Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Rie Kusuma
Ilustrasi novel Rooftop Buddies (Gramedia)

"Keberanian terhebat adalah saat kamu memutuskan untuk tetap hidup dan menghadapi semua. Bertahanlah, selama masih bernapas harapan itu akan selalu ada. Harapan memang milik orang-orang hidup."

Kalimat di atas merupakan catatan dari penulis, Honey Dee, yang ada di dalam novel Rooftop Buddies yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (2018).

Mirielle alias Rie terkena kanker saluran pernapasan yang baru diidapnya dua bulan ini. Ia benci dikasihani. Ia benci melihat mamanya terus-menerus menangis seolah-olah dirinya akan mati besok. Rie tidak ingin mati pelan-pelan dan menjadi tontonan keluarga yang mengasihani dirinya. Rie ingin mempercepat saja kematiannya.

Ketika Rie memutuskan ingin melompat dari rooftop gedung apartemen yang ditinggalinya, ada seorang lelaki yang sudah lebih dulu berada di sana. Brian atau Bree ada di rooftop tersebut untuk bunuh diri dengan melompat dari gedung 35 lantai tersebut.

Aku menyipitkan mata. Seorang laki-laki. Ya, aku yakin benar itu laki-laki. Dia berdiri di pinggir beton pembatas rooftop juga, sama seperti aku. Matanya menatapku. Aku berani bersumpah. Walau hanya mendapat cahaya dari bulan setengah lingkaran, aku bisa melihat mata  hitamnya berkilat. (hlm 23)

Dua orang yang baru pertama kali bertemu itu kemudian memutuskan untuk bunuh diri bersama. Tapi, ternyata Rie mempunyai serangkaian wishlist yang ingin ia lakukan sebelum mati. Jadilah kemudian Rie dan Bree melakukan perjalanan untuk memenuhi 10 daftar permohonan Rie.

Bree dan Rie ke Alerawi untuk mencari teman-teman sekolah Rie yang dulu mem-bully-nya dan memberi mereka pelajaran. Rie juga belajar menyetir mobil sebagai wishlist-nya yang lain. Namun, sebuah kecelakaan yang terjadi di jalan tol dan pendarahan yang tiba-tiba menyerang Rie, membuat gadis tujuh belas tahun itu harus segera dilarikan ke rumah sakit.

Jangan begitu, Bree. Aku tidak akan kenapa-kenapa. Aku hanya akan tidur sebentar. Nanti aku akan bangun untukmu. Kita akan melanjutkan misi kita untuk melompat dari gedung itu. Kita kan rooftop buddies. (hlm 152)

Sebagai novel remaja, cerita di dalamnya cukup kompleks dan memiliki konflik-konflik berlapis. Kecenderungan untuk bunuh diri di antara kaum remaja sepertinya menjadi tema yang ingin diangkat penulis, di samping pengalaman pribadi penulisnya yang ketika itu juga mengidap kanker.

Membaca novel Rooftop Buddies ini akan memberikan pelajaran pada kita untuk lebih menghargai hidup. Juga pentingnya dukungan keluarga bagi mereka yang berjuang untuk melawan kanker.

Novel ini sekaligus menyampaikan kepada pembacanya untuk 'tidak sendirian' saat merasa tak ada jalan keluar. Kita perlu lebih terbuka dan mencari orang yang bisa mendengarkan keluh kesah kita.

Walaupun tak selalu berakhir dengan solusi, setidaknya perasaan kita lebih plong, karena telah melepaskan beban yang menghimpit dada kita.

Rie Kusuma