Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | zahir zahir
Ilustrasi Atraksi Berjalan di atas Bara Api di Jepang (wikipedia/japanese world culture)

Pada tanggal 1 April tahun 2023 ini diperingati sebagai Hari Berjalan di atas atau International Firewalk Day. Melansir dari situs National Today, peringatan ini dilakukan setiap hari sabtu pertama di bulan April setiap tahunnya. Kegiatan yang bisa dibilang cukup ekstrim tersebut ternyata menjadi salah satu kebudayaan dalam masyarakat dunia yang diketahui telah berusia ribuan tahun.

Sejak ribuan tahun yang lalu, kemampuan untuk berjalan di atas api dengan alas atau tanpa alas kaki sedikitpun merupakan sebuah pertunjukan yang cukup unik sekaligus menyeramkan bagi sebagian orang. Selain itu, kegiatan ini juga memiliki beberapa fakta menarik dan unik yang tentunya menarik untuk disimak. Berikut 3 fakta unik dan menarik dari atrasik berjalan di atas api.

BACA JUGA: 4 Makhluk Mitologi Jepang Terpopuler, Jadi Inspirasi Banyak Anime

1. Diketahui Sudah Ada Sejak Ribuan Tahun Sebelum Masehi

Atraksi berjalan di atas api (pexels/joshua newton)

Atraksi berjalan di atas bara api merupakan salah satu kegiatan atau atraksi yang berusia cukup tua. Melansir dari sebuah artikel yang berjudul “Fire Walking and the Persistence of Charlatans”, kegiatan berjalan di atas api diketahui telah ada sekitar 1.200 tahun sebelum masehi dan diketahui muncul sejak masa besi di dataran India kuno. Meskipun diketahui muncul di daratan India kuno, akan tetapi ternyata tradisi sejenis juga diyakini sudah ada di beberapa daerah lainnya di dunia di masa yang sama.

Beberapa daerah di kawasan Asia seperti India, China, Jepang dan sekitar kepulauan Filipina juga diketahui memiliki tradisi berjalan di atas bara api. Daerah lainnya yang diketahui melakukan tradisi ini yakni di kepulauan Polinesia, Selandia Baru, beberapa daerah di Amerika latin dan juga di beberapa tempat di Afrika. Bahkan, beberapa suku di daratan Amerika kuno juga melakukan atraksi serupa sejak 1.000 tahun yang lalu.

2. Dari Pembuktian Kepercayaan hingga Terapi Penenang Batin

Pertunjukan Menginjak Bara Api di Pulau Bali (unsplash/james rodmann)

Tradisi berjalan di atas api memang merupakan kegiatan yang cukup berbahaya. Namun, kegiatan ini sejatinya merupakan salah satu aktivitas yang diyakini sebagai penghubung manusia dengan Tuhan atau Dewa dalam beberapa kepercayaan.

Di daratan Asia, kegiatan ini dilakukan oleh para pemuka agama atau pendeta relasinya dengan para dewa. Umumnya para pendeta tersebut akan berdoa terlebih dahulu sebelum berjalan di atas bara api tanpa menggunakan alas kaki sedikitpun.

Seiring berjalannya waktu, kegiatan ini juga menjadi salah satu aspek yang menarik dalam segi wisata sebuah daerah. Salah satunya di daerah Pulau Bali, Indonesia yang seringkali mengadakan atraksi berjalan di atas bara api dalam beberapa kegiatan keagamaan atau acara tertentu yang dapat menarik wisatawan.

Hal serupa juga dilakukan masyarakat di kepulauan Fiji yang sebenarnya atraksi ini dalam sejarahnya merupakan bagian dari ritual pendewasaan atau inisiasi keagamaan lokal di sana. Bahkan, dalam beberapa suku atau masyarakat tertentu mengganggap kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang dapat menenangkan batin dan memurnikan jiwa yang sebelumnya dianggap kotor.

3. Pendapat Para Ahli Mengenai Ritual Berjalan di atas Api

Kegiatan berjalan di atas bara api (wikipedia/yuji nakamoto)

Sejak ratusan tahun lalu kegiatan berjalan di atas bara api seringkali mengundang decak kagum dan tanda tanya bagi sebagian orang. Bahkan, tidak jarang pula beberapa peneliti juga melakukan riset mengenai kegiatan ini.

Melansir dari artikel yang berjudul "Firewalking: a contemporary ritual and transformation", menyebutkan ada beberapa cara yang bisa dilakukan seseorang untuk dapat berjalan di atas bara api tanpa alas sedikitpun. Cara yang dilakukan yakni dapat memfokuskan pikiran bukan terhadap api namun ke hal-hal lain sembari berjalan dengan kecepatan normal di atas bara api.

Selain itu, beberapa peneliti juga mengungkapkan lapisan kulit di bagian alas kaki manusia cenderung lebih tebal dan dapat menahan panas lebih baik. Hal inilah yang membuat beberapa orang dapat melewati bara api dengan hanya mengalami luka sedikit atau bahkan tanpa luka sedikitpun. Selain itu, ada anggapan bahwa tubuh manusia sejatinya merupakan konduktor panas yang buruk dan tidak terlalu baik dalam menyalurkan hawa panas. 

zahir zahir