Memberi dan menerima merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Memberi, dalam ajaran agama, sangat dianjurkan, terlebih kepada mereka yang sangat membutuhkan pemberian atau uluran pertolongan.
Hal yang penting dipahami di sini bahwa menerima (pemberian dari orang, misalnya berupa bantuan atau sekadar hadiah) itu ada seninya. Seumpama kita berada di posisi sebagai orang yang menerima, maka kita harus berusaha menampakkan antusiasme dan terima kasih. Jangan sampai kita menjadi orang yang tak pandai menyikapi ‘penerimaan’, misalnya menampakkan raut datar atau biasa saja saat mendapatkan pemberian orang lain, atau tidak mau mengucapkan terima kasih dengan kata dan raut yang tulus. Atau bahkan menerima pemberian dengan raut meremehkan si pemberi.
Mengajarkan sesuatu pada orang lain tentang cara bekerja yang baik sehingga dapat menghasilkan uang yang cukup, rasanya itu lebih bijaksana daripada selalu rutin memberikan sesuatu yang hanya cukup digunakan dalam waktu singkat.
Ada sebuah peribahasa China yang disampaikan oleh Amanda Owen dalam buku ‘The Power of Receiving’ yang sangat penting untuk kita renungi bersama, “Berilah seorang lelaki seekor ikan, dan dia akan makan selama sehari. Ajarilah seorang lelaki untuk memancing, dan dia akan makan sepanjang hidupnya.”
Pernahkah Anda membantu seseorang hanya untuk mendapati bahwa dia terus mengharapkan bantuan yang sama? Walaupun merasa dibutuhkan terasa menyenangkan, tetapi ketika Anda memberikan sesuatu untuk selamanya atau pada tingkatan di luar kemampuan atau zona nyaman Anda, maka hali itu menandakan tidak adanya keseimbangan antara prinsip aktif dan mau menerima (halaman 18-19).
Penting dipahami bahwa saat kita hendak memberikan bantuan kepada orang yang sangat membutuhkan, berusahalah untuk menata hati terlebih dahulu. Niatkan untuk membantu karena rasa kemanusiaan dan juga karena mengharap keridhaan Allah Swt. Jadi, jangan karena mengharap pamrih, misalnya agar kelak si penerima mau membalas dan selalu mengingat jasa-jasa kita.
Dalam buku ‘The Power of Receiving’ dijelaskan, beberapa orang “membantu” untuk menunjukkan kebaikan dari pemberian dengan harapan bahwa penerima akan membalasnya. Dalam kenyataannya, semakin banyak yang dilakukan seseorang, semakin banyak yang diambil penerima, dan sering kali tanpa rasa syukur.
Kesimpulannya, memberi dan menerima perlu trik atau seni. Saat kita ingin memberi, lakukan dengan tulus seraya mengharap ridha-Nya. Dan bagi si penerima, hendaknya tahu tata cara berterima kasih, bukan malah memanfaatkan dan mengandalkan kebaikan orang untuk terus-terusan mendapatkan bantuan sebanyak-banyaknya.
Baca Juga
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
Artikel Terkait
Ulasan
-
Lebih dari Sekadar Istirahat, Ini Makna Lagu SEVENTEEN "Healing"
-
Ulasan How Can I Be Grateful When I Feel So Resentful? Berdamai dengan Masa Lalu
-
Ulasan Buku Pasien, Saat Luka Keluarga Menjadi Teror Psikologis yang Nyata
-
The Academy's Genius Swordsman:Webtoon Aksi yang Bikin Tegang!
-
Bukan Halu, Ini Makna Cinta Tulus di Lagu One Direction "Illusion"
Terkini
-
Achmad Jufriyanto Alami Patah Tulang Rusuk, Pelatih Persib Bandung Buka Suara
-
Guncang Stadion Jepang, ENHYPEN Kukuhkan Reputasi Powerhouse Performance
-
Sukses Lambungkan Namanya, Idris Elba Justru Belum Pernah Nonton Serial The Wire
-
Mau Nonton Jurassic World Rebirth? Ini Urutan Nonton Saga Jurassic World!
-
My Chemical Romance Konser di Jakarta pada 3 Mei 2026, Tiket Dijual 9 Juli