Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Inggrid Tiana
Buku 'Things &Thoughts I Drew When I Was Bored' (Goodreads)

Buku "Things &Thoughts I Drew When I Was Bored" karya Naela Ali ini diterbitkan pada tahun 2017. Buku ini lebih fokus pada curhatan sang penulis, mulai dari kesendirian, kesukaannya pada buku dan musik, hingga eksistensi pada diri sendiri.

Buku ini memiliki ilustrasi yang memberikan kesan kuat dan berkesan, membuatnya berbeda dengan curhatan biasa di media sosial. Bonus stiker lucu juga menjadi nilai tambah yang lumayan untuk koleksi atau sekadar ditempel pada buku jurnal.

Di awal buku ini, sang penulis menggambarkan dirinya sebagai "Saya bukan tipe orang yang suka bersosialisasi. Saya adalah tipe orang yang lebih banyak menghabiskan waktu sendirian. Membaca buku, menonton film, mendengarkan musik." Sama seperti halnya introvert pada umumnya.

Buku setebal 160 halaman ini terbilang ringkas untuk dibaca dalam waktu singkat, meskipun kata-katanya lahir dari kebosanan, namun tetap sarat makna.

Ilustrasinya sederhana namun kreatif dan berhasil menggambarkan kecintaan sang penulis terhadap kesendirian dengan sentuhan khas para introvert.

Walaupun terdapat stereotip seniman, saya yakin ini bukan sekadar trik pemasaran karena curhatan-curhatannya sangat relevan bagi mereka yang suka sendiri.

Saya menyukai kekhasan Naela Ali dalam menggambar ilustrasi dengan cat air, yang tetap terjaga dalam buku ini.

Sosok yang digambar Naela tidak jauh berbeda dengan dua buku sebelumnya, dengan pulasan warna peach dan merah muda yang selalu menghiasi bagian mata, hidung, dan pipi.

Meskipun demikian, saya harus mengakui bahwa buku "Things & Thoughts I Drew When I Was Bored" membuat saya merasa bosan juga.

Saya membacanya dengan cepat di toko buku tanpa adanya kalimat atau ilustrasi yang dapat membuat saya tertahan lebih lama pada halaman tertentu.

Meskipun ilustrasinya bagus, saya merasa sang penulis masih memiliki ruang untuk lebih mengeksplorasi.

Tata letak buku ini enak dibaca dan memiliki sentuhan playful yang saya sukai. Namun, dari segi penulisan, buku ini terlalu mengusung tokoh "aku" dengan cara yang terlalu egosentris, sehingga terkadang terasa seperti membaca buku harian sang penulis.

Dengan membaca buku ini, kamu mungkin akan merasakan kecemasan yang muncul dari pemikiran Naela Ali, yang sangat akrab dengan generasi millenial yang mungkin sedang mengalami quarter life crisis.

Naela Ali mengajak pembaca untuk struggle bareng melalui tulisan yang sengaja dihasilkan secara acak, seperti yang dijelaskan di halaman-halaman awal buku ini.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Inggrid Tiana