Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Ghina Shelda Aprelka
Buku "Tabah Seperti Tanah Basah Oleh Hujan" karya Andromeda Nisa

Buku 'Tabah Seperti Tanah Basah oleh Hujan' karya Andromeda Nisa ini, cocok sekali untuk kamu yang sedang menunggu seseorang, yang bertepuk sebelah tangan, maupun yang putus cinta. Yuk, simak ulasannya lebih lanjut di bawah ini!

Identitas Buku

Judul : Tabah Seperti Tanah Basah oleh Hujan

Penulis : Andromeda Nisa

Tahun : 2022

Tebal : 170 halaman

Penerbit : Klik Media

Rating Pribadi : 3.7/5

Ulasan Buku

Rupa-rupanya fase hujan turun belum benar-benar reda dari ingatan.

Barangkali masih betah menunggui kita, dengan perasaan kita yang juga basah karena merindu.

Menanti kepastian dan kedatangan yang mungkin sudah di janjikan.

Merekam, mencatat banyak tawa meski hati sedang sedih-sedihnya.

(Kata-kata pembuka pada buku 'Tabah Seperti Tanah Basah oleh Hujan')

Sesuai dengan tulisan di blurb buku (cover belakang buku) Tabah Seperti Tanah Basah oleh Hujan, "Buku ini adalah tentang rupa-rupa patah hati. Begitu banyak daftar kehilangan tersusun di sini." Buku ini memang di kemas untuk memberi semangat dan mengajak kita tabah dalam menghadapi perasaan yang telah sakit.

Bab pertama, membahas tentang "Balada, Patah Hati, Kotak Pesan." Di sini akan menceritakan lebih detail ke arah perasaan yang tak pernah sampai, yang tidak pernah kembali bertemu, dan tahun-tahun kelam.

Bab kedua, membahas tentang "Melepaskan atau Dilepaskan." Di bagian ini akan menceritakan lebih detail ke arah ketika hati mengizinkan pergi, mengembalikan rasa, juga membawa luka.

BACA JUGA: Ngeri! Inilah 13 Macam Perilaku Menyimpang Seksual, Termasuk Frotteurisme

Bab ketiga, membahas tentang "Menceritakan Kesedihan." Di bab ini akan menceritakan lebih detail ke arah ketika hati bertanya apakah harus berakhir? Lalu kesedihan yang belum reda, bagian yang hilang dan patah, hingga lelah yang mungkin tak berujung.

Di lihat dari babnya saja, sudah mengandung pesan yang sedih. Namun setelah itu penulis di sini akan mengajak para pembaca untuk menemukan solusinya dengan tabah terhadap diri sendiri dan bertawakal pada Tuhan, yaitu di bagian sub-bab "Aku Doakan Kamu" dan "Caraku Menemukan Rindu".

Menurut saya, karya ini adalah penggalan kata-kata refleksi penulis dalam menuangkan isinya. Kata-katanya puitis nan teduh bila di resapi. Walaupun terkesan ambigu untuk penyampaiannya, tapi jika di telisik lebih dalam akan tahu apa makna arti dari tulisan tersebut.

Penggambaran tokoh yang di maksud di sini, lebih ke aku-kamu-dia, dan Dia. Maksudnya di sini ialah hubungan antara saya, orang yang di sukai oleh saya, dan orang yang di sukai olehnya. Lalu terakhir, ada penghubungannya juga dengan Tuhan. Jadi, tidak hanya berhubungan antar manusia tetapi juga dengan Sang Pencipta.

Emosionalitas "aku ke kamu" itu benar-benar terasa di setiap isinya. Emosionalitas yang di maksud di sini bermaksud untuk emosionalitas baik, karena emosionalitas itu tak selalu menggambarkan sifat buruk tetapi ada juga yang bersifat baik. Intinya, ketika kita membaca buku ini akan merasakan getaran di hati kita, entah itu sedih, haru, merasa bersyukur, ataupun yang lainnya.

Buku 'Tabah Seperti Tanah Basah oleh Hujan' ini lebih menggambarkan kepada kita yang tidak bisa memiliki sang pujaan hati, tidak bisa move on daripadanya, dan berusaha untuk pulih dari peliknya lika-liku romansa. Juga tak lupa dengan usaha kita yang selalu di panjatkan kepada-Nya.

Walaupun buku 'Tabah Seperti Tanah Basah oleh Hujan' tidak terlalu relate dengan kepribadian saya pribadi, tetapi saya tetap sangat kagum dengan untaian kata 'abstrak' di dalamnya. Mengapa? Karena setiap kata yang tertaut itu indah, puitis, dan unik, apalagi jika menelisik ke dalam akan maknanya pasti jauh lebih indah. Semoga selalu di tabahkan hati kita ini, layaknya tanah yang di basahi air hujan, ya!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Ghina Shelda Aprelka