Anak yang sudah mulai tumbuh remaja seharusnya mendapat bimbingan ekstra dari orangtuanya. Jangan sampai anak dibebaskan bermain di luar rumah tanpa kendali, tanpa aturan, dan tanpa pengawasan orangtua.
Selain itu, pendidikan dan keteladanan orangtua saat di rumah sangat membantu anak untuk belajar banyak hal, terutama tentang norma, kedisiplinan beribadah, tentang pentingnya menjaga kebersihan, dan lain sebagainya. Tanpa keteladanan yang baik, rasanya sulit anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik.
Komunikasi yang baik menjadi hal penting bagi orangtua dan anak. Tanpa komunikasi yang baik, tentu akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Seorang anak akan takut membicarakan masalahnya kepada orangtuanya yang memiliki karakter keras, pemarah, dan tak pernah mau memahami perasaan anaknya.
Bila anak tak lagi memercayai orangtunya, tentu ia akan mencari orang lain yang mau mendengarkan dan memahami apa yang dirasakannya. Kalau anak menemukan orang yang tepat, misalnya sahabat atau teman yang baik, tentu tak masalah. Yang jadi persoalan adalah saat anak bertemu dengan teman-teman yang pergaulannya bebas, bisa jadi ia akan terpengaruh olehnya.
Dalam buku #SharingnyaSinta diuraikan bahwa kedekatan emosi dan komunikasi yang terjalin baik adalah modal kita sebagai orangtua agar anak memiliki keterbukaan. Ajarkan konsep benar-salah sesuai nilai yang dianut dalam keluarga.
Berikan pemahaman pada anak, mana yang boleh, mana yang tidak. Biarkan anak merasa aman saat bercerita tentang apa pun pada orangtuanya, bukan malah merasa takut dan terintimidasi, sehingga dia tak perlu berbohong.
Kasihan juga anaknya kalau terluka secara fisik, tetapi tidak diobati cuma gara-gara takut dimarahi. Lebih gawat lagi kalau anak perempuan kita sedang terluka secara batin. Mungkin dia lagi patah hati karena cowok yang diam-diam dia taksir, jadian sama temannya sendiri.
Nah, bila orangtua sendiri tidak dipercaya untuk menjadi tempat curhat anak, apa yang akan terjadi? Anak akan sibuk mencari figur lain di luar sana, yang mau mendengarkan perasaannya, memahami, mengibur, dan membuatnya merasa senang lagi (halaman 231).
Buku genre parenting karya Amalia Sinta (Noura Books, 2017) ini bagus dibaca oleh para orangtua, sebagai wawasan tambahan untuk menjalan komunikasi yang baik dengan anak-anaknya.
Baca Juga
-
Rahasia Kebahagiaan dalam Buku 'Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan'
-
Cara Menghadapi Ujian Hidup dalam Buku Jangan Jadi Manusia, Kucing Aja!
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Ulasan Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-rata, Gunakan Masa Muda dengan Baik
-
Panduan Mengajar untuk Para Guru dalam Buku Kompetensi Guru
Artikel Terkait
-
Dari Bilik Suara, Anak Muda Tentukan Nasib Daerah di Pilkada 2024
-
Dulu Dicibir Modal Ordal, Asila Maisa Bungkam Haters dengan Prestasi di Universitas Indonesia
-
Gegara Anies Baswedan, Rocky Gerung Terang-terangan Dukung Pramono-Rano: Anak Abah Jangan Jadi Malas!
-
Bela Baim Wong, Pengasuh Kuliti Pencitraan Paula Verhoeven: Baru Rajin Jemput Anak Usai Digugat Cerai?
-
Pengasuh Anak Baim Wong Tuding Paula Verhoeven Pencitraan: Sedih Lihat Bapak Dihujat
Ulasan
-
Kehidupan Seru hingga Penuh Haru Para Driver Ojek Online dalam Webtoon Cao!
-
Ulasan Film The French Dispact: Menyelami Dunia Jurnalisme dengan Gaya Unik
-
Ulasan Buku Bertajuk Selamat Datang Bulan, Kumpulan Puisi Ringan dengan Makna Mendalam
-
Ulasan Buku Period Power, Meningkatkan Produktivitas Saat Datang Bulan
-
Pedasnya Nendang, Icip Kuliner Cabe Ijo yang Bikin Ketagihan di Kota Jambi
Terkini
-
Janji Menguap Kampanye dan Masyarakat yang Tetap Mudah Percaya
-
4 Rekomendasi OOTD Rora BABYMONSTER yang Wajib Kamu Sontek untuk Gaya Kekinian
-
Dituntut Selalu Sempurna, Rose BLACKPINK Ungkap Sulitnya Jadi Idol K-Pop
-
Review Film The Burial, Kisah Nyata Pengacara yang Menemukan Sahabat Sejati
-
Calvin Verdonk Ungkap Pengalaman Berkesan di Indonesia: Semua Orang Mengenalimu