Novel Mencari Simetri diterbitkan Gramedia Pustaka Utama di tahun 2019. Novel karya Annisa Ihsani ini jauh berbeda dari novel pendahulunya, seperti: Teka-Teki Terakhir dan A Hole in the Head yang merupakan kisah petualangan anak. Kali ini penulis memilih cerita bergenre metropop dengan kehidupan kaum dewasa yang rumit.
April, lajang di usia 29 tahun yang selama enam tahun mencintai teman kerjanya, Armin. Mereka bekerja di perusahaan startup yang sama hanya berbeda divisi. Armin hanya breadcrumbing kepada April, sedangkan April merasa sudah cukup jika bisa melihat Armin setiap hari dan menjadi teman curhat lelaki itu.
Breadcrumbing adalah ketika seseorang memberikan orang lain perhatian yang cukup untuk membuat mereka tetap tertarik dalam sebuah hubungan (atau hubungan tanpa status), tanpa keinginan untuk berkomitmen.
Kedua sahabat April, Sita, dan Tantri, sudah menikah dan memiliki anak. April merasa tertinggal, karena di usianya sekarang ia tak punya kekasih, tak memiliki pekerjaan yang cukup membanggakan orang tua, dan masih ngekos di kamar sempit seharga nyaris separuh gajinya.
Pada saat ini sebagian teman-temanku mulai membeli rumah mereka sendiri. Aku? Hahahahaha. Aku tidak punya pasangan untuk diajak menempati rumah bersama, tidak punya uang untuk membayar uang muka, dan tidak punya uang untuk membayar cicilan dua puluh tahun ke depan, jadi apa gunanya? (hal. 22)
Di tengah kegalauan akan perasaan kesepian dan kesendirian, Tyas, ibunda April, harus pergi ke Semarang mengurus Eyang Uti yang kesehatannya kembali menurun karena serangan jantung. April yang kemudian bolak-balik mengunjungi papanya yang sendirian di rumah, kerap menemukan kejanggalan di diri sang papa.
Dari berbagai pemeriksaan diketahui jika Papa terserang penyakit Alzheimer. Hal yang kemudian membuat April memutuskan kembali tinggal di rumah.
Pekerjaannya yang tak mengharuskan ia standby di kantor juga membuatnya lebih sering bekerja dari rumah. Walaupun tinggal berdua saja dengan Papa kerap membuat April frustrasi, karena merasa tak mampu mengurus papanya.
Lalu suatu ketika mantan teman kerjanya datang. Lukman menawarkan semua yang dibutuhkan April: pernikahan, kehidupan yang nyaman, dan perasaan dicintai seseorang yang tak didapatnya dari Armin. Lantas, apakah April akan menerima pinangan Lukman, sedangkan ia tak mencintai lelaki itu?
Karakter Armin di novel ini bikin saya sebagai pembaca lumayan kesal. Jika tidak mempunyai ketertarikan yang sama, setidaknya jangan bersikap seakan-akan memberikan harapan. Setiap perempuan tentunya menginginkan kue yang utuh, bukan hanya diberikan remah-remah roti.
Mengenai konflik dalam novel ini sendiri lebih berfokus pada kehidupan April dan urusan percintaannya yang terjebak friendzone dan tekanan dari berbagai sisi karena masih melajang di usia rawan.
Konflik tersebut menggantung terus sampai akhir cerita yang membuat saya cukup kecewa karena berharap adanya plot twist atau semacamnya.
Konflik pendamping tentang Sita dan keluarga kecilnya yang ternyata tak seperti apa yang dibayangkan April. Lalu konflik rumah tangga Laras, Kakak April. Juga tentang penyakit sang papa, ternyata tak cukup membuat alur cerita bergerak lebih cepat.
Cerita berjalan lambat, suram, penuh tekanan, dan terasa sekali hopeless-nya seorang April dengan kehidupan yang diidamkannya tapi sulit untuk diraih.
Kelebihan dari novel ini adalah apa yang coba diangkat dalam cerita, merupakan sesuatu hal yang relate terjadi dalam kehidupan setiap orang.
Membaca novel ini para pembaca akan seperti berkaca dengan kehidupannya sendiri. Turut merasakan kesulitan April yang kadang merasa diri tidak cukup beruntung, meskipun sebenarnya ia pribadi mandiri yang mampu mencukupi dirinya secara finansial.
Ketika menuju bab-bab akhir karakter April juga mengalami pendewasaan. Ia mulai bisa bersikap dan mengambil keputusan mengenai asmara dan jalan hidupnya. Sebuah perjalanan rumit tentang cinta yang pada akhirnya bisa ia taklukkan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Bitterballen Love: Novel Bertema Kuliner Senikmat Mencicipi Bitterballen
-
Menyusuri Sejarah Semarang dalam Novel Kebakaran Misterius di Kota Lunpia
-
Ulasan Novel Nemesis: Pengusutan Kasus Pembunuhan Sepuluh Tahun Lalu
-
Ulasan Novel Demon Rumm: Karya Sandra Brown yang Kurang Menggigit
-
Ulasan Novel Mawar tak Berduri: Pembunuhan Dua Perempuan di Maidensford
Artikel Terkait
-
Menjadi Sehat secara Holistik dari Buku 'Pesan Cinta Tuhan Melalui Tubuhku'
-
Ulasan Film Ali Topan: Sebuah Adaptasi Modern dengan Sentuhan Baru
-
Bongkar Koleksi Tas, Cinta Laura Ngaku Cuma Beli Barang Branded 5 Tahun Sekali
-
Ulasan Novel Senjakala, Cerita untuk Para Hantu Kecil
-
Bahasa Cinta Siti Atikoh Physical Touch, Akui Punya 2 Kebiasaan Ini Ketika Sedang Bersama Ganjar Pranowo
Ulasan
-
Ulasan Novel The Princes Escape: Terkadang Kuat Tak Harus Berdiri Tegak
-
Bukan Cuma tentang Restu, Ini Makna Lain di Balik Lagu 'Rude' oleh Magic!
-
Review Polite Society, Hubungan Adik-Kakak dengan Komedi dan Aksi Silat
-
Ulasan Buku Kinar & Poco: Kisah Hangat Persahabatan Anak dan Kucing
-
Review Series One Night in Idaho: Dokumenter True Crime Menolak Eksploitasi
Terkini
-
4 OOTD Warm Chic Style ala Jang Da A, Bisa Disontek Biar Makin Stunning!
-
Sound Horeg: Ketika Hiburan Jalanan Menggeser Budaya dan Merusak Ketertiban
-
Bertemu Irak dan Arab Saudi, Ini Peluang Indonesia ke Piala Dunia 2026
-
Sinopsis Film Tanvi The Great, Dibintangi Shubhangi Dutt dan Anupam Kher
-
Bungkus 2 Kemenangan, namun Langkah Timnas Indonesia U-23 ke Semifinal Belum Sepenuhnya Aman