Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Gadis Kretek (Netflix)

"Gadis Kretek", series Indonesia yang diproduksi oleh BASE Entertainment dan Fourcolours Films, sudah tayang di Netflix sejak 2 November 2023. Kisahnya diadaptasi dari novel, karya Ratih Kumala dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (2012). Menarik buat diketahui, novel ini termasuk dalam sepuluh besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa (2012).

Filmnya, dikembangkan sepasang suami istri (sutradara): Kamila Andini dan Ifa Isfansyah. Pemeran utama dalam series ini, ada Dian Sastrowardoyo yang memerankan karakter Dasiyah atau Jeng Yah, Ario Bayu sebagai Soeraja, Putri Marino sebagai Arum, dan Arya Saloka sebagai Lebas.

"Gadis Kretek", berkisah tentang Soeraja, pemilik pabrik kretek Djagad Raya, yang sedang dalam keadaan sekarat. Namun, sebelum meninggal, dia mengungkapkan keinginannya untuk bertemu dengan seorang perempuan bernama Jeng Yah, yang bukanlah istrinya. Permintaan terakhir ini membuat istri Soeraja cemburu. Meski begitu, ketiga anak Soeraja, yaitu Lebas, Karim, dan Tegar, memutuskan untuk mencari Jeng Yah di berbagai pelosok Pulau Jawa.

Selama perjalanan mereka, ketiganya bertemu dengan buruh batil yang menceritakan asal-usul Kretek Djagad Raya, dan juga mengungkap kisah cinta Soeraja dan Jeng Yah.

Ulasan:

Series "Gadis Kretek" telah memicu beragam pendapat di kalangan penonton sejak dirilis. Terbagi menjadi dua kubu, ada yang sangat menyukai series ini karena aspek sinematografinya yang mengagumkan dan juga oleh kisahnya yang memang menarik hati penonton. Namun, sebagian lainnya mungkin kurang antusias karena adanya beberapa perbedaan dalam film dari novelnya. Perbedaan itu nggak akan aku bahas di sini karena jadinya bakal sangat panjang.

"Gadis Kretek" berjumlah lima episode yang masing-masing berdurasi sekitar satu jam. Hal demikian, cukup memberikan waktu bagi penonton untuk meresapi setiap aspek ceritanya. Plotnya dibagi antara dua periode waktu, masa lampau dan masa kini. Di masa lalu, penonton akan merasakan perjalanan Jeng Yah, sedangkan di masa kini, fokus beralih pada Lebas yang lagi mencari keberadaan Jeng Yah.

Salah satu hal yang patut diacungi jempol adalah penggambaran karakter perempuan dalam suasana patriarki di masa lalu. Akting Dian Sastrowardoyo, yang memerankan Dasiyah alias Jeng Yah, sungguh memukau dan menghadirkan karakter yang anggun dan kuat. Sekaligus mengiris hati penonton atas keadaan yang menimpanya. Ario Bayu sebagai Soeraja (lelaki istimewa dalam hidup dan yang mengubah dunia Jeng Yah), berhasil menghadirkan dinamika yang penuh emosi dalam cerita.

Meski sebagian penonton mungkin memiliki kritik terhadap akting Dian Sastrowardoyo, sebagian besar penilaian positif menyoroti kemampuannya yang istimewa. Arya Saloka juga berperan sangat baik sebagai Lebas, karakternya bisa terasa meyakinkan.

Dana produksi Gadis Kretek, kayaknya punya anggaran yang besar. Set yang detail, kostum, dan efek visual yang mulus memperlihatkan setting kota pada zamannya, itu jelas sangat terlihat mahalnya film ini.

Salah satu momen yang menonjol dalam series ini adalah adegan merokok yang memberikan nuansa unik. Meskipun memunculkan pertanyaan mengenai representasi perempuan yang merokok, hal ini menambah kedalaman cerita filmnya.

Dengan semua aspek yang saling melengkapi, "Gadis Kretek" merupakan salah satu tontonan yang patut diperhitungkan. Skor filmnya: 9,5/10. Buruan cek Netflix supaya nggak kena spoiler!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Athar Farha