Puisi merupakan salah satu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, mantra, serta penyusunan larik dan bait. Oleh karena itu, ketika kita membaca puisi, bukan hanya isi atau gagasan dari puisi itu saja yang kita cari, melainkan juga cara penyampaian dan cara ungkapnya.
Berbicara mengenai puisi, pada kesempatan kali ini saya akan mengulas salah satu buku kumpulan puisi karya salah satu penyair terkemuka Indonesia. Penasaran dengan buku kumpulan puisi yang akan saya ulas? Silakan baca artikel ini sampai tuntas.
Buku kumpulan puisi yang akan saya ulas pada kesempatan kali ini ialah sebuah buku kumpulan puisi karya Subagio Sastrowardoyo yang berjudul Dan Kematian Makin Akrab.
Sekilas mengenai Subagio Sastrowardoyo, Subagio Sastrowardoyo merupakan seorang penyair kelahiran 1 Februari 1924 yang juga berprofesi sebagai dosen sastra dan kritikus sastra. Sebagai seorang penyair, tentu beliau sudah sangat produktif menghasilkan berbagai buku kumpulan puisi, yang di antaranya ialah buku kumpulan puisi Simfoni (1957), Keroncong Motinggo (1975), Hari dan Hara (1982), Simfoni Dua (1990), dan masih banyak lagi.
Kembali kepada pembahasan buku kumpulan puisi Dan Kematian Makin Akrab, buku kumpulan puisi ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1995 oleh Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).
Adapun buku kumpulan puisi ini merupakan buku kumpulan puisi Subagio Sastrowardoyo yang dikumpulkan dari rentang tahun 1957 hingga akhir dasawarsa 90-an (buku kompilasi).
Pada buku kumpulan puisi ini, terdapat seratus puisi yang terbagi ke dalam enam bagian, yaitu puisi-puisi yang diambil dari buku-buku kumpulan puisi sebelumnya, seperti Simfoni (1957), Daerah Perbatasan (1970), Keroncong Motinggo (1975), Hari dan Hara (1982), Simfoni Dua (1989), dan Sajak-sajak Tahun 90-an.
Pada buku kumpulan puisi ini, sebagian besar tema yang diangkat ialah kisah perjalanan, kisah percintaan, kisah perpisahan, ketuhanan, kesepian, dan juga kematian (seperti judul buku kumpulan puisi ini). Selain itu, sebagian kecil tema-tema yang diangkat dalam buku kumpulan puisi ini antara lain ialah perempuan, kemiskinan, dan peperangan.
Selain menyajikan puisi-puisi dengan berbagai tema, buku kumpulan puisi ini juga menyajikan sebuah kredo (landasan) penyair ketika menciptakan puisi. Dan lebih daripada itu, buku kumpulan puisi ini juga menyajikan ulasan ilmiah terhadap karya-karya puisi Subagio Sastrowardoyo yang ditulis oleh Prof. Dr. Bakdi Soemanto.
Menurut saya, buku kumpulan puisi ini sangat cocok untuk kalian baca, karena isinya yang lengkap serta memiliki keunikan penyampaian dan bentuk penyusunan pada puisi-puisi di dalamnya.
Sebab, sebagian besar puisi-puisi yang terdapat dalam buku kumpulan puisi ini ditulis oleh Subagio Sastrowardoyo menggunakan teknik penulisan sajak yang terpotong-potong, yang kerapkali merancukan susunan kalimat dan makna kalimat, yang tentu saja berbeda dari teknik-teknik penulisan sajak pada umumnya.
Nah, itu tadi merupakan sedikit ulasan mengenai sebuah buku kumpulan puisi karya Subagio Sastrowardoyo yang berjudul Dan Kematian Makin Akrab. Adapun ulasan ini merupakan ulasan saya pribadi, berdasarkan buku tersebut. Baik, itu saja yang ingin saya sampaikan, mohon maaf bila ada kesalahan atau kekurangan pada ulasan saya ini. Terima kasih.
Baca Juga
-
Ulasan Film Never Back Down: Kisah Remaja yang Mendalami Mix Martial Arts
-
Ulasan Film Warrior: Kisah Kakak-beradik yang Kembali Bertemu di Atas Ring
-
Ulasan Film Unbroken: Kisah Atlet Olimpiade yang Menjadi Tawanan Perang
-
Ulasan Film The Fighter: Kisah Seorang Pria Meraih Gelar Juara Tinju Dunia
-
Ulasan Film Rocky: Kisah Petinju Lokal Meraih Kesuksesan di Dunia Tinju
Artikel Terkait
-
Pelajaran tentang Budi Pekerti dalam Buku "Empat Kata Ajaib"
-
Review Buku 'Komsi Komsa' Tentang Mengingat Sejarah yang Kelam
-
Buku 'Ceklis Persiapan Pernikahan', Beragam Persiapan Menjelang Pernikahan
-
Review Buku 'Jangan Baca Buku Ini jika Masih Senang Berbuat Dosa', Pengingat untuk Menjauhi Maksiat
-
Buku 'Taman di Atap Jakarta', Fungsi Tanaman untuk Mengatasi Pemanasan Global
Ulasan
-
Gua Batu Hapu, Wisata Anti-Mainstream di Tapin
-
Ulasan Novel Hi Serana Adreena, Perjuangan Anak Pertama yang Penuh Air Mata
-
Teluk Kiluan, Spot Terbaik untuk Menyaksikan Kawanan Lumba-lumba di Lampung
-
Final Destination Bloodlines: Tawarkan Kedalaman Karakter dan Teror Mencekam
-
Ulasan Lagu Paranormal: Teman Minum Kopi di Pagi Hari Saat Sedang Jatuh Hati
Terkini
-
Venezia Terpeleset, Jay Idzes dan Kolega Harus Padukan Kekuatan, Doa dan Keajaiban
-
Ponsel Honor 400 Bakal Rilis Akhir Mei 2025, Usung Kamera 200 MP dan Teknologi AI
-
Jadi Kiper Tertua di Timnas, Emil Audero Masih Bisa Jadi Amunisi Jangka Panjang Indonesia
-
Realme Neo 7 Turbo Siap Meluncur Bulan Ini, Tampilan Lebih Fresh dan Bawa Chipset Dimensity 9400e
-
Realme GT 7T Segera Hadir dengan Sensor Selfie 32 MP dan Baterai Jumbo 7000 mAh