Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Buku "Simple Miracles Doa dan Arwah" (Dok. Pribadi/Muhammad Ridwan Tri Wibowo)

Ayu Utami, lahir di Bogor pada tanggal 21 November 1968, adalah seorang aktivis, jurnalis, dan sastrawan Indonesia. Ia menamatkan kuliahnya di jurusan Sastra Rusia, Universitas Indonesia. Ia dikenal sebagai novelis sejak novel Saman memenangkan sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta tahun 1998.

Buku Simple Miracles adalah kisah nyata perjalanan spiritual Ayu Utami. Dalam buku ini, ia menganalogikan perjalanan spiritualnya dengan sejarah pemikiran Eropa. Jika disederhanakan, ada tiga periode utama: religiusitas, sekularisme dan pasca-sekularisme. Menurutnya, Eropa mengalami era Kristianitas dari awal Masehi hingga akhir Zaman Pertengahan. Ia mengalami periode Kristianitas dari masa kanak-kanak hingga akhir usia belasan. Ia dibaptis saat bayi, dididik dalam keluarga yang taat, dan belajar di sekolah Katolik hingga lulus SMA.

Setelah itu, Eropa memasuki Zaman Pencerahan dan Rasionalitas. Di zaman ini, ketergantungan dengan agama mulai dipangkas. Orientasi manusia bukan lagi surga, melainkan dunia. Sekularisme atau pemisahan agama dan kekuasaan negara terjadi. Hukum negara tidak berdasarkan pada ayat-ayat suci, melainkan pada keadilan bersama. Tidak ada lagi orang yang dihukum karena ayat-ayat suci. Manusia di zaman ini dihukum karena menyalahi keadilan dunia ini.

Ayu mengalami era sekularisme ketika memasuki usia 20-an. Hukum-hukum di dalam dirinya tidak lagi dikuasai oleh aturan Sepuluh Perintah Allah atau dogma Gereja. Di fase ini, ia berkeyakinan manusia memiliki hati nurani dan akal budi yang bisa menimbang baik-buruk suatu hal secara kontekstual. Oleh karena itu, ia pun sangat membenci institusi agama. Menurutnya institusi agama merupakan makhluk yang harus dicurigai. Peran harus dibuat sekecil mungkin, kalau bisa institusi harus dilenyapkan. 

“Aku menyukai lagu John Lennon: Imagine there’s no heaven. And no religion too.” –Halaman 56

Lalu, menjelang 40-an Ayu memasuki periode pasca-sekularisme. Ia tak lagi memusuhi agama. Ia merasakan ada spiritualitas baru dalam dirinya. Ia menyebutnya spiritualisme-kritis. Menurutnya, spiritualisme kritis adalah sikap terbuka pada yang spiritual tanpa mengkhianati nalar kritis.

Sikap terbuka adalah langkah pertama dalam spirtualisme-kritis. Sikap ini melibatkan kesediaan  untuk menerima, termasuk mengakui bahwa kita memiliki keterbatasan pengetahuan. Tanpa kesediaan untuk menerima ketidaktahuan, upaya menguji atau mengevaluasi informasi spiritual sekedar penolakan semata-mata. Sebaliknya, sikap terbuka tanpa kesediaan menerima ketidaktahuan sama saja menutup diri. Tetapi, sikap mengagungkan ketidaktahuan adalah kebodohan yang berbahaya juga. 

Buku Simple Miracles karya Ayu Utami adalah sebuah karya yang menarik dan menggugah. Buku ini juga memberikan gambaran tentang perjalanan spiritualnya sendiri, yang dimulai dari masa kanak-kanak yang religius, lalu memasuki masa sekularisme, dan akhirnya menemukan spiritualisme-kritis. Perjalanan spiritualnya ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus mencari makna hidup, dan mengembangkan spiritualitas kita.

Identitas Buku

Judul       : Simple Miracles Doa dan Arwah

Penulis    : Ayu Utami

Cetakan  : Ketiga, 2016

Halaman : x + 177 halaman 

Dimensi  : 13,5 x 20 cm 

Cover      : Soft cover

Penerbit  : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

ISBN        : 978-602-6208-90-3

Muhammad Ridwan Tri Wibowo