Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Sam Edy Yuswanto
Buku "Romila dan Kutukan Ingatan". (Dokumen pribadi/ Sam Edy)

Salah satu tujuan orang menikah ialah agar memiliki keturunan atau momongan. Bagi sebuah keluarga, kehadiran anak adalah termasuk anugerah yang indah. Anugerah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. 

Jangan sampai kita menjadi orangtua yang ketika telah dianugerahi anak oleh Tuhan, malah mengabaikan atau menyia-nyiakannya. Mengabaikan di sini mencakup arti yang luas, misalnya tidak memberikan pendidikan terbaik untuknya, hanya menyerahkan pengasuhan dan perawatan secara penuh kepada para pembantu, dan lain sebagainya.

Perihal momongan, sebenarnya tak semua mendapatkannya. Karena ada sebagian orang yang telah lama menjalin kehidupan rumah tangga tapi tak kunjung dikaruniai momongan. Bahkan ada juga yang sampai menikah lagi tapi tak jua mendapatkan momongan sebagaimana yang ia dambakan sejak lama.

Menurut saya, tak perlu sedih dan berkecil hati ketika belum kunjung mendapat anugerah momongan. Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki saat ini. Mungkin kita belum atau memang tidak dikaruniai anak, tetapi kita diberi karunia atau rezeki lain yang tak semua orang memilikinya. Misalnya rezeki berupa limpahan kesehatan.

Ada kisah menarik yang bisa kita simak dalam bukuRomila dan Kutukan Ingatan” karya Alif Febriyantoro. Buku ini berisi kumpulan cerpen yang dapat dijadikan bacaan yang menghibur di sela-sela waktu senggang Anda. “Romila dan Kutukan Ingatan” adalah salah satu cerpen yang berkisah tentang kehadiran anak yang ditunggu-tunggu oleh sebagian orang setelah menikah. 

Adalah Jamal (lelaki yang menjalani kehidupan sebagai nelayan) yang setelah membina rumah tangga tapi belum kunjung mendapat anugerah momongan dari-Nya. Untunglah anugerah berupa anak akhirnya datang, meski anak tersebut bukanlah lahir dari rahim istrinya. Berikut ini petikan sebagian kisahnya:

Awalnya sepasang suami-istri itu merasa putus asa, mereka telah mencoba berkali-kali, tapi tetap saja sang istri tidak bisa hamil. Entah siapa yang mandul. Mereka pun tak pernah pergi ke dokter untuk mengkonsultasikannya. Hingga pada sebuah malam ketika nelayan itu selesai menjaring ikan dan berniat untuk pulang, ia mendengar suara bayi menangis.

Tentu saja Jamal—nelayan itu—kaget dan mencari di mana letak suara tangisan itu. Mana mungkin ada bayi yang menangis di tengah laut seperti ini? Ia bertanya dalam hati. Tapi kemudian ia terperangah ketika melihat bayi yang mengambang tepat di hadapannya.

Singkat cerita, bayi berjenis kelamin perempuan dan diberi nama Romila itu pun dipungut sebagai anak oleh Jamal dan istrinya. Mereka berdua sangat bahagia akhirnya memiliki anak meski bukan darah daging sendiri. Romila pun tumbuh menjadi gadis dewasa hingga tertarik pada lawan jenisnya. Sayangnya, lelaki yang ia sukai dan hendak melamarnya, tak mendapat restu sang ayah. 

Kisah tentang Romila begitu rumit karena mengingatkan Jamal, sang ayah, dengan masa lalunya yang kelam. Tepatnya masa lalu sebelum Jamal menikah. Tentang ingatan seorang gadis yang pernah menjadi kekasih Jamal. 

Kisah tentang Romila selain menarik disimak, juga meninggalkan pesan pada para orang tua agar jangan egois dan gegabah dalam memutuskan sesuatu hal. Semoga ulasan buku ini menghibur dan bermanfaat.

***

Sam Edy Yuswanto