Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Sam Edy Yuswanto
Buku "100 Ide untuk Guru PAUD". (Dokumen pribadi/ Sam Edy)

Mengajar anak usia dini memang butuh kesabaran luar biasa. Karenanya, setiap guru dan orangtua harus membekali dirinya dengan beragam keterampilan mengajar. Tujuannya agar pengetahuan tentang mendidik anak usia dini semakin luas dan bisa memilih metode mengajar yang tepat untuk anak.

Perihal metode mengajar anak usia dini, kita bisa belajar dari buku-buku dan para ahlinya langsung. Buku berjudul “100 Ide untuk Guru Paud, Membimbing Anak Siap Sekolah” (Esensi, 2014) karya Clare Ford ini misalnya, bisa menjadi bahan mengajar oleh para guru dan orangtua di rumah.

Saat musim hujan tiba, seorang guru harus berusaha kreatif dalam mengajar anak-anak usia dini. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak merasa bosan berada di ruang kelas dalam waktu yang lama.

Apabila anak-anak dan orang dewasa mengenakan pakaian yang sesuai, bermain di tengah hujan bisa jadi menyenangkan, tetapi juga dapat mendukung sebagian besar area dalam kurikulum PAUD. Anak-anak dapat berlari, melompat, dan menginjak kubangan serta melihat, merasakan, dan mencampur (halaman 188).

Clare Ford berpendapat, berikanlah pengalaman beraktivitas dalam cuaca basah yang akan mendorong spontanitas dan penggunaan bahasa deskriptif. Dukung anak-anak untuk dapat melakukan observasi langsung:

Pertama, siapkan sepatu bot serta celana dan jas hujan. Ajaklah anak-anak mengenali kondisi cuaca dan mengidentifikasi pakaian yang sesuai. Kedua, sediakan benda-benda yang dapat dituangkan dan dicampurkan ke genangan air. Sejumlah kecil glitter akan mengapung dan berputar, cat bubuk akan berada di permukaan genangan untuk sementara dan dapat dicampur, tepung dapat menghasilkan lendir lengket yang dapat diseret dengan tongkat untuk membuat coretan. Semua aktivitas ini berguna untuk mengajak anak melihat hasil aksi mereka dan mendorong mereka mencari tahu secara mandiri.

Ketiga, berdirilah di bawah payung atau tempat bernaung lain untuk mendengarkan bunyi tetesan hujan. Setelah itu, ajaklah anak-anak membuat kembali bunyi-bunyian tersebut dalam wadah air atau dengan mengocok kaleng kecil berisi beras. Keempat, saat hujan berhenti dan tanah di sekitar genangan mulai mengering, eksplorasilah kemungkinan membuat jejak atau coretan dengan mengendarai sepeda, menyapu, menyeret tongkat, dan lain-lain.

Karena cuaca tidak dapat direncanakan, akan lebih mudah jika Anda memiliki kotak ‘Musim Hujan’ yang siap digunakan saat ada kesempatan. Selain glitter, tepung, dan payung, Anda juga dapat menyertakan “alat pengukur hujan” buatan sendiri yang dibuat menggunakan corong dan botol plastik bening dengan karet gelang berwarna yang dapat dipindah-pindahkan untuk menandai tingkat volume air (halaman 189).

Terbitnya buku ini dapat membantu para guru PAUD dan orangtua untuk memilih dan menentukan ide-ide mengajar melalui permainan yang menarik dan tidak membosankan.

***     

Sam Edy Yuswanto