Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Athar Farha
Film Adagium (21 Cineplex)

Film "Adagium," disutradarai oleh Rizal Mantovani, tayang perdana di bioskop pada 26 Januari 2023. Cerita ini melibatkan Jihane Almira sebagai Alenda, Angga Asyafriena sebagai Arga, dan Pangeran Lantang sebagai Bian, Hans de Kraker sebagai Maldred, dengan peran Dayu Wijanto sebagai Widya dan Dinda Ghania sebagai Amira.

Dikisahkan Arga dan Bian, sahabat sejak kecil, menemukan dinamika kompleks dalam kehidupan mereka saat Alenda, seorang jenius IT dan hacker, masuk dalam persahabatan mereka. Meski memiliki cita-cita berbeda setelah lulus SMA, kehidupan membawa mereka ke arah yang nggak terduga.

Alenda, dengan kejeniusannya, membantu Arga keluar dari masalah pinjaman online yang membahayakan. Namun, pertolongan tersebut menciptakan ketegangan, karena Arga merasa bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

Saat situasi semakin rumit, cemburu muncul di antara Arga dan Bian terkait perasaan terhadap Alenda. Konflik mencapai puncaknya ketika Arga, terjebak dalam amarah dan cemburu dan memilih menghilang setelah memancing pertengkaran dengan Bian.

Pertemuan kembali Arga dan Bian membuka pintu rahasia masa lalu, membawa mereka pada kesadaran bahwa Alenda berada dalam bahaya, menggiring cerita menuju petualangan yang menguji persahabatan, cinta, dan konflik negara.

Review Film

Adagium rupanya peribahasa, sebuah perumpamaan dari sebuah negeri yang beradab yang menghadapi ancaman, baik dari luar maupun dalam. Konflik utamanya rupanya bukanlah cinta, tapi beratnya permasalahan negara menjadi fokus utama.

Keberadaan cast baru memberikan nuansa segar untuk dinikmati oleh penonton. Ditambah film ini terlihat memiliki isu yang jelas, seperti mencerminkan citra suatu lembaga. Meskipun demikian, skenario yang dihadirkan terasa kurang matang.

Sejauh musiknya, meskipun bagus, tapi sejujurnya terasa kurang pas dengan konteks dan beberapa adegan dalam film. Scene pelatihan tentara, yang disajikan dalam film ini, juga hanya terkesan seperti dokumentasi, yang begitu saja tanpa ada emosi yang berarti.

Film ini juga tampak terlihat seperti hanya menjadi sebuah produksi tanpa daya tarik yang kuat. Pengalaman menontonnya mengecewakan dan jauh dari kata "bagus". Meskipun terdapat ancaman-ancaman dalam alur ceritanya, keseluruhan film terasa biasa saja.

Meskipun aksi yang ditampilkan cukup baik dan menegangkan, tetapi hal itu nggak cukup untuk menyelamatkan keseluruhan film. Rasanya sulit untuk nggak membandingkannya dengan film aksi sejenis yang mengisahkan lembaga negara.

Dengan berbagai kekurangan tersebut, skor yang aku berikan untuk film ini adalah 4/10. Semoga review ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk pengembangan film-film mendatang. Buat kamu yang penasaran banget sama filmnya, nggak ada salahnya untuk tetap menontonnya. 

Athar Farha