Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | zahir zahir
Ilustrasi Kapal Korvet Parchim-class Milik TNI-AL (wikipedia/Indonesian Navy)

Pada dekade 1990-an Indonesia melakukan beberapa modernisasi alutsista di beberapa matra dan kesatuan TNI. Salah satu matra yang mendapatkan modernisasi adalah TNI-AL. Di masa ini salah satu pembelian alutsista yang cukup menyita perhatian adalah pembelian 16 unit kapal pemburu kapal selam (anti-submarine) kelas korvet Parchim-class bekas dari angkatan laut Jerman timur. Pembelian ini dilakukan karena pada saat itu pihak Jerman barat dan Jerman timur sepakat untuk bersatu kembali dan ingin melakukan pembaharuan alutsista dan militernya.

Kapal kelas korvet parchim-class tersebut kemudian dilirik oleh pihak TNI-AL. Melalui Menteri Riset dan Teknologi saat itu pembelian kapal korvet tersebut mulai dilakukan. Akan tetapi, pembelian kapal korvet bekas dari angkatan laut Jerman timur tersebut sempat menuai beberapa kontroversi dan problematika. Berikut ini beberapa fakta menarik dari kapal korvet Parchim-class yang dimiliki oleh TNI-AL.

1. Pembeliannya Menimbulkan Polemik

KRI Pattimura, Salah Satu Korvet Parchim-class Milik TNI-AL (wikipedia/Indonesian Navy)

Pada saat pembelian kapal korvet Parchim-class tersebut menimbulkan polemic di beberapa kalangan. Melansir dari buku Perkembangan Menonjol Pers Indonesia Periode 1991-1994, pembelian kapal korvet Parchim-class tersebut sempat dikritik karena menghabiskan dana yang tergolong cukup besar. Diketahui dana yang disetujui saat itu sebesar 12.7 juta USD untuk pembelian 16 kapal korvet Parchim-class, 9 kapal penyapu ranjau Kondor-class dan 14 kapal pendarat pasukan Frosch-class.

Pembelian 16 unit kapal korvet Parchim-class itulah yang menimbulkan polemik saat itu. Harga yang dikeluarkan untuk pembelian 16 kapal bekas dari angkatan udara Jerman timur yang dianggap sudah menua tersebut dianggap terlalu besar. Berita tersebut kemudian sempat menjadi pemberitaan di beberapa media seperti tabloid Tempo dan Detik. Kemudian kedua media tersebut pada akhirnya ‘dibredel’ oleh pemerintah saat itu untuk tidak menimbulkan polemik berkepanjangan di masyarakat. Meskipun sempat dikritik akan tetapi pembelian 16 unit kapal korvet tersebut tetap dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia.

2. Memiliki Sistem Persenjataan Peluncur Roket Anti Kapal Selam

Sistem Peluncur Roket RBU-6000 (wikipedia/Randall keith)

Sebagai kapal dengan misi utama pemburu kapal selam, kapal korvet Parchim-class tersebut memiliki sistem persenjataan yang memang diperuntukkan dalam misi pemburuan kapal selam. Kapal yang dioperasikan oleh sekitar 70-80 awak tersebut memiliki kecepatan standar 24 knots atau 45 km/jam. Untuk daya jelajahnya sendiri, kapal ini memiliki jangkauan jarak standar sekitar 3.900 km. Kapal ini dipersenjatai oleh meriam utama AK-725 kaliber 57 mm dengan laras kembar. Selain itu, adapula meriam otomatis AK-230 kaliber 30 mm laras kembar.

Untuk melalukan peran anti-kapal selam, kapal ini dipersenjatai oleh peluncur roket anti-kapal selam RBU-6000. Peluncur roket ini diklaim merupakan salah satu peluncur roket anti-kapal selam tercanggih yang dimiliki oleh blok timur saat itu. Adapula peluncur torpedo kaliber 400 mm yang berjumlah 4 tabung dan sistem peledak kedalaman yang digunakan untuk memburu kapal selam di jarak dekat. Untuk mengatasi serangan udara, kapal korvet Parchim-class memiliki sistem rudal perlindungan udara SA-N-5 “Strela” yang berjumlah 2 unit.

3. Masih Digunakan oleh TNI-AL Hingga Kini

KRI Cut Nyak Dien (wikipedia/Indonesian Navy)

Meskipun dianggap sebagai pembelian yang cukup kontroversial saat itu, akan tetapi kapal korvet Parchim-class yang kemudian dibranding menadi Kapiten Pattimura-class oleh TNI-AL masih digunakan hingga kini. Melansir dari situs Indomiliter, sebelum diserahkan kepada Indonesia, kapal-kapal kelas korvet Parchim-class tersebut terlebih dahulu menjalani proses perbaikan dan peningkatan agar mampu digunakan di iklim tropis di Indonesia.

Perbaikan tersebut meliputi sistem mesin, radar dan sonar serta beberapa sistem persenjataan. Sistem persenjataan utama yakni meriam AK-725 kaliber 57 mm diilepas dan di beberapa kapal digantikan dengan meriam CIWS Type 730 buatan Tiongkok. Sistem peluncur torpedo 400 mm yang dimiliki oleh Parchim-class juga dilepas dan diganti dengan peluncur torpedo Mk 32 dengan 3 tabung peluncur. Sistem rudal pertahanan udara Strela yang dimiliki oleh kapal ini juga dilepas dan digantikan dengan meriam otomatis Denel GI 20 mm. Hingga saat ini diketahui ada 14 unit kapal korvet Parchim-class yang masih aktif berdinas dari total 16 kapal yang dibeli saat itu.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

zahir zahir