Dengan latar belakang Desa Mangunsari, "Ronggeng Kematian" membawa penonton dalam perjalanan horor yang misterius. Kisahnya diadaptasi dari novel "Ronggeng Pembalasan Sulastri" karya Arumi E dan Sukhdev Singh. Dengan bintang-bintang seperti Cindy Nirmala sebagai Sulastri, Claresta Taufan sebagai Larasati, Chicco Kurniawan sebagai Hadi, Patty Sandya sebagai Ayu, Agus Wibowo sebagai Marto, Nungky Kusumastuti sebagai Menur, Revaldo sebagai Adit, Dito Darmawan sebagai Yudi, dan banyak lagi. "Ronggeng Kematian" tampaknya berhasil menghadirkan ‘ensemble cast’ yang kuat.
Dipimpin oleh sutradara Verdi Solaiman, yang mana ini adalah debutnya dalam penyutradaraan film secara utuh. Film ini menawarkan perpaduan horor yang mencekam dan misteri menggelitik yang diproduksi Clockwork Films.
Dalam "Ronggeng Kematian", Sulastri, penari ronggeng ulung Desa Mangunsari, suatu ketika menghibur empat mahasiswa yang lagi KKN: Adit, Ricky, Aksan, dan Yudi. Malam yang seharusnya dipenuhi kesenangan berubah menjadi mimpi buruk ketika Sulastri diperkosa dan dibunuh secara brutal oleh salah satu dari mereka. Terjebak dalam rasa bersalah dan ketakutan, keempat mahasiswa saling menutupi peristiwa itu.
Sulastri yang hilang, telah menjadi hantu yang bertekad untuk balas dendam hingga menyulut ketakutan. Selepas tujuh tahun berselang, keempat mahasiswa kembali diundang ke desa untuk diberi penghargaan. Kok penghargaan, sih? Penasaran, kan?
Namun, kedatangan mereka kali kedua justru semakin meningkatkan kecurigaan dan ketegangan. Dan, yang nggak habis pikir, keempat mahasiswa nggak ada yang tahu siapa sebenarnya sang pembunuh Sulastri karena mereka semua dalam pengaruh alkohol.
Ulasan:
Novel yang diadaptasi ke dalam film seringkali menjadi bahan perbincangan yang menarik bagi para penggemar sastra dan perfilman. Proses adaptasi seringkali memunculkan beragam pendapat dan persepsi dari pembaca novel asli serta penonton filmnya. Dalam hal "Ronggeng Kematian", novel aslinya yang berjudul "Ronggeng Pembalasan Sulastri", sebenarnya sudah sangat dikenal sebagai salah satu karya sastra Indonesia yang memiliki latar belakang budaya yang kaya dan nuansa misteri yang mendalam.
Namun, meskipun ada perbedaan dalam representasi antara novel dan film, adaptasi seringkali memberikan kesempatan bagi cerita untuk diinterpretasikan kembali dalam format yang baru. Film dapat menambahkan dimensi visual, audio, dan artistik yang nggak mungkin dicapai dalam bentuk tulisan. Ini memungkinkan cerita untuk dinikmati oleh audiens yang lebih luas dan memperkenalkan karya sastra kepada orang-orang yang mungkin nggak akan membaca novelnya.
Dalam kasus "Ronggeng Kematian", adaptasi filmnya, menurutku, cukup menawarkan penonton pengalaman yang berbeda tapi memikat. Dengan mempertahankan inti cerita dan karakter utama dari novel, filmnya masih bisa menghadirkan nuansa misteri serta ketegangan yang sama dalam format yang lebih visual dan dramatis. Dan perlu kamu tahu, pendapat tentang adaptasi film dari novel biasanya sangat subjektif, ya.
Untuk aspek teknisnya, "Ronggeng Kematian" rupanya menghadirkan elemen-elemen yang lebih dalam daripada sekadar jumpscare. Film ini mengambil pendekatan yang terstruktur dan rapi dalam penyajian alur ceritanya, sehingga aku cukup mudah mengikuti perjalanan masing-masing karakter dalam film. Biarpun pada setengah jam pertama, kita disuguhi latar belakang karakter yang bikin penonton jadi peduli, tapi kemudian berganti scene yang cukup jauh lompatnya. Akan tetapi, itu jelas treatment yang cukup membedakan film horor biasanya dengan yang kali ini. Ketimbang menjawab ‘ada apa sebenarnya’ di akhir film (seperti kebiasaan twist film horor), justru di film ini melakukan pendekatan yang berbeda.
Terus lagi, elemen horor dan drama dalam film ini, rupanya saling melengkapi dan menguatkan satu sama lain. Daripada hanya fokus pada jumpscare yang instan, "Ronggeng Kematian" lebih condong memperlihatkan perjalanan emosional dan misterinya. Setiap adegan dan momen dalam film ini juga memiliki tujuan yang jelas dalam membangun atmosfer yang menegangkan dan memperdalam pemahaman kita terhadap karakter-karakternya.
Meskipun "Ronggeng Kematian" merupakan debut pertama dalam penyutradaraan bagi Verdi Solaiman, tapi film ini berhasil menunjukkan taringnya. Meskipun masih ada yang bisa dibuat lebih optimal, pengembangan karakter yang lebih dalam misalnya, tapi secara keseluruhan, film ini memberikan pengalaman nonton yang seru. Dan skor dariku: 7/10. Buruan ditonton sebelum filmnya turun layar.
Baca Juga
-
CERPEN: Hari Ketika Bunga Menjadi Ibu yang Sesungguhnya
-
Ritual Bulan Merah di Bukit Wadasgeni
-
Review Film Avatar Fire and Ash: Visual Memukau, tetapi Cerita Terasa Mengulang
-
Ulasan Qorin 2: Fedi Nuril Keluar Zona Nyaman, tetapi Naskah Terasa Repetitif
-
Review Film Wake Up Dead Man - A Knives Out Mystery: Deduksi di Antara Iman
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Troll 2: Sekuel Monster Norwegia yang Epik!
-
Review The Great Flood: Kisah Kim Da Mi Selamatkan Anak saat Banjir Besar
-
Hada Cable Car Taif: Menyusuri Pegunungan Al-Hada dari Ketinggian
-
Ulasan Novel Janji, PerjalananTiga Santri Menemukan Ketulusan Hati Manusia
-
Review Film Avatar Fire and Ash: Visual Memukau, tetapi Cerita Terasa Mengulang
Terkini
-
Dua Tahun Pacaran, Olivia Rodrigo dan Louis Partridge Dikabarkan Putus
-
Dari Pesisir untuk Warga: Aksi Tanam Mangrove Suara Hijau dan Sketch and Write
-
Tanpa Kembang Api, Swara Prambanan 2025 Rayakan Tahun Baru dengan Empati
-
4 Serum Cica Rp40 Ribuan, Solusi Atasi Jerawat dan Kulit Kemerahan
-
Capek setelah Interaksi Sosial: Tanda Social Fatigue yang Sering Diabaikan