Telah tayang di Netflix, 17 Oktober 2023, Film Dokumenter "The Devil on Trial" yang 'disutradarai dan dengan naskah' oleh Chris Holt. Dokumenter ini menggali kisah nyata yang mengilhami plot film horor "The Conjuring: The Devil Made Me Do It."
Film Dokumenter "The Devil on Trial" membahas secara mendalam perihal 'kerasukan', yang dijadikan argumen pembelaan dalam kasus pembunuhan di Amerika Serikat beberapa dekade yang lalu.
Film dokumenter ini, mengisahkan kasus yang juga dikenal sebagai "Devil Made Me Do It," yakni persidangan Arne Cheyenne Johnson, cowok berusia 19 tahun yang menjadi sorotan nasional pada tahun 1981, setelah mengaku membunuh pemilik rumah yang dia tempati: Alan Bono (40 tahun). Arne bersikeras bahwa kejadian itu terjadi saat dia sedang dalam pengaruh setan.
Kasus pembunuhan yang brutal ini terjadi di Connecticut dan pernyataan Arne Johnson menarik perhatian masyarakat, termasuk pasangan penyelidik paranormal terkenal, Ed dan Lorraine Warren. Meskipun mungkin banyak yang mengenal kasus pembunuhan Alan Bono, kisah ini sebenarnya dimulai dari kasus kerasukan dan gangguan gaib yang dialami oleh David Glatzel (11 tahun).
Kilas balik sebelum pembunuhan terjadi. Semua bermula ketika saudara perempuan David, si Debbie dan kekasihnya yaitu Arne Johnson, menemukan rumah di Newton yang akan menjadi tempat tinggal mereka dalam waktu dekat.
Setelah membantu membersihkan rumah itu, David mulai merasa nggak nyaman dan mengaku merasakan adanya makhluk mengerikan yang mempengaruhi perilakunya. Dia bahkan mengatakan bahwa makhluk itu memberinya permintaan yang berbahaya. Keluarga nggak percaya pada awalnya, tetapi situasi semakin mengerikan, sehingga mereka memanggil demonolog Ed dan Lorraine Warren untuk melakukan eksorsis pada David.
Sejumlah eksorsis dilakukan, dan dalam salah satu prosesi, Arne Johnson menantang makhluk gaib yang menguasai David untuk keluar dari tubuh anak itu dan masuk ke dirinya. Peristiwa inilah yang menjadi dasar pengakuan, bahwa Arne Johnson dalam keadaan kerasukan saat membunuh.
Ulasan:
Film dokumenter ini menampilkan wawancara eksklusif dengan para saksi nyata yang terlibat dalam kasus pembunuhan itu. Dalam perjalanan film ini, penonton akan dibuat terkesan dengan pengakuan yang dibuka selebar-lebarnya hingga misteri itu hampir benar-benar terang.
Penuturan filmnya tersusun dengan baik, memungkinkan penonton untuk mengikuti alur cerita tanpa kebingungan. Yang membuatnya lebih menarik adalah penggunaan teknik visualisasi ulang, seperti rekaman suara, yang menggunakan suara asli dari rekaman Ed dan Lorraine Warren. Ini memberikan dimensi yang kuat pada pengalaman menonton.
Film ini juga memperlihatkan foto-foto asli dari para saksi kunci dalam kasus ini, dari masa muda hingga sekarang. Hal ini memungkinkan penonton untuk membandingkan perkembangan karakter dan perubahan fisik mereka seiring berjalannya waktu dalam dokumentasi itu.
Namun, satu aspek menarik adalah konflik dalam keluarga terkait. Film menggambarkan keluarga yang terbelah menjadi dua kubu, yang percaya bahwa pembunuhan itu disebabkan oleh kerasukan dan yang nggak percaya. Di akhir film, hanya satu orang yang dengan tegas menyatakan bahwa pembunuhan itu murni karena perbuatan manusia, bukan kerasukan.
Namun, karena hanya satu orang yang menguatkan asumsi ini, penonton tetap merasa ragu karena kurangnya kesepakatan dalam keluarga tersebut. Dengan nggak masuknya adik-adik Arne Johnson dalam dokumentasi film, pertanyaan tentang kebenaran tetap menggantung.
Skor filmnya: 6/10. Seandainya adik-adik Arne Johnson dilibatkan dalam dokumenter ini, mungkin akan lebih jelas lagi arah akhir dari filmnya. Tontonlah untuk lebih jelasnya lagi karena masih ada fakta-fakta yang nggak kurangkum di sini.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Emosional yang Begitu Sesak dalam Film Bila Esok Ibu Tiada
-
Ketika Horor Thailand Mengusung Elemen Islam dalam Film The Cursed Land
-
Review Film Laut Tengah: Ketika Poligami Jadi Solusi Menggapai Impian
-
Krisis Iman dan Eksorsisme dalam Film Kuasa Gelap
-
Kekacauan Mental dalam Film Joker: Folie Deux yang Gila dan Simbiotik
Artikel Terkait
-
Review Film Chicken for Linda!, Animasi Prancis Penuh Tawa dan Kehangatan Raih Banyak Penghargaan
-
Review Warnet Life 2: Game Seru Simulasi Jadi Penjaga Warnet
-
Review Novel 'Perkumpulan Anak Luar Nikah', Ketika Pemalsuan Data Diri Terungkap
-
Review Film Betting with Ghost, Ketika Penjudi Berurusan dengan Hantu
-
Emosional yang Begitu Sesak dalam Film Bila Esok Ibu Tiada
Ulasan
-
Review Anime Ramen Akaneko: Pelajaran Dunia Kerja dari Toko Ramen yang Dikelola Kucing
-
Ulasan Buku 'Bukan Dunia yang Keras, Mungkin Kita lah yang Terlalu Lunak'
-
Warung Ayam Mekik, Destinasi Kuliner Klasik di Kota Jambi
-
Ulasan Buku Berani Bahagia, Raih Kebahagiaan Lewat Nalar Psikologi Sosial
-
Cafe Layri: Pesona Bali dan Rasa Nusantara di Kota Jambi
Terkini
-
3 Body Scrub yang Bikin Kulit Auto Cerah dan Halus, Harga Rp20 Ribuan
-
Rekor Tak Pernah Menang, Bagaimana Peluang Indonesia Taklukkan Arab Saudi?
-
Selamat! Ailee dan Choi Si Hun Umumkan Tanggal Pernikahan
-
Dear STY, Jangan Lakukan Eksperimen Jika Ingin Menang Lawan Arab Saudi
-
Terungkap! Ini Alasan Timnas Indonesia Terus Main di GBK Meski Kondisinya Buruk