Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa dalam beramal atau berbuat kebaikan seyogianya disertai dengan rasa ikhlas. Ikhlas itu tempatnya di dalam hati. Tanpa keikhlasan saat beramal, tentu semua tiada ada gunanya. Karena salah satu diterimanya amal kebajikan itu bila disertai dengan rasa ikhlas.
Dalam “Buku Saku Ibadah Hati” dijelaskan, tanpa ikhlas amal menjadi sia-sia, melelahkan tapi tidak menghasilkan pahala, seperti yang digambarkan oleh Allah di dalam Al-Quran, “Kami datangkan semua amal yang mereka kerjakan itu, lalu Kami enyahkan dari hadapan Kami bagaikan debu yang berterbangan” (Al-Furqan: 23).
Dengan ikhlas, sebuah amal akan menjadi besar karena Allah akan melipatgandakan pahalanya pada hari kiamat hingga menjadi lebih besar daripada yang dibayangkan manusia (halaman 89).
Berusaha mengiringi setiap perbuatan yang baik dengan keikhlasan memang butuh perjuangan dan pembiasaan. Seyogianya kita berusaha melatihnya sejak dini. Ya, kita hanya butuh membiasakan diri untuk beramal, sedikit demi sedikit dengan diiringi rasa ikhlas dan semata hanya mengharap keridhaan Allah. Biasakan terus, hingga akhirnya keikhlasan itu akan tumbuh dalam hati dengan sendirinya di setiap perbuatan yang kita lakukan.
Dengan ikhlas, kontinuitas amal akan terjaga. Orang yang beramal demi manusia, demi syahwatnya atau demi nafsu seksnya, akan berhenti beramal bila tujuan-tujuannya tersebut tidak terpenuhi. Orang yang beramal demi popularitas atau jabatan akan menarik diri bila cita-citanya itu tidak tercapai. Orang yang beramal untuk menyenangkan pejabat akan berhenti beramal bila pejabat tersebut diturunkan dari jabatannya atau mangkat (halaman 90-91).
Dalam “Buku Saku Ibadah Hati” dijelaskan, orang yang beramal demi Allah tidak akan pernah berhenti atau mundur dari amalnya. Karena, Allah tidak akan hilang atau diturunkan dari jabatannya sebagai Tuhan. Allah tidak akan binasa, sedangkan selain Allah akan binasa. Hal yang penting dipahami bersama, ikhlas bisa mengubah yang mubah menjadi ibadah. Ikhlas laksana obat mujarab; jika diletakkan di salah satu amal mubah maka amal itu akan bernilai ibadah.
Selain membahas tentang seputar makna dan arti ikhlas, dalam buku karya Dr. Muhammad Musa al-Shareef ini juga dijelaskan tentang ibadah hati menurut kaum Salaf, mengapa hati begitu penting, mengapa hati lebih penting daripada ibadah fisik, dan lain-sebagainya. Selamat membaca.
Baca Juga
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
Artikel Terkait
-
Pak Raden Si Unyil Berkisah Kera Usil dalam Buku Pedagang Peci Kecurian
-
Utamakan Kepentingan Ibu daripada Menteri dalam Buku Ada Surga di Rumahmu
-
Ulasan Novel The Vanishing Half: Diskriminasi Warna Kulit di Tengah Tekanan Sosial
-
Agar yang Redup Kembali Hidup dalam Seni Menemukan Kembali Diri Sendiri
-
Daftar Lengkap 27 Rute Bus Shalawat Haji: Solusi Transportasi ke Masjidil Haram
Ulasan
-
Review Film Korban Jatuh Tempo - Pinjol: Ada yang Lebih Horor dari Setan
-
Pulau Pahawang, Spot Snorkeling dengan Pemandangan Alam Cantik di Lampung
-
Ulasan Novel Bad Blood: Pertarungan Terakhir Menyingkap Kasus Pembunuhan
-
Ulasan Film Pusaka: Horor Sadis yang Bakal Bikin Kamu Jantungan!
-
Bedah Lagu TXT 'Love Language', Komunikasi Cinta Lewat Nada Afro House
Terkini
-
Jorge Martin Digosipkan Keluar dari Aprilia, Tim Mana yang Mau Terima?
-
Naturalisasi Mauro Ziljstra Terancam Batal, Pihak PSSI Ungkap Hal Ini!
-
4 Inspirasi OOTD Effortless ala Haneul KISS OF LIFE yang Bikin Kece Seharian
-
Netflix Bagikan 6 Rekomendasi Film Lokal tanpa Reza Rahardian, Apa Saja?
-
Thailand Open 2025: Akankah Juara Bertahan Back to Back Raih Gelar Lagi?