Kesehatan yang baik adalah salah satu investasi yang seharusnya kita miliki sebagai manusia. Sebab tubuh yang sehat adalah modal utama kita untuk hidup.
Percuma jika kita memiliki karier yang ok, kondisi finansial yang baik, tapi tidak bisa menikmati pencapaian tersebut karena terperangkap dalam tubuh yang lemah dan sakit-sakitan.
Untuk itu, penting bagi kita untuk memperkaya wawasan mengenai kesehatan agar bisa menerapkannya dalam keseharian. Buku ini adalah salah satu referensi yang membahas hal tersebut.
Buku berjudul 'Pesan Cinta Tuhan Melalui Tubuhku' ini ditulis oleh Ika Shinta Sari yang merupakan seorang psikolog sekaligus praktisi kesehatan holistik.
Sebagaimana latar belakang penulisnya, buku ini membahas tentang kesehatan holistik yang sebagian besar mengarah pada aspek psikologi dan spiritual.
Berbicara tentang kesehatan holistik, materinya merujuk pada bagaimana kesehatan itu dipengaruhi oleh 4 faktor, yakni mind (pikiran), body (fisik), soul (jiwa/batin), dan spiritual (roh).
Jadi, secara umum kesehatan holistik adalah kesehatan yang menyeluruh, yang mencakup 4 faktor di atas.
Ketika kita berusaha menjadi sehat secara holistik, artinya kita tidak sekedar minum obat ketika sakit, atau pergi ke dokter saat mengalami keluhan tertentu.
Tapi sehat secara holistik adalah bagaimana menjaga agar pikiran, fisik, jiwa, dan roh berada dalam keadaan stabil. Karena sering kali, sakit fisik yang kita derita itu berawal dari kondisi jiwa yang sedang rentan, atau pikiran yang tidak stabil.
Pembahasan ini sebenarnya cukup menarik. Buku ini seperti membuka wawasan pembaca bahwa sehat itu bukan sekadar apa yang terlihat dari luar, tapi lebih dari itu. Ada aspek-aspek internal dalam diri kita yang menjadi faktor penentu dari kondisi kesehatan.
Kemudian, alih-alih menganggap penyakit sebagai musuh, tapi pandanglah ia sebagai teman lama yang menjadi perantara dari Tuhan.
Ia datang untuk menyampaikan bahwa ada hal yang tidak beres dalam diri kita, dan hal itu perlu untuk diperbaiki.
Ya, sakit itu adalah mekanisme alami untuk perbaikan sel-sel atau keadaan yang rusak di dalam tubuh. Betapa Tuhan begitu menyayangi ciptaan-Nya dengan memberikan tanda yang mampu kita baca di dalam diri kita.
Di sini saya kembali disadarkan bahwa tubuh kita sebenarnya sudah dirancang sedemikian rupa untuk mampu menyembuhkan dirinya sendiri. Jadi, tidak perlu buru-buru mengambil intervensi dengan minum obat selama rasa sakit yang kita rasakan tidak terlalu mengganggu.
Di buku ini penulis memaparkan banyak contoh bagaimana terapi dengan pendekatan psikologis dan rohani/spiritual bisa membuat seseorang yang sakit menjadi pulih.
Ada juga pembahasan mengenai betapa ampuhnya perasaan ikhlas dan berserah diri dalam menyembuhkan rasa sakit.
Terakhir, ada satu hal menggelitik yang saya dapati saat membaca buku ini. Yakni pertanyaan, mengapa orang yang memiliki gangguan jiwa terlihat jarang migrain dan mengalami penyakit psikosomatis lainnya?
Jawabannya karena ia telah mencapai ambang stres dan kehilangan kemampuan untuk berpikir rasional. Artinya, ada beberapa penyakit yang memang asalnya dari pikiran dan perasaan yang kacau.
Maka, pikiran dan perasaan yang kita miliki mestinya adalah sesuatu yang harus kita jaga agar senantiasa tenang dan bahagia sehingga terhindar dari penyakit.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
-
Tidak Ada Buku di Rumah Anggota DPR: Sebuah Ironi Kosongnya Intelektualitas
-
Intelijen Dunia Maya: Upaya Netizen Indonesia dalam Menjaga Demokrasi
Artikel Terkait
-
Jaga Performa HP Xiaomi, Begini Cara Cek Kesehatan Baterai di HyperOS
-
Lebih dari 626 Ribu Petugas Pemilu Mengakses Layanan JKN
-
Ulasan Novel Lupus Returns: Cewek Junkies, Masa Lalu Pacar Baru
-
Menemukan Makna Kebahagiaan di Balik Kesedihan dari Buku 'Bittersweet'
-
Gegara Pecat Jurgen Klinsmann, Presiden KFA Siap Rogoh Koceknya Sendiri
Ulasan
-
Ulasan Novel Mayday, Mayday: Berani untuk Berdiri Setelah Apa yang Terjadi
-
Review Film Red Sonja: Petualangan Savage yang Liar!
-
Review Film DollHouse: Ketika Boneka Jadi Simbol Trauma yang Kelam
-
Di Tengah Krisis Literasi, Kampung Ini Punya Perpustakaannya Sendiri
-
Ulasan Novel Mean Streak: Keberanian Memilih Jalan Hidup Sendiri
Terkini
-
Jago Matematika Disebut Pintar: Kenapa Angka Jadi Ukuran Cerdas di Indonesia?
-
Zita Anjani dan Gelombang Kritik: Antara Tanggung Jawab dan Gaya Hidup
-
Ghosting Bukan Selalu Soal Cinta: Saat Teman Jadi Avoidant
-
Demo Ojol Geruduk DPR di Tengah Hujan: Ini Tuntutan Pedas Mereka!
-
Belum Juga Jera, AFC Kembali Bikin Ulah Jelang Bergulirnya Ronde Keempat Babak Kualifikasi