Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Budi Prathama
Presiden Soekarno (Instagram/bungkarno_)

Mendengar nama Soekarno mungkin tidak asing di telinga masyarakat Indonesia, Bung Karno sapaan akrabnya merupakan bapak proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia. Pemikiran dan perjuangannya terhadap bangsa Indonesia amatlah besar dan itu tidak boleh dilupakan oleh sejarah. Sosoknya selalu menjadi dambaan masyarakat, bahkan kalau ingin mencari orang seperti beliau di era sekarang ini itu mungkin akan sulit. 

Seperti dalam buku “Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” yang ditulis oleh Cindy Adams, Bung Karno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya. Ia merupakan putra dari Raden Soekami Sosrodiharjo dan ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai.

Menurut ibunya, bung Karno lahir saat sedang fajar mulai menyingsing dan banyak peristiwa aneh bertepatan dengan kelahiran bung Karno, seperti dengan meletusnya gunung Kelud. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa pada waktu itu, sebagai tanda akan lahir sosok pemimpin besar. 

Kelahiran Bung Karno juga sebagai putra sang fajar ditandai dengan kelahiran abad baru. Saat itu sedang beralihnya abad ke-19 menuju abad ke-20. Bagi bangsa Indonesia, abad kesembilanbelas adalah adab kegelapan, sedangkan saat Bung Karno dilahirkan merupakan abad terang benderang dalam menaiknya pasang revolusi kemanusiaan. 

Masa kecil Bung Karno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, idekos di rumah Haji Oemar Said Cokroaminoto, seorang proklamator dan juga pendiri Sarekat Islam (SI).

Kemudian Soekarno melanjutkan belajar di HBS (Hoogere Burger School, ketika belajar di sekolah tersebut Bung Karno telah menggembleng jiwa nasionalismenya, hal itu ditandai dengan masuknya di organisasi Jong Java. 

Setelah lulus dari HBS pada tahun 1290, Bung Karno kemudian pindah ke Bandung dan melanjutkan pendidikan di THS (Technische Hoogeschool atau sekolah teknik tinggi yang saat ini dikenal dengan ITB). Ia pun kemudian meraih gelar Ir. Pada 5 Mei 1926. 

Semasa di Bandung Bung Karno kos di rumah Inggit Garnasih, tak lama di situ Bung Karno pun menikahi Inggit sosok ibu kosnya sendiri, walau sebelumnya bung Karno sudah menikat dengan Utari anak dari Cokroaminoto. Alasan Bung Karno meninggalkan Utari karena menurutnya Utari masih berpikiran anak-anak dan lagian pula Bung Karno hanya menganggapnya sebagai saudara. 

BACA JUGA: Ulasan Buku '17 Anak Indonesia Berprestasi Dunia', Perjuangan Meraih Impian

Kemudian karir politik dan perjuangan Bung Karno pun mulai menggelora untuk mengusir penjajah di Indonesia. Dengan bekal yang didapatkan ketika bersama Cokroaminoto dan beberapa buku-buku sosialis yang telah ia konsumsi, akhirnya beliau berhasil merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia) pada 4 Juli 197, dengan tujuan ingin mencapai Indonesia Merdeka. 

Akibatnya, Bung Karno pun dimasukkan oleh Belanda ke penjara Sukamiskin dengan tuduhan sebagai pemberontak terhadap negara, pada 29 Desember 1929.  Delapan bulan kemudian baru disidangkan dengan pembelaannya yang berjudul Indonesia Merdeka. 

Pembelaannya itu pun membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI dibubarkan. Setelah Bung Karno bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo karena PNI yang ia dirikan dulu menjadi dualisme. Akibatnya, beliau pun kembali ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu. 

Setelah melalui perjuangan yang panjang, Bung Karno dan Bung Hatta akhinya bisa memproklamasikan kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 setelah peristiwa Rengasdengklok. Dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945, Bung Karno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama. 

Di masa kepemimpinan beliau, tentu tidak semulus seperti yang diharapkan apalagi negara yang dipimpinnya sebagai negara yang baru. Intervensi asing untuk menguasai kembali Indonesia masih kerap dilakukan. 

Banyak peristiwa yang terjadi pada masa Orde Lama kepemimpinan Bung Karno, hingga akhirnya pun pergolatan politik dan mencapai puncaknya Bung Karno dilengserkan dari jabatannya sebagai Presiden yang digantikan oleh Soeharto pada 1967.  

Setelah lengser, nasib Bung Karno pun justru tidak membaik. Bahkan Bung Karno menjadi tahanan politik di masa Orde Baru dengan tuduhan terlibat dalam pemberontakan G30S/PKI. Hingga akhirnya Bung Karno meninggal dunia di RSPAD pada 21 Juni 1970 dan dimakamkan di Blitar. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Budi Prathama