‘Feminisme untuk 99%: Sebuah Manifesto’ oleh Cinzia Arruzza, Tithi Bhattacharya, dan Nancy Fraser bukan sekadar karya akademis; ini adalah seruan penuh semangat untuk mengubah paradigma feminisme dan membangun gerakan yang inklusif dan berdaya.
Manifesto ini mengajak pembaca untuk memandang feminisme dari perspektif yang lebih luas, menyoroti keterkaitan antara feminisme, kapitalisme, dan patriarki.
Informasi Buku
Judul: Feminisme untuk 99%: Sebuah Manifesto
Penerbit: Penerbit Independen (PIN)
Penulis: Cinzia Arruzza, Tithi Bhattacharya, & Nancy Fraser
Penerjemah: Linda Sudiono
Kertas: Bookpaper
Ketebalan: 150 halaman
Jenis Sampul: Soft Cover | Emboss
Ukuran: 13 x 19 cm
Ulasan Buku
Manifesto ini merupakan panggilan untuk memahami feminisme sebagai suatu gerakan yang tidak hanya mengutamakan kepentingan kelompok elit, tetapi mencita-citakan keadilan dan kesetaraan bagi seluruh masyarakat. Penulis menyajikan suatu wawasan radikal dan progresif yang menggoyahkan fondasi tradisional feminisme.
Salah satu titik sentral dalam "Feminisme untuk 99%" adalah kritik terhadap feminisme yang dianggap elitis. Penulis menggugat pandangan bahwa perubahan yang diperoleh oleh kelompok perempuan tertentu saja sudah mencakup seluruh spektrum feminisme.
Manifesto ini mendorong refleksi kritis tentang bagaimana perjuangan feminis dapat lebih mencerminkan kebutuhan dan aspirasi dari seluruh lapisan masyarakat.
Manifesto ini menyoroti keterkaitan erat antara patriarki dan kapitalisme. Para penulis membongkar bagaimana sistem kapitalis memanfaatkan dan memperkuat struktur patriarki, menciptakan ketidaksetaraan dan eksploitasi yang merugikan bagi perempuan sekaligus menyuburkan dominasi maskulinitas.
Dalam mengeksplorasi feminisme, "Feminisme untuk 99%" memperluas wawasan untuk mencakup isu-isu ekonomi, ekologi, dan reproduksi.
Penulis membahas bagaimana ketidaksetaraan ekonomi memengaruhi perempuan, dampak ekologis dari kapitalisme, dan kendala-kendala yang dihadapi dalam reproduksi.
Manifesto ini menekankan pentingnya solidaritas antar-kelompok dalam perjuangan feminis. Pembaca diajak untuk memahami bahwa kesetaraan sejati tidak dapat terwujud tanpa mengatasi ketidaksetaraan berdasarkan kelas, etnis, dan faktor-faktor lainnya. Penekanan pada solidaritas menciptakan landasan untuk gerakan feminis yang lebih inklusif dan kuat.
Gaya penulisan Cinzia Arruzza, Tithi Bhattacharya, dan Nancy Fraser mencirikan kejelasan, urgensi, dan semangat. Manifesto ini tidak hanya menyajikan analisis mendalam, tetapi juga merangsang emosi dan kesadaran, membangkitkan semangat pembaca untuk bertindak.
Buku ‘Feminisme untuk 99%: Sebuah Manifesto’ adalah suara yang kuat dan penting dalam perbincangan seputar feminisme modern. Dengan menghadirkan kritik yang tajam terhadap paradigma feminisme yang dominan, para penulis mendorong gerakan feminis untuk bergerak menuju keadilan yang lebih luas dan inklusif.
Manifesto dalam buku ‘Feminisme untuk 99%: Sebuah Manifesto,’ bukan hanya untuk pembaca yang tertarik pada isu-isu feminis, tetapi juga bagi mereka yang ingin memahami dan mendukung perubahan sosial yang lebih besar.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Sisi Romantis sang Tokoh Legendaris, Ulasan Buku Kisah Cinta Soekarno
-
Jeritan Suara Perempuan yang Terpinggirkan, Ulasan Buku 'Nama Saya Nujood Usia 10 dan Janda'
-
Titik Pijak Historis untuk Belajar Feminisme, Ulasan Buku 'ABC Feminisme'
-
Ulasan Buku Bunda Teresa: Inspirasi dari Seorang Perempuan Penyayang, Ajarkan Nilai Kemanusiaan dan Cinta Kasih
-
Menyelami Dinamika Politik Perempuan Era Orde Baru dalam Buku 'Negara dan Perempuan'
Artikel Terkait
Ulasan
-
Perjuangan untuk Hak dan Kemanusiaan terhadap Budak dalam Novel Rasina
-
Ulasan Novel Larung, Perlawanan Anak Muda Mencari Arti Kebebasan Sejati
-
Suka Mitologi Asia? Ini 4 Rekomendasi Novel Fantasi Terjemahan Paling Seru!
-
4 Alasan Kamu Harus Nonton Drama Sejarah-Politik The Prisoner of Beauty
-
Ulasan Film The Shadow's Edge: Pertarungan 2 Aktor Veteran di Kejahatan Cyber
Terkini
-
Belum Siap Buka Hati, Albi Dwizky: Kayaknya Cintaku Udah Habis di Shella
-
Sinopsis Bloom Life, Drama China Terbaru Landy Li dan Guo Jun Chen
-
Tabola Bale Meledak, Siprianus Raih AMI Award dan Jadi Wajah Musik Timur
-
Alasan PSSI Bebankan Prestasi ke Timnas Indonesia U-23 di Ajang Sea Games, Mengapa?
-
Revisi KUHAP: Jurang Baru Antara Kewenangan Aparat dan Hak Warga Negara