Pada masa orde baru, tepatnya pada dekade tahun 1970-an Indonesia melakukan misi merebut Timor Timur yang dikenal dengan operasi Seroja. Operasi militer yang terjadi pada kurun waktu 7 Desember 1975 hingga 17 Juli 1976 ini memiliki tujuan untuk mengintegrasikan wilayah Timor Timur ke dalam pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun dianggap sebagian kalangan sebagai salah satu operasi yang menimbulkan pro dan kontra hingga hari ini, akan tetapi pada masa tersebut pihak militer Indonesia turut andil dalam menerjunkan serangan udara anti-gerilya atau yang dikenal dengan nama counter-insurgency (COIN).
Salah satu pesawat tempur yang digunakan dalam misi tersebut adalah North-American Rockwell OV-10 Bronco atau yang lebih dikenal dengan nama OV-10 Bronco. Bagaimanakah kiprah pesawat tersebut dalam mengemban misi anti-gerilya bagi TNI ? simak ulasannya ringkasnya berikut ini.
1. Pesawat Tempur Berbiaya Murah
Pesawat dengan desain twin-boom atau sayap ganda ini lahir dari permintaan militer Amerika Serikat untuk pesawat anti-gerilya sekaligus pengintai berbiaya rendah. Maka dari itu lahirlah pesawat OV-10 yang merupakan pesawat tempur bermesin turboprop buatan pabrikan North-American Rockwell. Dilansir dari situs wikipedia.com, pesawat ini mulai memasuki layanan dalam militer Amerika Serikat pada tahun 1969. Pesawat ini merupakan salah satu pesawat tempur dengan biaya terbang paling murah dan perawatan yang sederhana pada masanya.
Pesawat yang diawaki oleh 2 orang ini ditenagai oleh sepasang mesin Garrett T76-G-420/421 turboprop yang mampu membuat pesawat dengan panjang 13.41 meter ini terbang dengan kecepatan maksimal 460 km/jam dan daya jelajah dengan tangki bahan bakar eksternal sejauh 1.000-2.000 km.
Pesawat yang juga mampu melaksanakan misi pengintaian ini dipersenjatai oleh 1 senapan mesin M197 electric cannon kaliber 20 mm atau 4 senapan mesin berkaliber 7.62 mm dan 12.7 mm. Pesawat ini juga dapat membawa beragam persenjataan seperti roket tanpa pemandu, rudal AIM-9 Sidewinder dan bom seberat 227 kg.
2. Kenyang Pengalaman Tempur
Selain digunakan oleh militer Amerika Serikat, pesawat ini juga dioperasikan oleh beberapa negara seperti Jerman, Thailand, Maroko, Venezuela, Kolombia, dan juga Indonesia. Pesawat ini dalam tubuh TNI dikenal dengan nama “Si Kampret” karena kehandalannya. Bahkan, pesawat ini dianggap pesawat paling tangguh karena dapat menggunakan bahan bakar mobil dan hanya sedikit kehilangan daya.
Dilansir dari situs indomiliter.com, saat dioperasikan oleg TNI pesawat ini mendapatkan namanya ketika menghabisi gerilyawan Fretilin saat konflik di Timor-Timur. Saat itu Indonesia kekurangan pesawat yang mampu digunakan sebagai pesawat anti-gerilya, hal ini dikarenakan pesawat yang memiliki fungsi seperti itu yakni P-51, B-25 dan B-26 dirasa sudah terlalu tua dan tidak maksimal dalam melakukan misi tersebut. Maka dari itu pihak TNI melakukan pembelian 16 unit peswat OV-10 Bronco.
