Sebelum TNI-AL mengoperasikan beragam rudal anti kapal atau Anti-ship Missile semacam Exocet, C-802, Yakhont dan rudal legendaris Harpoon buatan Amerika Serikat, Indonesia pernah mengoperasikan rudal anti-kapal yang terkenal sejak awal periode tahun 1960-an. Rudal tersebut dikenal dengan nama P-15 “Termit”, akan tetapi pihak NATO mengenal rudal tersebut dengan sebutan SS-N-2 atau Styx.
Rudal ini sempat menjadi momok pihak barat kala itu yang sedang berkonflik dengan negara-negara pakta Warsawa atau negara yang memiliki hubungan dengan Uni Soviet termasuk Indonesia. Rudal ini menjadi salah satu simbol kekuatan persenjataan angkatan laut blok timur kala itu yang dipimpin oleh Uni Soviet pada periode awal hingga pertengahan perang dingin (cold war).
1. Rudal Generasi Pertama Uni Soviet
Meskipun P-15 bukanlah rudal pertama yang memasuki layanan dalam militer Uni Soviet, akan tetapi rudal ini bisa dikategorikan sebagai rudal generasi pertama Uni Soviet bersama SS-N-1 “Scrubber” dan AS-1 “Kennel”. Dilansir dari wikipedia.com, Styx sendiri mulai memasuki layanan Uni Soviet sejak tahun 1960-an.
BACA JUGA: Liga 1 Belum Bergulir, PSSI Akui TC Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2022 Tidak Ideal
Rudal yang difungsikan sebagai rudal anti-kapal dan juga pertahanan pantai (coastal-defense) tersebut dianggap sebagai salah satu rudal tercanggih buatan Uni Soviet di masanya.
2. Mengambil Dari Desain Pesawat
Seperti lazimnya rudal AS-1 yang merupakan rudal yang berasal dari basis pesawat MiG-15 yang dirubah, rudal P-15 juga didasarkan dari desain pesawat eksperimental Yak-100. Desain pesawat tersebut diambil karena dianggap memiliki konsep aerodinamis yang cukup menjanjikan untuk dibuat sebagai rudal anti kapal.
Rudal yang diproduksi oleh pabrikan MKB Raduga tersebut memiliki panjang sekitar 5.8 meter dan berat sekitar 2.5 ton. Rudal ini dipersenjatai hulu ledak High-explosive (HE) seberat 454 kg. tentunya hulu ledak sebesar itu sudah cukup intuk merusak sebuah kapal dengan tonase sedang ataupun besar.
BACA JUGA: Prediksi Ghana vs Uruguay di Grup H Piala Dunia 2022: Laga Penentuan Sekaligus Ajang Balas Dendam
Rudal satu ini memiliki kecepatan hingga mach 0.95 dan memiliki jarak jangkaun sekitar 40-80 km. Rudal ini memiliki sistem pelacakan menggunakan infra merah, Auto-pilot maupun active radar hooming.
3. Menjadi Persenjataan Utama Kapal Komar-Class ALRI
Meskipun bisa dikombinasikan dengan banyak kapal tempur produksi Uni Soviet, pihak TNI-AL atau yang saat itu masih dikenal dengan nama ALRI menggunakan rudal tersebut sebagai sistem persenjataan utama dari kapal cepat rudal Komar-class yang juga dibeli dari Uni Soviet. Kapal cepat rudal generasi pertama yang dioperasikan oleh militer Indonesia tersebut dapat membawa 2 unit rudal Styx di masing-masing kapal.
Dilansir dari situs indomiliter.com, Komar-class sendiri dibeli oleh TNI kala itu guna mendukung kampanye operasi Trikora untuk merebut Irian jaya dari tangan Belanda. Indonesia saat itu membeli sebanyak 12 unit kapal Komar-class untuk memperkuat angkatan laut Indonesia. Meskipun tidak pernah diterjunkan dalam pertempuran dan hanya digunakan sebagai platform pelatihan tembak rudal saja, akan tetapi keberadaan Komar-class dan rudal Styx kala itu memang menjadi salah satu momok pihak Belanda yang tengah berkonflik dengan Indonesia perihal Irian jaya.
Video yang Mungkin Anda Suka.
Baca Juga
-
Resmi Lolos ke Round 4, Indonesia akan Rotasi Pemain saat Lawan Jepang?
-
Karir Tak Jelas, Marselino Ferdinan akan Dipinjamkan oleh Oxford United?
-
Media Asing Prediksi Nasib Buruk Indonesia di Babak Round 4, Seperti Apa?
-
Laga Indonesia vs Cina: Jadi Pembuktian Rasa Nasionalisme Bagi Emil Audero
-
Marselino Ferdinan Absen Lawan China, Ivar Jenner Jadi Gelandang Serang?
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ledakan Rempah di Setiap Suapan, Mengintip Lezatnya Kebuli Jannah Jambi
-
Review Film Ruang Rahasia Ibu: Kupas Misteri Selepas Duka
-
Review Film Julie Keeps Quiet: Yang Memilih Nggak Terlalu Banyak Bicara
-
Ulasan Novel Saksi Mata: Kebenaran yang Tak Bisa Dibungkam Oleh Kekuasaan
-
Review Film Tak Ingin Usai di Sini: Saat Cinta Diam-Diam Harus Rela Pergi
Terkini
-
Chocolate oleh Baekhyun: Ungkapan Manis Pahitnya Perasaan Cinta Bak Cokelat
-
Budaya Cicil Bahagia: Ketika Gen Z Menaruh Harapan pada PayLater
-
Review Film Big World dari Sudut Pandang Disabilitas, Apakah Relate?
-
Tampil Kece Seharian dengan 5 Inspirasi Outfit Kasual ala Al Ghazali
-
Kutukan Tambang Nikel? Keuntungan Ekonomi Melambung, Kerusakan Lingkungan Menggunung