Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Rizky Melinda Sari
Cover Buku (dok. pribadi/rizkymelinda)

Buku yang berjudul Ini Cinta, Ndut! karangan penulis Indonesia dengan nama pena @andhyrama ini mengangkat tema tentang bullying fisik yang dialami oleh tokoh utama perempuan yang ada di novel ini. Diterbitkan oleh C-Klik Media dengan tebal 294 halaman.

Ulasan buku "Ini Cinta, Ndut!"

Ada orang yang senang dibully karena bentuk tubuhnya yang jumbo? Ada! Abel namanya. Ia adalah seorang siswi sekolah SMA yang rela-rela saja diejek, dicaci, dibully, dan dijadikan bahan tertawaan oleh teman-teman sekelasnya.

Awal-awal baca, jujur aku merasa tidak tega dengan kehidupan Abel yang penuh bullying. Tapi dia justru menganggap itu hal yang biasa saja dan tidak ambil hati. Dia malah berpikir selagi bisa membuat orang senang dan tertawa, kenapa harus keberatan.

Ada lagi sosok Albi, cowok yang katanya tampan dan dari keluarga terpandang. Tapi sayangnya dia suka ngebully Abel dan suka memprovokasi teman yang lain untuk membully Abel. Lagi-lagi, Abel justru menganggap biasa saja. Bahkan ketika Albi tidak masuk, Abel justru merindukan bully-an dari Albi!

BACA JUGA: Sinopsis 30 Days, Film Bergenre Komedi Romantis yang Dibintangi Kang Ha Neul

Di lihat dari sudut mana pun, bullying tentang fisik seseorang sama sekali tidak bisa dibenarkan. Meskipun sosok Abel mungkin banyak di luar sana, yang terlihat biasa saja dan tidak keberatan, kita sebenarnya tidak pernah tahu perasaan mereka yang sesungguhnya.

Terbukti di bab menjelang akhir, Abel mengaku bahwa ia sebenarnya juga sakit hati dengan julukan-julukan orang lain terhadap dirinya. Namun, ia tetap bersyukur memiliki keluarga yang hangat dan harmonis yang selalu mendukung penuh dirinya.

Value atau nilai yang bisa diambil dari kisah Abel dan Albi ini adalah kita harus tahu batasan dalam bercanda. Jangan jadikan fisik seseorang sebagai bahan candaan. Hargai orang lain, sebagaimana kita ingin dihargai juga.

BACA JUGA: Soal Keamanan Bharada E Di Lapas, LPSK Bakal Berkoordinasi dengan Ditjenpas Kemenkumham

Dari sosok Abel, aku jadi belajar untuk bersikap bodo amat dengan pandangan orang-orang. Selagi kita bahagia dengan diri sendiri, kenapa harus berusaha menjadi sosok orang lain. Sosok Abel juga mengajarkan untuk tidak mudah mendendam serta bersedia memaafkan kesalahan orang lain.

Seperti kata-kata ibu Abel yang dikutip dari halaman 52:

"Tapi, ejekan enggak akan buat kamu rendah. Kalau kamu merasa rendah, berarti kamu kalah. Kalau kamu marah, kamu juga kalah."

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Rizky Melinda Sari