Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Sam Edy
Buku 'Enteng Jodoh Enteng Rezeki' (Dokumen pribadi/Sam Edy)

Jodoh adalah rahasia Tuhan yang kadang sulit ditebak. Tak jarang orang yang sudah lama menjalin hubungan pacaran, ke mana-mana sering bersama, tapi tiba-tiba kandas di tengah jalan dan malah berjodoh dengan orang lain yang belum lama kenal bahkan di luar perkiraan.

Tugas manusia yang ingin mengakhiri masa lajang adalah berusaha memilih pasangan atau jodoh yang terbaik. Tentu saja, ketika ingin mendapat jodoh yang baik, seseorang harus berupaya memperbaiki diri terlebih dahulu. Konon yang namanya jodoh adalah cerminan dari diri kita. 

Sementara bagi mereka yang belum siap menikah, atau memang tidak menikah karena alasan-alasan tertentu yang tidak bertentangan dengan syariat, maka tidak mengapa bila belum atau tidak menikah. Karena yang namanya beribadah itu banyak jenisnya. Jadi, bukan hanya menikah saja yang termasuk ibadah. 

Yang perlu dipahami bahwa hidup melajang atau jomblo itu tak selamanya buruk. Menurut saya, yang memandang buruk sebenarnya persepsi masyarakat yang terlalu menyudutkan kaum jomblo.

Memang ada jomblo yang baik dan ada yang tidak baik. Begitu juga, ada orang yang sudah berumah tangga dan memiliki akhlak baik, namun ada juga yang berakhlak buruk.

Ada sebuah pertanyaan menarik yang saya baca dalam buku ‘Enteng Jodoh Enteng Rezeki’ karya Ippho Santosa dan Shamsi Ali (Elex Media Komputindo, Jakarta). Begini pertanyaannya: benarkah menjomblo itu selalu jelek? Ternyata nggak juga.

Sebuah studi dari Journal of Social and Personal Relationships menilik bahwa orang-orang yang menjomblo bukanlah sosok-sosok kesepian seperti sangkaan orang selama ini. Riset ini diselenggarakan oleh peneliti Natalia Sarkisian dan Naomi Gerstel.

Hasilnya? Percaya atau tidak, rupanya orang-orang yang berstatus lajang bisa jadi memiliki kehidupan sosial yang lebih baik ketimbang pasangan yang telah menikah. 

Orang-orang berstatus lajang lebih mampu bersosialisasi dengan baik terhadap teman, tetangga, orang tua, dan saudara kandung ketimbang orang-orang seusianya yang telah menikah. Kan, mereka lebih leluasa dari segi waktu dan tidak terikat apa pun.

Selain itu, studi ini menyingkap, wanita dan pria yang belum menikah juga cenderung lebih mudah memberi dan menerima bantuan. Mereka nggak perlu berembuk dulu dengan siapa pun. Ini sisi positifnya (hlm. 25).

Kesimpulannya, bagi orang yang sudah mampu menikah, silakan saja menikah. Bagi mereka yang belum siap, ya jangan memaksakan diri atau terburu-buru sampai salah memilih jodoh.

Menikah itu bukanlah ajang perlombaan. Bukan pula tentang menang atau kalah. Menikah itu ibadah bagi yang sudah siap menjalaninya. Tentu saja menikah yang sesuai dengan aturan syariat. Bukan menikah tanpa didasari ilmu. 

Tema-tema yang diulas dalam buku ‘Enteng Jodoh Enteng Rezeki’ karya Ippho Santosa dan Shamsi Ali ini antara lain tentang serba-serbi kebahagiaan, serba-serbi wanita, serba-serbi pernafkahan, serba-serbi anak, dan serba-serbi pernikahan. Royalti buku ini 100% didonasikan. Selamat membaca.

Sam Edy