Film Ronggeng Kematian: Menggali Ketegangan dan Kualitas Adaptasi Novelnya

Hernawan | Athar Farha
Film Ronggeng Kematian: Menggali Ketegangan dan Kualitas Adaptasi Novelnya
Foto Film Ronggeng Kematian (Instagram/@clockworkfilmsofc)

Dengan latar belakang Desa Mangunsari, "Ronggeng Kematian" membawa penonton dalam perjalanan horor yang misterius. Kisahnya diadaptasi dari novel "Ronggeng Pembalasan Sulastri" karya Arumi E dan Sukhdev Singh. Dengan bintang-bintang seperti Cindy Nirmala sebagai Sulastri, Claresta Taufan sebagai Larasati, Chicco Kurniawan sebagai Hadi, Patty Sandya sebagai Ayu, Agus Wibowo sebagai Marto, Nungky Kusumastuti sebagai Menur, Revaldo sebagai Adit, Dito Darmawan sebagai Yudi, dan banyak lagi. "Ronggeng Kematian" tampaknya berhasil menghadirkan ‘ensemble cast’ yang kuat. 

Dipimpin oleh sutradara Verdi Solaiman, yang mana ini adalah debutnya dalam penyutradaraan film secara utuh. Film ini menawarkan perpaduan horor yang mencekam dan misteri menggelitik yang diproduksi Clockwork Films.

Dalam "Ronggeng Kematian", Sulastri, penari ronggeng ulung Desa Mangunsari, suatu ketika menghibur empat mahasiswa yang lagi KKN: Adit, Ricky, Aksan, dan Yudi. Malam yang seharusnya dipenuhi kesenangan berubah menjadi mimpi buruk ketika Sulastri diperkosa dan dibunuh secara brutal oleh salah satu dari mereka. Terjebak dalam rasa bersalah dan ketakutan, keempat mahasiswa saling menutupi peristiwa itu. 

Sulastri yang hilang, telah menjadi hantu yang bertekad untuk balas dendam hingga menyulut ketakutan. Selepas tujuh tahun berselang, keempat mahasiswa kembali diundang ke desa untuk diberi penghargaan. Kok penghargaan, sih? Penasaran, kan?

Namun, kedatangan mereka kali kedua justru semakin meningkatkan kecurigaan dan ketegangan. Dan, yang nggak habis pikir, keempat mahasiswa nggak ada yang tahu siapa sebenarnya sang pembunuh Sulastri karena mereka semua dalam pengaruh alkohol. 

Ulasan:

Novel yang diadaptasi ke dalam film seringkali menjadi bahan perbincangan yang menarik bagi para penggemar sastra dan perfilman. Proses adaptasi seringkali memunculkan beragam pendapat dan persepsi dari pembaca novel asli serta penonton filmnya. Dalam hal "Ronggeng Kematian", novel aslinya yang berjudul "Ronggeng Pembalasan Sulastri", sebenarnya sudah sangat dikenal sebagai salah satu karya sastra Indonesia yang memiliki latar belakang budaya yang kaya dan nuansa misteri yang mendalam.

Namun, meskipun ada perbedaan dalam representasi antara novel dan film, adaptasi seringkali memberikan kesempatan bagi cerita untuk diinterpretasikan kembali dalam format yang baru. Film dapat menambahkan dimensi visual, audio, dan artistik yang nggak mungkin dicapai dalam bentuk tulisan. Ini memungkinkan cerita untuk dinikmati oleh audiens yang lebih luas dan memperkenalkan karya sastra kepada orang-orang yang mungkin nggak akan membaca novelnya.

Dalam kasus "Ronggeng Kematian", adaptasi filmnya, menurutku, cukup menawarkan penonton pengalaman yang berbeda tapi memikat. Dengan mempertahankan inti cerita dan karakter utama dari novel, filmnya masih bisa menghadirkan nuansa misteri serta ketegangan yang sama dalam format yang lebih visual dan dramatis. Dan perlu kamu tahu, pendapat tentang adaptasi film dari novel biasanya sangat subjektif, ya. 

Untuk aspek teknisnya, "Ronggeng Kematian" rupanya menghadirkan elemen-elemen yang lebih dalam daripada sekadar jumpscare. Film ini mengambil pendekatan yang terstruktur dan rapi dalam penyajian alur ceritanya, sehingga aku cukup mudah mengikuti perjalanan masing-masing karakter dalam film. Biarpun pada setengah jam pertama, kita disuguhi latar belakang karakter yang bikin penonton jadi peduli, tapi kemudian berganti scene yang cukup jauh lompatnya. Akan tetapi, itu jelas treatment yang cukup membedakan film horor biasanya dengan yang kali ini. Ketimbang menjawab ‘ada apa sebenarnya’ di akhir film (seperti kebiasaan twist film horor), justru di film ini melakukan pendekatan yang berbeda. 

Terus lagi, elemen horor dan drama dalam film ini, rupanya saling melengkapi dan menguatkan satu sama lain. Daripada hanya fokus pada jumpscare yang instan, "Ronggeng Kematian" lebih condong memperlihatkan perjalanan emosional dan misterinya. Setiap adegan dan momen dalam film ini juga memiliki tujuan yang jelas dalam membangun atmosfer yang menegangkan dan memperdalam pemahaman kita terhadap karakter-karakternya.

Meskipun "Ronggeng Kematian" merupakan debut pertama dalam penyutradaraan bagi Verdi Solaiman, tapi film ini berhasil menunjukkan taringnya. Meskipun masih ada yang bisa dibuat lebih optimal, pengembangan karakter yang lebih dalam misalnya, tapi secara keseluruhan, film ini memberikan pengalaman nonton yang seru. Dan skor dariku: 7/10. Buruan ditonton sebelum filmnya turun layar. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak