Agusmanthono, putra Bengkulu asli lahir tanggal 14 Agustus 1982 di desa Talang Kering, Bengkulu Utara. Sering memenangkan berbagai lomba di tingkat lokal maupun nasional, di antaranya: Juara 1 Lomba Cerpen Pamor Rohis Unib tahun 2003, Juara 2 lomba cerpen Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional tahun 2004, dan lain sebagainya.
Dengan membaca pengalaman yang telah dimiliki oleh Agus, menjadikan kami tidak ragu terhadap isi buku kumpulan cerpen Pernikahan Bisu ini. Sebab sepuluh cerita dalam cerpen ini sangatlah memukau dan sarat perenungan bagi pasangan suami istri.
Sebut saja, dalam cerpen pertama yang berjudul Gadung. Cerpen ini mengisahkan seorang istri yang hidup serba kekurangan dengan dua anaknya yang masih kecil. Saat tengah malam, anaknya suka bangun tidurnya dan meminta makan nasi. Tubuh kedua anaknya lemah tak berdaya dengan perut yang kempis tak berisi. Menyaksikan pemandangan seperti ini, tetes-tetes hangat yang mengalir di pipi sang ibu, Indun, selalu terasa.
Indun merupakan wanita yang tegar. Dengan kondisinya yang memilukan tersebut, ia tak pernah menyalahkan suaminya yang telah meninggalkannya.
Tidak! Suara hati Indun segera membantah. Semua ini bukanlah salah suaminya, Mardi. Kalaulah sekarang mereka hidup dalam kemelaratan, itu bukanlah dikarenakan ketiadaan usaha Mardi.
Kedua anak Indun sudah belajar di bangku sekolah. Seringkali SPP anaknya nunggak hingga berbulan-bulan.
Dulu Indun memang memberi tahu anaknya kalau SPP mereka empat bulan yang lalu dibayar oleh nenek mereka.
Sementara gadung itu adalah ubi atau discorea, sejenis umbi akar yang tumbuh liar di hutan. Jika salah mengolah gadung, maka yang mengkonsumsi akan mabuk. Karena biasanya, sebelum diolah, gadung yang sudah diiris kulitnya lalu dipotong-potong itu harus direndam ke air sungai atau air lain yang mengalir sekitar selama tiga hari. Setelah itu dijemur sampai kering. Setelah dijemur, baru bisa digoreng atau dikukus dengan dimakan dibarengi parutan kelapa.
Seperti dalam kisah ini, Indun membangunkan anaknya untuk makan kukus gadung. Namun, nahas, tubuh kedua anaknya tak bergerak usai makan gadung. Ini sebab Indun tak tahu kalau sebelumnya ada orang yang kelaparan seperti diri dan kedua anaknya telah mengganti gadung peraman milik Indun dengan gadung yang baru.
Jangan berhenti membaca, terutama membaca buku-buku cerita pendek seperti karya Agusmanthono ini. Karena setiap kisah yang teramu dalam kumpulan cerpen ini mampu mengayakan jiwa dan mengasah kalbu kita. Selamat membaca!
Baca Juga
-
Imajinasi Terjun Bebas Tanpa Batas dalam Buku Puisi Telepon Telepon Hallo
-
Kiat Jemput Karunia Tuhan yang Berkah Melimpah dalam Buku Dongkrak Rezeki
-
Diperkirakan Bakal Rilis Oktober 2025, Berikut Bocoran Fitur Terbaik Realme GT 8
-
HP Infinix Hot 60 Pro, Usung Chipset Helio G200 Terbaru Demi Dukung Produktivitas dan Gaming
-
Poco M7 Plus 5G Debut di India 13 Agustus 2025, HP Murah Rp 2 Jutaan dengan Baterai 7000 mAh
Artikel Terkait
-
Berkaca dari Para Korban di Gaza, Family Festival Digelar Untuk Tekankan Arti Penting Keluarga
-
Ulasan Cinta Bikin Mules, Mulesnya dari Bandung Sampai Merapi
-
Buku Tabungan BRI Simpedes Hilang, Ini yang Harus Dilakukan
-
Ulasan Buku 'Bicara itu Ada Seninya', Rumus Komunikasi yang Wajib Diterapkan
-
Ulasan Buku Juragan Haji: Kumpulan Cerpen yang Ternyata Bukan tentang Haji
Ulasan
-
Ulasan Film Tinggal Meninggal: Sindiran Kocak untuk Hidup Modern!
-
Review Film Nobody 2: Sekuel Aksi yang Lebih Gila dari Film Pertama!
-
Ulasan Buku Stress? So What?! Cara Mengubah Tekanan Menjadi Kekuatan
-
Introvert, Validasi, dan Kematian, Resep Gila Diramu Film Tinggal Meninggal
-
Ulasan Novel The Good Boy: Petualangan Ajaib Genie dalam Menemukan Cintanya
Terkini
-
Seni Perang Lawan Sampah Makanan: Selamatkan Sisa Nasi, Lawan Inflasi
-
5 Rekomendasi Film Baru Sambut Akhir Pekan, Ada Demon Slayer!
-
Merdeka dengan Sepeda: Mengayuh untuk Bumi yang Lebih Hijau
-
Membangun Ketahanan Ekosistem: Mengapa Kita Harus Menjaga Hutan?
-
Dipaksa Berbagi Poin, Pelatih Arema FC Sanjung Perlawanan PSIM Yogyakarta