Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Gambar Pantai "Tak Bernama" (Dokumen pribadi/ Sam Edy)

Pantai menjadi salah satu tempat favorit bagi saya untuk menghibur diri. Atau menjadi sarana refreshing, bersantai sejenak, melepaskan segala resah, gundah, dan bosan. Terlebih bila suasana pantai tersebut masih benar-benar alami alias natural. Belum banyak pengunjungnya. Andai banyak pengunjungnya pun biasanya hanya pada hari-hari libur saja, seperti hari Minggu atau hari-hari bertanggal merah.

Itulah mengapa saya lebih suka berkunjung ke pantai atau tempat-tempat wisata lain di luar hari libur. Atau dengan kata lain, saya berusaha menghindari berkunjung ke tempat wisata ketika hari libur seperti Minggu. Karena bisa ditebak, suasananya akan begitu ramai dan bagi saya menjadi kurang nyaman saja. 

Bicara tentang pantai yang masih alami dengan udaranya yang sepoi-sepoi menyejukkan, belum lama ini saya menemukan sebuah pantai yang masih alami dan cukup memanjakan mata. Saya menyebutnya “pantai tak bernama” karena memang belum ada nama atau papan terpampang di sana. Juga tak ada warung-warung yang menyediakan aneka minuman dan makanan di tepi pantai sebagaimana pantai-pantai pada umumnya. 

Pantai “tak bernama” tersebut saya temukan ketika sedang saya sedang mengendarai motor sendirian. Saya memang termasuk orang yang kalau sedang bosan atau gabut, biasanya naik motor tanpa tujuan yang pasti. Pokoknya sekadar mutar-mutar saja. Kalau kebetulan menemukan tempat yang bagus untuk berfoto, saya biasanya akan berhenti sejenak, untuk mengambil gambar di sana. Ya, selain menulis dan membaca, saya memang menyukai dunia fotografi.

Pantai “tak bernama” tersebut lokasinya sangat dekat dengan pantai Criwik, Desa Tambakmulyo, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Lebih tepatnya, di sebelah timurnya Pantai Criwik (sekitar 300-an meter). Berhubung pantainya belum bernama dan belum dikelola oleh warga, maka tak ada petunjuk arah yang pasti. Tapi ada tanda atau sebuah petunjuk yang cukup jelas, yakni sepetak jalan yang sudah dicor yang lurus ke selatan menuju pantai. 

Di pantai “tak bernama” tersebut, kita akan menikmati pemandangan pantai yang masih benar-benar alami dan tentu saja gratis (tanpa tiket masuk dan parkir motor). Kita bisa berjalan-jalan dengan bebas dan lama, sambil berfoto-foto atau membuat video di sana. Di tepi pantai tumbuh tanaman liar yang bila masanya tiba akan berbunga dan lumayan bagus buat background foto. 

Ada juga tanaman pohon kelapa, pohon cemara dan rerumputan liar yang subur dan menghijau. Bisa buat bersantai dan lumayan bagus juga buat acara camping atau bersantai bersama teman-teman. Jangan lupa, tetap jaga kebersihan saat mengunjungi pantai “tak bernama” ini, ya? Hindari membuang sampah di sembarang tempat.

Menariknya, saya menemukan sebuah ayunan menggantung di salah satu pohon cemara di sana. Mungkin ada warga yang sengaja menaruh ayunan tersebut buat bersantai. Saya pun penasaran ingin mencobanya. Saya lantas naik ke atas ayunan dan mengambil gambarnya. Oiya, saya membawa kamera saku, jadi sebelum naik ke ayunan, saya menyiapkan tongsis dan mengaktifkan “timer” kameranya terlebih dahulu, hehehe.

Nah, bagi kalian yang tertarik mengunjungi pantai tak bernama ini, bisa diagendakan, ya. Saran saya, tetap hati-hati dan jangan mandi atau berenang di pantai, karena pantai ini termasuk pantai selatan dengan ombaknya yang cukup besar dan kurang aman buat berenang. 

***

Sam Edy Yuswanto