Nabi Muhammad adalah sosok panutan sepanjang masa. Kiprahnya sebagai pemimpin umat Islam dikenal seantero dunia. Keberhasilannya dalam menyampaikan risalah Islam tidak lepas dari gaya atau caranya menyampaikan dakwah.
Rasulullah Saw. dikenal sebagai pribadi yang lemah lembut. Dalam berdakwah, beliau dikenal sebagai sosok yang santun dengan mengutamakan keselamatan dan kemaslahatan umat. Karena itu, beliau berhasil menjadi pemimpin umat Islam sehingga tak sedikit umat yang mengikuti apa yang disampaikannya. Meskipun sebagian umat yang lain juga mencemooh keberadaannya.
Dalam Buku Pintar Khutbah Rasulullah yang diterjemahkan dari kitab Khuthab al-Rasul, Nawaf al-Jarrah mendedah rahasia bagaimana Rasulullah menyampaikan khutbah sehingga mampu menghipnotis para pendengar dan mengikuti ajaran yang dibawanya, yakni Islam.
Lewat kitab yang diterbitkan Dar Shadir, Beirut (2005) ini, Nawaf al-Jarrah menjelaskan perkembangan seni orasi dan fungsinya untuk menyampaikan pesan atau gagasan kepada khalayak umum. Dalam konteks ini, seni orasi yang paling istimewa dicontohkan oleh pemimpin yang dikenal sebagai sosok yang santun dalam berkhutbah dan membebaskan manusia dari kegelapan menuju cemerlang cahaya, yakni Nabi Muhammad saw.
Nawaf al-Jarrah menambahkan, hingga saat ini khutbah-khutbah Rasulullah Saw. tetap dianggap sebagai karya yang berkualitas karena sosoknya sendiri memiliki keunggulan dan keistimewaan yang tidak dimiliki manusia lain.
Dalam mukadimah kitab ini penulis menjelaskan bahwa yang dibutuhkan seorang orator (khatib) adalah kemampuan menyampaikan pesan dengan baik sehingga, orang yang mendengar bisa memahami apa yang disampaikannya dan tergerak untuk mengikuti ajakan atau nasihatnya.
Ringkasnya, dalam menyampaikan khutbah, seorang pemimpin membutuhkan kecerdasan dan kecerdikan sehingga mampu mempengaruhi orang lain dan bisa mengikuti apa yang disampaikan oleh sang penyampai khutbah.
Dalam hal ini, pribadi Nabi Muhammad adalah salah satu contoh pemimpin yang sukses menyampaikan dakwah dengan mencontohkan dirinya sebagai pribadi yang memiliki akhlak baik. Jangan pernah berharap dakwah seseorang bisa didengarkan dan diikuti, jika khatib-nya sendiri tidak bisa melaksanakan apa yang disampaikan kepada orang lain. Dakwah lewat ceramah harus selaras dengan tingkah laku sang penceramah sehingga orang lain bisa mengikuti apa disampaikannya.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Hotma Sitompul Beragama Apa? Disebut Pernah Menikah Secara Islam, Tapi Anaknya Tak Diakui
-
Picu Kebingungan Warganet, Siapa yang Berhak Menentukan Mahar dalam Islam?
-
Kunci Agar Doa Dijabah Allah SWT
-
OTW Dilakukan Lisa Mariana, Apakah Operasi Bariatrik Diperbolehkan dalam Islam?
-
Resmi Mualaf, Apakah Ruben Onsu Harus Mengganti Nama?
Ulasan
-
Review Novel 'Totto-chan': Bukan Sekolah Biasa, Tapi Rumah Kedua Anak-anak
-
Mengenal Puisi Sederhana Penuh Makna dalam Buku Perjamuan Khong Guan
-
Ulasan Novel Jar of Hearts: Terungkapnya Kasus Pembunuhan Setelah 15 Tahun
-
5 Film Korea 2025 Beragam Genre yang Pantang Buat Kamu Lewatkan, Ada Mickey 17
-
Review Film One to One - John and Yoko: Aktivisme, Seni, dan Politik
Terkini
-
4 Ide OOTD Youthful ala Jiwoo Hearts2Hearts, Sederhana tapi Tetap Memikat!
-
Blak-blakan! Sandy Walsh Ngaku Beruntung Bela Timnas Indonesia Sejak Awal
-
Hanya Satu Pemain yang Masuk Tim ASEAN All Stars, Pendukung Timnas Indonesia Siap Kecewa
-
Tantang Diri Sendiri, Kai EXO Usung Banyak Genre di Album Baru Wait on Me
-
Park Bo Young Ambil Peran Ganda dalam Drama Baru, Visualnya Bikin Pangling