Berbicara tentang memiliki pasangan yang baru menikah, biasanya didoakan "Semoga cepat diberikan momongan"
Tetapi, bagaimana jika baik istri ataupun suami tidak ingin memiliki anak? Menurutmu, mempunyai anak itu pilihan atau keharusan? Buku novel yang ditulis oleh Adrindia Ryandisza ini memberikan gambaran dari permasalahan tersebut.
Menceritakan tentang pasangan yang bernama Prita dan Andi berasal dari latar keluarga yang berbeda, keduanya berdiskusi panjang tentang kehadiran seorang anak bagi sebuah pasangan suami istri. Keduanya sepakat untuk hidup berdua saja karena telah memikirkan apa saja konsekuensinya saat memiliki ataupun tidak memiliki anak. Trauma dari salah satu diantara mereka menjadi alasan utamanya, karena tidak ingin saat mereka memiliki anak, mengalami hal yang sama seperti tokoh tersebut.
Karena adanya pemikiran sepasang kekasih itu, tentunya ditentang oleh banyak pihak, seakan hubungan mereka tak lagi hanya dimiliki mereka, sehingga Prita dan Andi sama-sama mencari solusinya agar pemikiran mereka berdua bisa diterima.
Buku ini bukan hanya menceritakan tentang pasangan yang tidak ingin memiliki anak, tetapi juga tentang wanita yang ingin bekerja, komunikasi bagi suami istri, dan permasalahan rumah tangga lainnya yang dikemas dengan baik.
Rating buku ini adalah 17+
Hal yang buat saya tertarik dengan buku ini tidak terlepas dari covernya yang indah, dan juga blurb yang cukup memberikan gambaran garis besar isi ceritanya.
Kelebihan dari buku ini menurut saya, walaupun bersudut pandang kepada mereka para pasangan yang tidak ingin memiliki anak, buku ini juga memberikan beberapa pandangan yang sebenarnya tidak terkesan merendahkan sudut pandang bagi mereka yang ingin memiliki anak, dengan memberikan beberapa penggalan cerita tentang orang-orang yang berusaha dengan keras untuk memiliki anak.
Karena adanya dua sudut pandang tersebut membuat orang jadi tidak terasa terintimidasi saat membacanya, justru menambah nilai cerita karena penulis sepertinya sangat berhati-hati agar pembaca tidak terlalu terbawa perasaannya.
Buku bergenre Metropop ini juga memiliki beberapa kekurangan. Menurut saya, ada beberapa hal yang sebenarnya cukup membosankan. Karena ada penggalan cerita cenderung berulang, dan penyelesaian masalahnya yang kurang klimaks.
Tetapi, buku ini tetap memiliki daya tariknya tersendiri untuk menceritakan pemikiran-pemikiran yang cenderung baru bagi banyak orang.
Baca Juga
-
Review Novel Perempuan Bayangan, Cerita dengan 3 Sudut Pandang
-
Review Novel Goodbye Days, Kisah Traumatis Kehilangan Sahabat
-
Review Anime Doctor Elise, Kembali ke Masa Lalu untuk Menjadi Dokter
-
Review Novel Dona Dona, Melintasi Waktu dari Kafe di Hokkaido
-
Review Novel Eksekutor, Saat Sebuah Jiwa Mencari Kepastian
Artikel Terkait
-
Menemui Diri Sejati dalam Buku A Handbook For Self Awareness
-
Novel Nonversation: Persahabatan Berubah Menjadi Perasaan yang Terpendam
-
Ulasan Buku Kumpulan Cerita Hantu Lucu, Kisah Horor yang Tidak Seram
-
Ulasan Film Horor 'Kemah Terlarang: Kesurupan Massal': Seram, tapi Kok Agak Nanggung?
-
Buku Selamat Menunaikan Ibadah Puisi, Sekumpulan Puisi Karya Joko Pinurbo
Ulasan
-
Menemui Diri Sejati dalam Buku A Handbook For Self Awareness
-
Review Film Love Me: Romansa Kecerdasan Buatan Pasca Apokaliptik
-
Ulasan Scandal Makers, Film Remake Korea yang Ternyata Cukup Menghibur!
-
Novel Nonversation: Persahabatan Berubah Menjadi Perasaan yang Terpendam
-
Review Anime Alderamin on the Sky, Sebuah Kritik Terhadap Perang
Terkini
-
4 OOTD Cozy Style ala Hwang Min Hyun untuk Inspirasi Gaya Harianmu!
-
3 Pilihan Sunscreen dari Beauty of Joseon, Kulit Lebih Sehat dan Glowing!
-
Media Asing Kecewa Timnas Putri Indonesia Kalahkan Arab Saudi, Mengapa?
-
Sinopsis Dalah: Death and the Flowers, Drama Yaya Urassaya di Netflix
-
Dilema Penulis Fiksi Platform Digital: Antara Kualitas dan Komersialisasi