Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Rie Kusuma
Cover novel Rasuk (Dok. Ipusnas)

Seringkali sebagai manusia, kita tak pernah berpuas diri dengan kehidupan yang kita punya dan tengah kita jalani. Beberapa orang merasa kehidupan orang lain lebih indah, lebih sempurna, hingga kemudian muncul rasa iri di hati kecil kita.

Beberapa orang bahkan menghujat Tuhan, merasa bahwa Sang Pencipta tidak adil kepada mereka dan menuntut kehidupan seperti yang dimiliki orang lain. Mereka ingin menukar hidup yang tengah mereka jalani dengan milik orang lain, karena melihat kehidupan tersebut lebih baik dari yang mereka punya.

Seperti itulah pengalaman yang saya rasakan setelah menuntaskan novel Rasuk karya dari Risa Saraswati. Novel terbitan Bukune (2015) dan memiliki 332 halaman ini, menyajikan cerita tentang persahabatan yang dilumuri oleh rasa iri hati dari sang tokoh utama, Langgir Janaka, dan keinginan untuk menukar kehidupan yang ia punya dengan milik teman-temannya.

Dikisahkan tentang Langgir yang merasa dianaktirikan oleh Harum Manis, ibu kandungnya yang dipanggilnya Ambu. Ambu merasa Langgir adalah penyebab kematian suaminya. Ketika itu Langgir meminta Abah untuk menjemputnya di sekolah. Malang, Abah tak pernah tiba di tujuan karena sebuah kecelakaan yang merenggut nyawanya. Sejak kejadian tersebut, Ambu selalu menyalahkan Langgir di setiap kesempatan.

Sampai setelah berselang lama, Ambu jatuh cinta kembali pada seorang lelaki. Ia menikah lagi dan memiliki bayi laki-laki, yang tak pernah diizinkan Ambu untuk disentuh Langgir. Hal yang menimbulkan kebencian di hati gadis itu, karena Langgir merasa ibunya memiliki keluarga kecil sendiri tanpa ada dirinya di dalamnya. Membuat Langgir merasa hidupnya adalah sebuah kutukan.

Langgir memiliki geng perempuan bernama Putri Sejagad. Sekar Tanjung yang anak pungut tapi dilimpahi kasih sayang. Lintang Kasih yang orang tuanya kaya raya dan kerap mengajak gadis itu bepergian keluar negeri. Fransisca Inggrid, gadis cantik yang menjadi pujaan kaum lelaki dan mudah mendapatkan apa pun yang ia inginkan.

Langgir diam-diam memendam rasa iri pada ketiga sahabatnya. Ia selalu menganggap Tuhan tidak adil. Puncak kemarahan Langgir ketika Ambu berencana menjual rumah warisan Abah. Langgir kabur dari rumah dengan membara bara di dadanya.

Tuhan, jika memang Kau ada, lalu kenapa Kau diam saja? Aku lelah dengan semua drama yang terjadi di hidupku. Aku ingin mati! (Hal. 114)

Suatu kali terlintas ide dari Lintang Kasih yang menggemari hal-hal mistis agar mereka berempat menempuh perjalanan ke Karma Rinjani, sebuah keputusan yang akan mengubah kehidupan Langgir Janaka selamanya.

Di Karma Rinjani, Langgir mendapatkan keinginannya. Ia merasuk ke dalam tubuh setiap sahabatnya, merasakan kehidupan teman-temannya yang dianggapnya sempurna. Lalu ketika ia menyadari hal sebenarnya, sudah terlambat bagi Langgir untuk menyesali dan tak ada jalan untuk kembali.

Membaca novel Rasuk, saya merasakan perbedaan yang jauh dari sejumlah novel milik Risa Saraswati yang pernah saya baca. Bisa jadi karena novel-novel sebelumnya merupakan kisah nyata dari para hantu yang menjadi sahabat Risa sejak kecil.

Novel Rasuk agaknya murni hasil dari imajinasi sang penulis. Hal pertama yang menarik perhatian saya saat membacanya adalah nama-nama para tokohnya yang unik. Hal kedua pendeskripsian cerita yang sangat apik.

Gaya bahasanya mengalir dan pembaca bisa ‘mendengar’ suara yang berbeda dari tiap tokoh. Ini berarti Risa sebagai penulis berhasil membentuk karakterisasi dari setiap tokohnya. Mengenai tokoh, saya sangat menyukai karakter Isabel, adik Inggrid, tokoh anak belasan tahun tapi bersikap dan bertutur kata layaknya orang dewasa. Sedikit banyak mengingatkan saya pada tokoh Suki di novel Jakarta Sebelum Pagi karya dari Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie.

Ceritanya sendiri belum membawa kebaharuan meskipun premis yang diusung lumayan menarik, tentang keinginan memiliki kehidupan orang lain karena iri hati dan tak mensyukuri apa yang sudah dimiliki.

Bagian cerita tentang Langgir Janaka—yang karena mengalami sesuatu hal akhirnya ia bisa merasuk ke tubuh orang lain—sangat menarik perhatian saya. Ia bahkan bisa merasuk ke tubuh adiknya yang masih bayi, Borneo.

Hal yang kemudian menjadi pertanyaan saya, saat jiwa Langgir merasuki tubuh orang lain. Lantas pergi ke manakah jiwa seseorang tadi yang tubuhnya diambil alih Langgir?

Konflik cerita meskipun berpusat pada Langgir tapi ada beberapa konflik pendukung lain yang cukup menarik. Sayangnya, ada yang eksekusinya nanggung dan beberapa ada yang terlalu dipaksakan untuk diselesaikan, contohnya kisah cinta Abimanyu Permadi, tokoh lelaki yang diam-diam disukai Langgir.

Bagian prolog dalam novel Rasuk saya pikir seharusnya tidak perlu. Ya, ini murni pendapat pribadi. Saya pikir akan lebih pas jika ceritanya dicukupkan selesai sebelum prolog. Sebab, menurut saya, bagian prolog hanya membuat cerita yang tadinya sudah klimaks menjadi anti klimaks.

Novel Rasuk telah menyisipkan pesan mendalam kepada para pembacanya, tentang untuk selalu bersyukur atas hidup yang tengah dijalani, seberat apa pun, sepahit apa pun. Sebab, di balik setiap ujian pastilah terdapat pembelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rie Kusuma