BACA JUGA: Hasil Liga 1: Arema FC Gasak Dewa United 2-0 di Manahan
Pada misi di Timor-Timur, pesawat ini menjadi momok pasukan fretilin karena manuvernya yang lincah plus mampu memuntahkan beragam persenjataan mulai dari peluru kaliber 12.7 mm atau 20 mm, beragam bom dan juga roket. Selain itu, pesawat ini juga mampu menerjunkan kargo dan pasukan secara terbatas karena memiliki sistem kargo internal di bagian belakang tubuh pesawat. Pesawat ini juga sempat bertugas dalam berbagai misi di Aceh dan juga beberapa konflik dengan pihak KKB-OPM di Papua.
3. Banyak Menghuni Museum dan Menjadi Monumen di Indonesia
Pesawat OV-10 Bronco kini telah dipensiunkan sejak tahun 2013 dan digantikan dengan pesawat dengan kemampuan yang sama yakni EMB-314 Super Tucano yang merupakan pesawat buatan pabrik Embraer dari Brazil. Akan tetapi, pesawat-pesawat OV-10 yang telah dipensiunkan tersebut beberapa telah dirubah menjadi monument dan sebagian menjadi koleksi di museum. Salah satu pesawat yang dijadikan koleksi yakni berada di Museum Dirgantara Adisucipto, Yogyakarta.
Itulah sedikit pembahasan mengenai pesawat OV-10 Bronco yang dikenal sebagai salah satu pesawat paling battle proven dalam tubuh TNI pada masanya. Tentunya meski kini telah pensiun, namun sejarah pesawat tersebut akan selalu abadi menjadi koleksi di berbagai museum dan monumen.
Video yang Mungkin Anda Suka.
Baca Juga
-
PSSI Targetkan Timnas Indonesia Diperingkat ke-50 Dunia pada Tahun 2045 Mandatang
-
Calvin Verdonk Singgung Taktik Shin Tae-yong di Timnas Indonesia, Ini Alasannya
-
Bersaing dengan 2 Seniornya, Apakah Arkhan Kaka Bisa Dilirik oleh STY?
-
Indonesia Perlu Waspadai Myanmar di AFF Cup 2024, Jadi Tim Kuda Hitam?
-
Titus Bonai Sebut Ada Perbedaan Kondisi Dulu dan Saat Ini di Tim Nasional Indonesia
Artikel Terkait
-
Maskapai Rela Turunkan Harga Tiket Pesawat Selama Libur Nataru
-
Tak Masalah Disuruh Turun 10 Persen, Lion Air Group Mau Atur Ulang Sistem Harga Tiket
-
Kemenhub Beberkan Perhitungan Tiket Pesawat Domestik Bisa Turun 10 persen
-
Penerbangan MEA Kembali Normal 12 Desember Setelah Gencatan Senjata Israel-Lebanon
-
Ingat! Penurunan Harga Tiket Pesawat Domestik 10 Persen Hanya Berlaku Hingga 3 Januari
Ulasan
-
Kisah Persahabatan yang Mengubah Segalanya dalam Novel The Shark Caller
-
Ulasan Film 'Bila Esok Ibu Tiada', Ada Rahasia di Balik Senyum Ibu
-
Menggali Budaya dari Hidangan Sulawesi Selatan dalam Novel Kisah dari Dapur
-
Ulasan Novel Takbir Rindu di Istanbul, Memperjuangkan Cinta atau Cita-Cita?
-
Novel 'Dua Belas Pasang Mata', Pengabdian Guru di Tengah Krisis Peperangan
Terkini
-
3 Cleansing Balm Mengandung Salicylic Acid untuk Pemilik Kulit Berjerawat
-
Media Vietnam Soroti Cara Erick Thohir 'Ekspor' Pemain Indonesia, Ada Apa?
-
4 Inspirasi Outfit Kasual ala Oh Ye-ju yang Pas untuk Daily Wear!
-
Intip Harga Tiket Konser Linkin Park di Jakarta 2025, Mulai Rp1,55 Juta
-
3 Rekomendasi Milk Cleanser dari Brand Lokal Terbaik, Harga Mulai 8 Ribuan!