Novel "Revered Back" yang ditulis oleh Inggrid Sonya adalah buku pertamanya yang dirilis tahun 2015. Novel ini menceritakan tentang kehidupan sekolah yang penuh dengan konflik antara karakter utama yaitu, Dimi dan Jana.
Jana adalah sosok yang memiliki kekuasaan di lingkungan sekolahnya, ia mendapati dirinya terisolasi tanpa teman karena sikap buruknya.
Keberadaan ayahnya sebagai donatur sekolah membuatnya dihormati, namun rasa takut dan benci melingkupi hubungan Jana dengan teman-temannya.
Hanya Dimitri yang bersedia menjadi temannya, dan Jana merasakan ketertarikan khusus pada Dimitri.
Ketidakbahagiaan Jana semakin terlihat ketika Dimitri, satu-satunya sahabatnya akan meninggalkannya.
Kondisi semakin rumit setelah ayah Jana tidak lagi menjadi donatur sekolah, yang menjadikannya sasaran bully dari teman-teman yang sebelumnya ditundukkan oleh kedudukan ayahnya. Dalam keputusasaan dan kehilangan, Jana sampai pada titik untuk mengakhiri hidupnya.
Keberuntungan datang saat Cakra, yang merupakan seorang kurir yang terlibat dalam urusan "gelap" datang pada saat yang tepat. Dengan kehadiran dan kata-katanya, Cakra berhasil mengubah pikiran Jana dari tindakan tragis tersebut.
Dalam tekadnya untuk membantu Jana, Cakra tidak hanya berusaha mengalihkan Jana dari niat bunuh diri, tetapi juga bertekad untuk mengubah pandangan dari hidup Jana.
Ulasan Novel Revered Back
Dengan latar belakang kehidupan sekolah, novel ini menyajikan konflik batin dan hubungan antar karakter yang kompleks.
Meskipun terdapat adegan dramatis, penulis berhasil memadukan kehidupan sehari-hari remaja dengan konflik yang dapat dirasakan oleh pembaca. Keberhasilan penulis dalam menampilkan karakter yang kuat, memberikan hubungan lebih pada alur cerita.
Meskipun terdapat beberapa kebetulan dalam cerita dan momen dramatis yang mirip sinetron, penulis berhasil menyajikan kisah yang menyentuh dengan menggali konflik batin, perasaan cinta yang rumit, dan upaya untuk memahami dan menerima diri sendiri.
Akhir cerita yang tak terduga tetap memuaskan, yang memberikan penutup yang baik untuk novel ini. Meskipun terdapat beberapa kelemahan, terutama dalam penyebutan ayah Jana yang terasa kaku, penulis mampu memberikan pesan moral, seperti pentingnya memaafkan masa lalu dan terus berusaha mencapai mimpi.
Meskipun novel ini memiliki beberapa hal yang harus diperbaiki, namun memberikan gambaran kehidupan remaja yang rumit dan dipenuhi konflik batin, pertemanan, dan cinta yang tidak selalu mudah. Sang penulis mampu menunjukkan potensi dan dapat terus berkembang dalam menghasilkan karya yang lebih matang di masa depan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Mengubah Hobi Jadi Gaya Hidup Sehat Lewat Olahraga Futsal
-
Futsal dan Tren Urbanisasi: Solusi Ruang Terbatas di Lingkup Perkotaan
-
Bukan Sekadar Hobi, Futsal sebagai Investasi Kesehatan Jangka Panjang
-
Lagu Malang Suantai Sayang: Persembahan Sal Priadi untuk Kota Kelahirannya
-
Menulis di Tengah Kebisingan Dunia Digital, Masihkah Bermakna?
Artikel Terkait
-
Review Novel The Whistler, Kisah Penyidik Taruhkan Nyawa Ungkap Hakim Korup
-
Novel Namaku Alam, Korban Bully dan Kehilangan Sosok Ayah saat G30SPKI
-
Ulasan Risol Mas Marvel, Novel Estetik yang Mengundang Tawa dan Bikin Baper
-
Ulasan Novel Claires, Sakitnya Perselingkuhan dalam Hubungan Toksik
-
Belajar tentang Cinta, Ilmu Sosial, dan Politik Melalui Buku 'Negeri Senja'
Ulasan
-
Cinta Tulus di Penghujung Ajal, Film Sampai Titik Terakhirmu Sedih Banget!
-
Ulasan Buku Tidak Ada New York Hari Ini, Kumpulan Puisi Karya Aan Mansyur
-
Review Film Dopamin: Terlalu Nyata dan Getir
-
Setelah Suzume, Makoto Shinkai Bikin Pengumuman Mengejutkan Soal Proyek Film Selanjutnya
-
Mengurai Masalah Islam Kontemporer Lewat Buku Karya Tohir Bawazir
Terkini
-
Spesial Hari Guru! Suara.com Dampingi Guru Ngaglik Pelatihan Menulis
-
5 Fakta Unik Nasi Tumpang Lethok, Kuliner Klaten yang Bikin Ketagihan
-
Sepenggal Perjalanan Menjadi Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
-
Sudah Baca Berkali-kali Tapi Tetap Lupa? Ganti Caramu Belajar dengan 6 Langkah Sistematis Ini
-
Skuad Australian Open 2025: Indonesia Kirim 13 Wakil Demi Buru Gelar