Cillian Murphy menorehkan prestasi dengan memenangi Piala Golden Globes tahun 2024 lewat perannya di film garapan sutradara Christopher Nollan, "Oppenheimer".
Dikenal sebagai aktor underrated, nyatanya Cillian Murphy telah tampil di sejumlah film yang sukses, salah satunya "28 Days Later".
Film horor "28 Days Later," disutradarai oleh Danny Boyle dan dirilis pada tahun 2002, menghadirkan sentuhan segar pada tema zombie yang sudah akrab dalam dunia film.
Dengan sentuhan sinematik yang unik dan narasi yang intens, film ini memperkenalkan pandangan baru tentang ketakutan dan kelangsungan hidup dalam dunia yang hancur.
Kisah dimulai ketika seorang pemuda, Jim (Cillian Murphy), terbangun dari koma 28 hari setelah virus mematikan melanda Inggris.
Dia menemukan dirinya terisolasi di rumah sakit yang ditinggalkan, hanya untuk menyadari bahwa kota London sekarang kosong dan dikuasai oleh orang-orang yang terinfeksi virus.
Bersama dengan sekelompok orang yang selamat, termasuk Selena (Naomie Harris) dan Frank (Brendan Gleeson), Jim harus berjuang untuk kelangsungan hidup di tengah teror yang tidak manusiawi.
Salah satu kelebihan utama "28 Days Later" adalah pendekatannya terhadap genre zombie. Boyle berhasil menghadirkan keberanian untuk melibatkan unsur manusia sebagai fokus utama.
Virus yang menyebar dengan cepat membawa dampak tidak hanya pada fisik manusia tetapi juga pada moralitas dan kemanusiaan.
Cillian Murphy memberikan penampilan yang memukau sebagai Jim. Dari kebingungan setelah bangun dari koma hingga pertarungannya untuk bertahan hidup, Murphy berhasil menangkap keputusasaan dan perubahan karakter dengan meyakinkan.
Sementara Naomie Harris sebagai Selena dan Brendan Gleeson sebagai Frank juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam menggambarkan kerentanan dan keberanian di tengah kekacauan.
Tak hanya itu, sinematografi "28 Days Later" menciptakan atmosfer yang suram dan mendalam. Penggunaan kamera handheld memberikan nuansa dokumenter yang mendukung imersi penonton ke dalam ketegangan dan ketakutan yang dirasakan oleh karakter.
Pilihan untuk menyulap kota London menjadi sepi dan terlantar pun memperkuat nuansa isolasi yang menambah intensitas kengerian.
Salah satu aspek yang membedakan film ini adalah penggunaan musik yang efektif. Skoring yang digarap John Murphy memberikan tekanan emosional dan kegembiraan di saat-saat yang tepat, meningkatkan ketegangan dan membuat adegan-adegan tertentu semakin mengesankan.
Di luar itu, "28 Days Later" tidak hanya suguhan tentang ketegangan dan kengerian, tetapi juga menyajikan pertanyaan filosofis tentang manusia dan peradaban.
Saat bertahan hidup menjadi pilihan utama, karakter-karakter dihadapkan pada keputusan moral yang sulit. Film ini mengajak penonton untuk merenung tentang seberapa jauh manusia dapat pergi untuk bertahan hidup, serta apa artinya menjadi manusia di dunia yang hancur.
Penggambaran terhadap manusia yang terinfeksi virus juga menambah dimensi moral. Mereka bukan sekadar mayat hidup yang mencari mangsa; mereka menciptakan citra mengerikan tentang apa yang mungkin terjadi jika keberlanjutan kehidupan tanpa kemanusiaan dan moralitas.
Meski demikian, bagi sebagian penonton, mungkin akan merasa pace cerita yang terkadang terasa terlalu cepat. Beberapa momen dramatis dan karakter mungkin tidak mendapatkan ruang untuk dikembangkan secara penuh, terutama dalam pengembangan hubungan antarkarakter.
Bagi saya, sebagai sajian horor, "28 Days Later" berhasil menciptakan dampak yang mendalam dan menghadirkan pengalaman menegangkan yang tidak terlupakan. Pilihan naratif dan sentuhan sinematik yang cemerlang menggambarkan kengerian bukan hanya sebagai ancaman fisik, tetapi juga sebagai tantangan moral dan psikologis.
Film ini tidak hanya sekadar horor zombie yang biasa, tetapi juga refleksi keberanian dan ketahanan manusia dalam menghadapi kehancuran dan teror. Skor 88/100.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Ulasan Film 'The Zone of Interest', Potret Ganda sang Penjahat Perang
-
Rekomendasi 3 Sinema Mancanegara Buat Penggemar Film 'Siksa Kubur', Berani Nonton?
-
Ulasan Film The Night Eats the World, Kisah Sepi Penyintas Serangan Zombie
-
Review Anime 'Parasyte', Kompleksitas Hubungan Manusia dan Alien
-
Review Film Dokumenter 'Amy', Pergulatan di Balik Ketenaran Amy Winehouse
Artikel Terkait
-
3 Series Indonesia Tayang November 2024, Seru dan Menegangkan!
-
Sinopsis The Substance, Referensi Apik Film Body-Horor yang Sayang untuk Dilewatkan
-
Zendaya hingga Anne Hathaway Resmi Gabung Film Baru Christopher Nolan
-
Diangkat dari Kisah Nyata, Santet Segoro Pitu Sajikan Cerita Berdarah-darah
-
Review Film Apocalypse Z: Bertahan Hidup Bersama Kucing di Tengah Wabah Zombie
Ulasan
-
Ulasan Novel Seribu Wajah Ayah: Kisah Perjuangan dan Pengorbanan Ayah
-
Ulasan Buku Gaga dan Ruri: Ajari Anak agar Tidak Mengambil Milik Orang Lain
-
Mengulik Misteri Denah Rumah Tak Lazim Lewat Buku Teka-Teki Rumah Aneh
-
Ulasan Novel Waktu Aku Dilayoff: Kisah saat Menghadapi Kehilangan Pekerjaan
-
Ulasan Novel Home Sweet Loan:Impian di Tengah Tantangan Finansial
Terkini
-
Sinopsis Film The Sabarmati Report, Kisah Dua Jurnalis Mengungkap Kebenaran
-
Melawan Sunyi, Membangun Diri: Inklusivitas Tuna Rungu dan Wicara ADECO DIY
-
Melihat Jadwal Tur Linkin Park, Jakarta Satu-satunya Kota di Asia Tenggara
-
Wajib Beli! Ini 3 Rekomendasi Cushion Lokal dengan Banyak Pilihan Shade
-
3 Rekomendasi Drama China yang Dibintangi Cheng Yi, Terbaru Ada Deep Lurk