Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy
Ilustrasi Buku "I Am Malala" (Dokumen pribadi/ Sam Edy)

Pendidikan menjadi bekal bagi setiap orang untuk menjalani kehidupan lebih baik. Dengan pendidikan, hidup akan menjadi lebih terarah dan teratur. Oleh karenanya, pendidikan menjadi sebuah hal yang harus terus diprioritaskan dalam hidup ini.

Bicara tentang begitu pentingnya pendidikan dalam hidup ini, kita bisa membaca kisah Malala, gadis kecil yang begitu gigih memperjuangkan pendidikan. Demi bisa terus sekolah, dia tak gentar melewati rintangan yang membahayakan dirinya dan teman-teman sekolahnya.

BACA JUGA: Mario Dandy Cengengesan, Ayah David Ozora: Dia Sehat Psikis, Kalau Disangka Gila Strateginya Berhasil

Kita bisa membaca kisah tentang Malala yang begitu inspiratif dalam memperjuangkan pendidikan untuk kaum perempuan dalam buku "I Am Malala, Gadis Kecil Ditembus Peluru Demi Sekolah" karya Nur Ihsan, diterbitkan oleh Kata Media (2013). Berikut ringkasan kisahnya:

Nama lengkapnya Malala Yousafzai. Usianya masih sangat belia, tetapi keberaniannya melebihi singa gurun. Dia adalah pelajar kelahiran Mingora, Lembah Swat, Pakistan, 12 Juli 1997. Sejak berusia 11 tahun, dia telah aktif menjadi aktivis pendidikan anak perempuan. Bahkan, dia menyatakan dirinya sebagai seorang aktivis pembela hak-hak perempuan. Dia sangat peduli terhadap isu-isu perempuan, terutama pendidikan anak perempuan.

Dengan keberanian luar biasa, kepandaian menulis, kecakapan berkomunikasi dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Inggris, Malala memperjuangkan hak perempuan Pakistan untuk bersekolah dan menentang represi Taliban terhadap kaum perempuan di Lembah Swat. Dengan gigih, dia terus menyuarakan hak anak perempuan dalam mendapatkan pendidikan. 

Dalam pemikiran Malala, pendidikan adalah hak dasar bagi setiap orang. Maka, hanya dengan bersenjata keyakinan dan dukungan kuat dari ayahnya, dia menolak dibungkam. “Aku harus bersuara. Jika aku diam, siapa yang akan berbicara?” ujarnya. Dia juga pernah berpidato dengan berani bahwa perempuan harus memiliki akses pendidikan yang sama dengan laki-laki.

Tindakan Malala tentu bukan tanpa risiko. Taliban semakin gerah dengan sepak terjangnya. Tengah hari, Selasa, 9 Oktober 2012, dia ditembak di dalam bus sekolah oleh kelompok Taliban. Dua buah peluru bersarang di tubuhnya, satu di kepala dan satu lagi di tenggorokan. Kondisinya sangat kritis. Ajaibnya, ia selamat. Keadaannya pun berangsur semakin baik. 

Kisah Malala yang begitu gigih dalam memperjuangkan hak perempuan mengenyam pendidikan begitu inspiratif dan bisa memompa semangat siapa saja untuk terus belajar, mencari ilmu setinggi-tingginya. 

Semoga kita semua menjadi pribadi pembelajar. Jangan pernah lelah untuk terus mencari ilmu di mana pun kita berada, selama hayat masih di kandung badan.

Sam Edy