Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Wahid Kurniawan
Orang-Orang Oetimu (Twiiter/@bibliovira)

Setelah novelnya, Orang-Orang Oetimu (Marjin Kiri, 2020), keluar sebagai juara pertama Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 2018, nama Felix. K. Nesi belakangan ini cukup akrab di telinga para penikmat sastra tanah air. Jebolan sayembara semacam itu tentu mengundang perhatian, sebab ekspektasi awam akan memacak tinggi atas karya-karya yang dikeluarkannya.

Begitu pula dengan novel Felix ini. Sebagai novel etnografis yang kaya informasi dan kisah yang getir sekaligus menyenangkan, Orang-Orang Oetimu bukanlah karya sembarangan. Hal ini pun ditopang dengan teknik berceritanya yang menawan.

BACA JUGA: Bisnis Logika Langit, Ditulis oleh Peraih Santripreneur Award Indonesia 2020

Sejak kalimat pertamanya, novel ini telah menunjukkan penggunaan teknik bercerita yang tak biasa. Satu nama seketika keluar begitu membaca kalimat pertamanya, yakni Eka Kurniawan. Dan begitu selesai di paragraf pertama, ingatlah kita akan novel Lelaki Harimau. Mengapa bisa demikian? Sebab, kedua kedua novel ini jelaslah tampak menggunakan teknik berkisah yang serupa, yaitu Foreshadowing atau peramalan. 

Kalimat itu berbunyi, “Satu jam sebelum para pembunuh itu menyerang rumah Martin Kabiti, di malam final Piala Dunia, Sersan Ipi menjemput Martin Kabiti dengan sepeda motornya.”

Secara umum, Foreshadowing berarti memberi bocoran atau petunjuk atas peristiwa yang kelak terjadi di dalam novel. Bentuk petunjuk ini pun beragam, bisa konflik utama, klimaks, bahkan ending cerita. Oleh karena itu, bila tak digunakan secara hati-hati, teknik ini bisa menjadi bumerang bagi cerita itu sendiri. 

Namun, di situlah letak keunikan dan tantangan dalam penggunaannya. Penulis harus menggunakannya secara tepat, sehingga tujuan utamanya tetap terjaga, yakni untuk terus memancing rasa penasaran pembaca. Dan, Felix tampak berhasil menggunakan teknik ini di dalam novelnya.

Setelah mengabarkan seperti dalam kalimat pertama di atas, Felix lantas melebarkan penjelasannya lebih luas lagi perihal apa saja yang terjadi di Oetimu pada malam itu. Lalu begitu selesai, di bab keduanya, Felix mengisahkan hal-ihwal yang sama sekali lain, yakni kejadian tentang tokoh lain di kota Lisabon tahun 1974. 

Dari narasi yang berbeda tersebut, atensi pembaca kemudian ditarik supaya fokus ke hal lain terlebih dahulu. Apa yang terjadi di kalimat dan bab pertama, tentu masih menjadi tanda tanya di kepala pembaca. Namun, Felix menyimpan jawabannya. Ia mengajak pembacanya masuk ke persoalan yang lain, ke konflik yang berbeda, dan ke orang-orang yang berbeda pula.

Itu semua ia dedahkan secara acak, tapi tetap terjalin dengan benang merah yang saling berkaitan. Sampai kemudian, setelah mendedahkan beragam konflik dan persoalan, kisah cinta dan hubungan antartokohnya,Felix mengajak pembacanya menjenguk kembali bagian awal kisah novel ini. Felix memainkan alur melingkar yang cantik sekali. 

Serupa Tapi Tak Sama        

Bila di novel Lelaki Harimau, Eka memasang ending cerita sebagai petunjuk atau bocoran kisah, sehingga alur menuju bagian akhir novel adalah penjabaran sebab-sebab atas kejadian di pembukaan novel; lain halnya dengan Orang-Orang Oetimu.

Felix memasang klimaks dari cerita sebagai petunjuk atau bocoran kisah, sehingga walaupun kiat yang ia lakukan tampak tak jauh berbeda dengan Eka, tetapi begitu kembali ke bagian pembukaan novel, Felix belum selesai dengan ceritanya. Ada tugas yang mesti ia tuntaskan: Menggiring klimaks ke ending cerita.

BACA JUGA: Ulasan Novel 'Cinta Segala Musim', Upaya Seorang Istri Menjaga Kesetiaan

Apa dengan begitu, Felix melakukan tugasnya sebagai juru kisah bagi pembacanya dengan baik? Dalam hal menjaga tanda tanya dan rahasia di kepala pembaca, sekaligus kunci utama dari teknik ini, untungnya Felix berhasil melakukan tugasnya dengan baik.

Oleh sebab itu, kendati gaya berkisah Felix tampak lebih menonjolkan telling ketimbang showing—yang di beberapa kasus rawan mengundang kejenuhan pembaca, tetapi dengan keberadaan teknik ini, yang dipadukan dengan kisah unik dan penokohan yang tampak kokoh, Felix betul-betul membuat Orang-Orang Oetimu sebagai novel yang spesial. Bisa dikatakan, novel ini melengkapi semua hal yang membuatnya sebagai bacaan favorit. Salah satu nilai utamanya, tentu saja, keberadaan teknik foreshadowing ini. 

Wahid Kurniawan