Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Rie Kusuma
Ilustrasi buku Kue untuk Titi (Ipusnas)

Perundungan merupakan masalah serius yang bisa mempengaruhi fisik maupun mental setiap anak yang mengalaminya. Perundungan bisa terjadi di mana saja, tapi yang akhir-akhir ini kerap terjadi adalah perundungan di lingkungan sekolah.

Anak yang mengalami perundungan, acapkali tak berani menceritakan hal tersebut pada guru maupun orang tuanya. Sebagian dari mereka merasa takut untuk melaporkan. Sementara sebagian lainnya tak menyadari, bahwa perlakuan yang mereka terima adalah bentuk dari perundungan.

Mungkin demikian pula yang terjadi pada Cika, tokoh dalam buku Kue untuk Titi karya dari Heike dan diterbitkan oleh Kanisius. Ia sering kali mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari Titi, teman sekelasnya. Namun, ia tak menyadari bahwa tindakan Titi merupakan bentuk perundungan.

Beberapa kali Titi melakukan kenakalan pada Cika. Seperti suatu hari, ketika Cika membawa kue mangkuk wortel ke sekolah. Ia bermaksud memberikannya untuk Boas dan Mei Mei, agar teman-temannya itu ikut merasakan kelezatan kue buatan ibu.

Saat jam istirahat tiba, Titi melihat kue mangkuk wortel yang dibawa Cika dan memintanya. Namun, Cika menolak karena hanya membawa dua buah. Titi bermaksud merebut kue tersebut dari kotak bekal Cika, tapi untunglah ada kepala sekolah datang membuat Titi mengurungkan niatnya.

Cika berjanji akan memberikan kue yang sama untuk Titi di lain hari, jika ibunya membuatkan lagi. Titi menagih janji itu di suatu sore, saat Cika bermain petak umpet bersama Boas dan Mei Mei di taman bermain.

Titi tak menghiraukan alasan Cika yang berkata bahwa ibunya belum membuat kue lagi. Titi yang datang bersama dua orang temannya, langsung mengajak teman-temannya itu untuk mengeroyok Cika.

Untunglah, ada Boas yang segera membantu Cika. Sedangkan Mei Mei langsung berlari secepat mungkin, untuk memberitahukan kejadian itu pada ibu Cika di rumah.

Di akhir cerita, ternyata semua kenakalan Titi pada Cika karena ia merasa iri. Cika selalu membawa kue-kue buatan ibunya ke sekolah, sedangkan ibu Titi tak sempat membuatkan kue untuknya.

Sebagai pembaca, saya melihat bahwa pesan dari cerita Kue untuk Titi dapat tersampaikan dengan baik. Saya yakin, para pembaca muda, khususnya anak-anak usia sekolah dasar, juga dapat mencerna cerita dengan mudah. Apalagi buku ini juga dilengkapi ilustrasi gambar berwarna yang sangat menarik.

Catatan untuk para orang tua, perundungan pada anak bisa terjadi di mana saja. Para pelaku biasanya teman sebaya, orang dewasa di rumah bahkan di luar rumah.

Perundungan bisa berupa kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan psikologis, dan kekerasan finansial. Waspadai selalu segala perubahan yang terjadi pada anak-anak kita. Bisa jadi mereka tengah mengalami perundungan.

Penting pula bagi orang tua untuk mengajarkan asas keterbukaan pada anak, agar mereka bebas dan nyaman bercerita apa saja. Termasuk jika mengalami tindakan tak menyenangkan di sekolah.

Ajarkan anak untuk berani membela diri. Tak ada seorang pun yang berhak menyakiti mereka. Dan jangan segan-segan untuk melaporkan tindak perundungan kepada guru, agar pihak sekolah bisa segera menindaklanjuti.

Demikian ulasan dari saya, semoga dapat memberikan manfaat.

Rie Kusuma