.
Buku ini mengajak kita berpikir ulang tentang pandangan masyarakat yang membagi wilayah kekuasaan feminitas dan maskulinitas. Entah bagaimana awal pembagian wilayah ini bisa terjadi, yang pasti pengotakan wilayah ini telah menyebabkan ketidakadilan terhadap salah satu kelompok.
Feminitas dicirikan memiliki sifat lemah lembut, penyayang, penuh kesabaran dan berbagai sifat yang menunjukkan sifat keperempuanan. Sedangkan maskulinitas dicirikan dengan kecenderungan kompetitif, aktualisasi diri, bertumpu pada kekuatan otot, serta segala sifat yang dilekatkan pada laki-laki.
Penulis menyebut gerakan feminitas ini bukan untuk menguasai satu kelompok (perempuan terhadap laki-laki). Namun lebih kepada penekanan menghilangkan ketidakadilan berbasis gender. Sifat maskulin dan feminim adalah hak yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup. Bukan wilayah kekuasaan yang berdasarkan jenis kelamin. Maskulin dan feminim adalah dua komposisi sempurna yang harus ada pada pertumbuhan dan perkembangan manusia untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi.
Dalam buku ini penulis juga menjabarkan tentang pengalaman dan pemahamannya dalam memandang realitas hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya tentang mengapa seorang ketua kelas harus diisi oleh laki-laki. Sedangkan jika perempuan yang mengajukan diri, tak diperbolehkan hanya karena ia seorang perempuan. Padahal antara jenis kelamin dan sebuah tanggungjawab adalah dua hal yang berbeda.
Selain itu, penulis juga menyebutkan bahwa seorang perempuan tak bisa selalu menyuarakan gerakan feminisme saja, tetapi juga harus terus mengembangkan kompetensinya untuk berkompetisi. Baik berkompetisi dengan laki-laki ataupun perempuan lainnya untuk saling mengisi disetiap lini kehidupan. Bukan untuk mendominasi dan mendiskriminasi satu pihak.
Lewat buku ini kita tersadarkan bahwa kehidupan yang kita jalani tak selamanya ramah bagi sebagian orang. Sebab disaat seorang laki-laki memiliki sifat feminim lebih dominan daripada maskulin, maka ia akan dikucilkan dan dicemooh. Begitu juga sebaliknya dengan perempuan. Oleh sebab pengaruh budaya patriarki yang masih cukup tinggi, maka hal itu tak dapat dielakkan. Buku ini kiranya sangat pas untuk dibaca bagi siapapun. Tak terkecuali untuk laki-laki.
Baca Juga
-
Ulasan Buku The Second Chance: Pengelolaan Sumber Daya untuk Masa Depan
-
Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih: Romantisme Sejoli yang Penuh Kelucuan
-
Secuil Cerita Menyambut Satu Dekade Suara.com
-
Ulasan Buku 'Born To Be Success': Cara Mudah Meraih Sukses
-
Kisah Inspiratif Dibalik Buku 'Guru Penggerak 2020'
Artikel Terkait
-
Wayan Getarika, Mantan Anggota Pasukan Tameng, Algojo Pembantai PKI di Tanah Buleleng
-
Dear Mahasiswa, Ini 5 Rekomendasi Buku Bacaan untuk Menata Masa Depan
-
Ulasan Buku Meditations, Bisa Membantumu agar Tidak Stres
-
Ulasan Buku 'I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki' Selfhelp yang Unik
-
Punya Super Mario RPG? Salah Satu dari 9 Barang Antik yang Jadi Cuan
Ulasan
-
Mencari Identitas dan Menemukan Keluarga Baru dalam Novel Bertajuk Rapijali
-
Review Film Keadilan: The Verdict, Kasus Korupsi Diungkap Tanpa Ampun!
-
Ulasan Film Korea Firefighters: Sajikan Kisah Heroik Para Pemadam Kebakaran
-
Review Film The Ghost Game: Ketika Konten Berubah Jadi Teror yang Mematikan
-
Review Film Pangku: Hadirkan Kejutan Hangat, Rapi, dan Tulus
Terkini
-
Poster Toy Story 5 Dirilis, Woody dan Buzz Hadapi Tantangan Era Digital
-
Ancaman Hoaks dan Krisis Literasi Digital di Kalangan Pelajar Indonesia
-
Bukan yang Pertama di Asia, Indonesia Lanjutkan Tradisi Tuan Rumah FIFA Series
-
Menikah Tak Punya Batas Waktu: Saatnya Berhenti Bertanya Kapan?
-
Putusan Bersejarah: Pengadilan Jepang Nyatakan Cloudflare Bertanggung Jawab atas Pembajakan