Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Novel "Laut Bercerita" (Dok. Pribadi/Audy Dianda)

Leila Salikha Chudori, lahir dia Jakarta 12 Desember 1962, telah mengukir namanya di dunia sastra Indonesia sejak usia 11 tahun. Cerpen pertamanya Pesan Sebatang Pohon Pisang dimuat di majalah Si Kuncung (1973). Sejak itu, ia aktif menulis di berbagai media seperti Kawanku, Hai, dan Gadis, menghasilkan karya-karya yang diakui, termasuk kumpulan cerpen 9 Untuk Nadira yang meraih “Penghargaan Sastra” Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian dan Kebudayaan pada tahun 2011.

Novel Laut Bercerita karya Leila Salikha Chudori menceritakan kisah perjuangan para aktivis mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 90-an, yang berkeinginan untuk mengubah negeri ini menjadi lebih baik. Pada saat itu, Indonesia dipimpin oleh pemimpin yang otoriter, yaitu Presiden Soeharto. Para petinggi banyak yang melakukan korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), pers dikuasai oleh pemerintah, rakyat benar-benar harus tunduk terhadap pemerintah, dan yang paling penting adalah para aktivis dibungkam dan disiksa untuk tidak menyuarakan keingin mereka, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.

Lewat tokoh utama bernama Laut, dan teman-temannya yang tergabung dalam organisasi Winatra dan Wirasena. Organisasi ini memiliki tujuan untuk memperjuangkan keadilan sosial dan demokrasi di Indonesia. Mereka melakukan berbagai kegiatan, seperti diskusi, aksi demonstrasi, dan membantu rakyat yang mengalami penindasan oleh pemerintah.

Namun, kegiatan mereka selalu dibayang-bayangi oleh ancaman penangkapan dan penyiksaan dari pemerintah. Pada akhirnya, Laut dan teman-temannya ditangkap oleh pemerintah. Mereka diculik dan disiksa secara brutal. Laut bahkan tewas dalam penyiksaan tersebut. Kematian Laut menjadi simbol perlawanan para aktivis terhadap rezim otoriter Orde Baru.

Gambaran Realistis Suasana Politik Orde Baru

Indonesia pada masa Orde Baru, menjadi latar belakang yang penuh ketegangan dalam novel ini. Novel ini menggambarkan suasana politik dan sosial yang gejolak, di mana pemerintah melakukan segala cara untuk menindas suara kritis dan membungkam mahasiswa yang dianggap sebagai ancaman. Novel ini menggambarkan betapa ketatnya pengawasan terhadap kegiatan mahasiswa yang dianggap kritis. Setiap langkah mereka diawasi, dan mahasiswa yang berani bersuara mendapat ancaman penangkapan dan penyiksaan. 

Lewat novel ini, Leila berhasil menciptakan citra yang sangat realistis mengenai hidup di bawah rezim otoriter Orde Baru. Pembaca seakan-akan diajak meresapi setiap detil ketegangan, ketakutan, dan perlawanan yang dirasakan para aktivis mahasiswa pada masa itu. Novel ini dapat menyadarkan kita akan pentingnya perjuangan untuk keadilan dan demokrasi. Melalui kisah-kisahnya, Leila Salikha Chudori mengajarkan kita bahwa perjuangan ini tidak pernah mudah. Tetapi, kita harus terus mengingat sejarah kelam Indonesia agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Dengan penuh kebijaksanaan, Leila mengajak pembaca melihat masa lalu dengan segala problemnya. Novel Laut Bercerita adalah karya sastra yang memberikan pelajaran berharga tentang nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan perjuangan yang tak pernah padam. Leila dengan mahir menghadirkan narasi yang memancing emosi pembaca. Novel ini menjadi pengingat tentang pentingnya kebebasan berpendapat dan keadilan sosial dalam sejarah bangsa.

Identitas Buku

Judul : Laut Bercerita

Penulis : Leila Salikha Chudori

Cetakan : Lima Puluh, 2022

Halaman : x+ 379 halaman

Dimensi : 13,5 x 20 cm

Cover : Soft cover

ISBN : 978-602-424-694-5

Muhammad Ridwan Tri Wibowo