Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Adela Puspita
Poster film Kutukan Peti Mati (youtube.com)

Film horor ini mempersembahkan unsur mistis dari berbagai tempat bekas Belanda yang tak berkesudahan.

Kisah-kisah misterius masa lalu seputar Pulau Onrust di Kepulauan Seribu juga diangkat dalam "Kutukan Peti Mati" yaitu sebuah film arahan Irham Acho Bahtiar yang diadaptasi dari novel "Sarchopagus Onrust" karya Astryd Diana Savitri.

Astryd, selaku penulis novel juga turut menulis skenario film ini. "Kutukan Peti Mati" telah dirilis lebih dulu di Malaysia pada 2021 dengan judul "Onrust".

Diproduksi oleh Balai Pustaka dan Adroit Indonesia, film ini menampilkan sejumlah aktor dan aktris ternama termasuk Aliff Alli, Yoriko Angeline, Donny Damara, Jan Konraad, Cristina Surya, Egy Fedly, dan Mathias Muchus.

Melalui kisah-kisah seputar masa lalu Pulau Onrust pada masa penguasaan Belanda, pulau ini menarik perhatian banyak turis dan menyimpan sejumlah misteri kelam. Di antara para pengunjung yang terpikat dengan sejarah pulau ini adalah Bram (Aliff) dan Susan (Yoriko).

Namun, ketertarikan berlebihan dari Bram mengakibatkan kerugian bagi kehidupan Susan ketika ia tanpa sengaja menemukan sebuah buku kuno yang terlempar dari tanah.

Prof. Daniel (Donny) kemudian terlibat untuk membantu menyelesaikan masalah mereka. Namun ironisnya, ia justru terperangkap dalam misinya sendiri.

Kekuatan mencekam dari sejarah keberadaan bangsa Belanda pada masa itu tampaknya belum sepenuhnya tergali dan disajikan melalui film-film horor.

Meskipun kasus "Kutukan Peti Mati" sendiri sudah berlalu sejak tahun 2021 di negara tetangga dengan judul yang berbeda. Sayangnya, film ini tidak menawarkan keunggulan apa pun, kecuali dalam konteks sejarah Pulau Onrust.

Kutukan Peti Mati tampaknya kekurangan plot atau cerita utama yang dapat diikuti dengan jelas. Apakah ini kisah tentang Susan yang kerasukan oleh tiga arwah dan berakhir sebagai tumbal, ataukah ini lebih terkait dengan cerita Maria yang mengalami nasib tragis di tangan bangsanya sendiri?

Pembuat film dan penulis seperti kebingungan karena mereka terlalu ingin menyajikan banyak informasi tentang Onrust, termasuk misteri Maria van de Velde. Hal ini membuat cerita jadi kurang fokus, dan peran tokoh-tokohnya jadi berantakan.

Seolah-olah, tokoh utama dalam "Kutukan Peti Mati" bukan hanya Bram dan Susan saja, tapi juga Daniel.

Cerita Daniel bahkan bergerak sendiri dengan misinya mencari Maria (Cristina) yang ternyata terkait dengan Yehovah (Konraad), sementara Bram dan Susan sibuk dengan cerita yang berbeda. Kekacauan cerita ini akhirnya berdampak pada berbagai hal dalam pembuatan filmnya.

Tanpa aktor-aktor tangguh seperti Donny Damara, Egy Fedly, Ray Sahetapy, dan Mathias Muchus, performa akting dari film "Kutukan Peti Mati" bisa jadi lebih kurang. Meski begitu, karakterisasi dan peran yang mereka mainkan terasa kurang mendalam.

Donny dan Egy tampaknya punya peran yang penting, tapi terkadang mereka tampil aneh karena pilihan dialog dan adegannya yang kurang pas.

Mengapa kita perlu tahu masa kecil traumatis Daniel, padahal seharusnya perannya hanya sebagai pendukung untuk cerita Bram dan Susan. Ada juga peran-peran lain yang tidak begitu penting, sehingga terasa seperti sekadar pelengkap saja.

Hal supernatural dalam film ini sering muncul dan menghilang begitu saja. Ketika Ibrahim (Mathias), kakek Susan melawan orang-orang yang mengikuti kultus untuk melindungi cucunya, pertarungan yang terjadi seolah hanya perkelahian fisik biasa. Seharusnya, mereka berdua punya kemampuan khusus bukan?

Cerita "Kutukan Peti Mati" juga punya banyak masalah, membuat penonton sulit menikmati film ini dari segi sinematik. Meskipun begitu, ketika kita mencoba melihat unsur sinematiknya, tampaknya ada beberapa hal yang sudah menjadi hal yang biasa.

Trik-trik horor yang muncul tiba-tiba, seperti penampakan setan di belakang tokoh ketika musiknya jadi hening, hal tersebut mudah ditebak dan berhasil membuat penonton terkejut.

Adela Puspita