Melalui gebrakan megahnya pada 27 Maret 2024, "Godzilla x Kong: The New Empire" melambungkan penonton ke dalam dunia epik MonsterVerse dengan pertarungan yang menggemparkan. Menggabungkan dua ikon legendaris, Godzilla dan Kong, dengan visual efek yang memanjakan mata dan pertarungan monster yang spektakuler.
Ditulis oleh Max Borenstein dan disutradarai oleh Adam Wingard, film ini menggabungkan cerita-cerita dari dua waralaba yang disukai oleh penggemar di seluruh dunia.
Para pemeran utama seperti Alexander Skarsgard, Millie Bobby Brown, dan Rebecca Hall membawa karakter-karakter mereka ke dalam kehidupan dengan luar biasa. Dengan durasi hampir dua jam, filmnya menawarkan pertarungan monster yang gila.
Kali ini kisahnya dimulai setelah peristiwa dari film sebelumnya. Godzilla dan Kong kembali bersatu untuk menghadapi ancaman baru yang muncul dari dalam Hollow Earth. Ketika sebuah sumber sinyal tak terduga terdeteksi, sekelompok penjelajah dipimpin oleh Dr. Ilene Andrews (Rebecca Hall) memulai ekspedisi ke dalam Hollow Earth untuk menyelidikinya.
Anggotanya terdiri dari putri angkatnya yang berasal dari Suku Iwi, Jia (Kayle Hottle), lalu podcaster Titan Truth si Bernie Hayes (Brian Tyree Henry), dan dokter hewan, Trapper (Dan Stevens).
Dalam perjalanan, mereka menemukan jejak telapak tangan raksasa berwarna merah yang mengisyaratkan keberadaan monster primata lain. Sementara itu, Kong menjelajahi Hollow Earth dan menemukan peradaban kera yang diperbudak oleh pemimpin tirani, Scar King. Kong harus memutuskan apakah dirinya akan membantu suku kera dengan melawan Skar King atau membiarkan begitu saja.
Ulasan
"Godzilla x Kong: The New Empire" Merupakan entri kelima dalam saga MonsterVerse, yang mengikuti empat judul sebelumnya, yaitu "Godzilla" (2014), "Kong: Skull Island" (2017), "Godzilla: King of the Monsters" (2019), dan "Godzilla vs Kong" (2021).
Kali ini jelas bahwa fokus utamanya adalah pada para monsternya. Menurutku, kali ini fokus filmnya jatuh pada karakter Kong.
Ketika ada film bertema monster tapi lebih fokus pada konflik manusia, seringkali penonton ngeluh, ‘bisa-bisanya aksi monster cuma tempelan belaka’.
Giliran sekarang, ketika ada yang lebih fokus ke monsternya, netizen banyak komen, ‘kok karakter manusia sekarang malah cuma tempelan doang’. Jadi maunya gimana? Eh.
Kehadiran monster dari dua kubu, memang sangat mencuri screen time, oleh karena itu, nggak mengherankan jika ‘porsi’ yang diberikan pada karakter manusia agaknya lebih sedikit.
Jadi, sebagai penonton, penting untuk memahami sejak awal, bahwa film ini memprioritaskan aksi monster, jadi kalian nggak perlu mengeluh lagi terkait screen time karakter manusia yang kayak tempelan doang.
Aku termasuk yang enjoy banget dengan fokus ke para monster dalam film ini. Dan menurutku, fokus yang lebih dominan pada monster daripada pada karakter manusia, justru menghadirkan aksi yang lebih intens dan mendebarkan.
Dengan menampilkan pertarungan epik antara para monster, film ini memberikan pengalaman visual dan ketegangan yang spektakuler banget.
Selain itu, eksplorasinya jadi jauh lebih mendalam terhadap alam semesta MonsterVerse yang luas. Dengan menjelajahi seisi Hollow Earth dan menghadirkan berbagai monster baru seperti Scar King, film benar-benar mengeksplorasi lebih lanjut mitologi dan sejarah para Titan.
Perlu diketahui juga, film ini jelas ditujukan untuk audiens remaja dan dewasa muda, sehingga beberapa aspek seperti adegan kekerasan dan warna darah monster dibuat tidak realistis, seperti warna darah yang berwarna hijau, dan masih ada lagi hal-hal lain yang ‘terlihat kocak’ di mata penonton dewasa.
Meskipun mungkin terasa aneh bagi penonton dewasa, pendekatan ini jelas berhasil memberikan kesempatan bagi para penonton muda untuk menikmati film tanpa terlalu terpengaruh oleh adegan yang terlihat sadis.
Berhubung aku enjoy banget dengan apa yang disajikan, terlepas efek CGI yang biasa saja alias peningkatkan dari film sebelumnya tak terlalu terlihat signifikan, tapi dengan pertarungan para monster yang hampir terjadi tiap beberapa menit sekali, lebih-lebih pas ‘final battle’ yang ciamik dan lama, maka skor dariku: 8/10. Selamat menonton, ya.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Futsal di Era Digital: Dari Lapangan ke Layar Sosial Media
-
Film Sore: Istri dari Masa Depan Melenggang dan Mengguncang Panggung Oscar
-
Film Man of Tomorrow, Sekuel Superman Tayang Tahun Depan?
-
Evil Does Not Exist, Menelanjangi Judul Film yang Terasa Gugatan Hamaguchi
-
Review Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah: Nggak Semudah Itu Jadi Ibu
Artikel Terkait
-
Sempat Tuai Kontroversi, Film 'Oppenheimer' Akhirnya Tayang di Jepang
-
Review Film '1917': Perang Dunia I dan Misi Mustahil Prajurit Inggris
-
PARFI 56 Semarakkan #HariFilmNasional2024 dengan Tema Aktor Tangguh, Industri Tumbuh
-
Sinopsis The Midnight Romance in Hagwon, Drakor Romantis Jung Ryeo Won dan Wi Ha Joon
-
Dibintangi Shin Hyun Bin dan Moon Sang Min, Ini Sinopsis Drakor Komedi Cinderella at 2 AM
Ulasan
-
Review Film The Exit 8: Ketakutan Nyata di Lorong Stasiun yang Misterius
-
Membaca Ulang Kepada Uang: Puisi tentang Sederhana yang Tak Pernah Sederhana
-
Review Film Siccin 8: Atmosfer Mencekam yang Gak Bisa Ditolak!
-
Film Man of Tomorrow, Sekuel Superman Tayang Tahun Depan?
-
Kisah Manis Pahit Persahabatan dan Cinta Remaja dalam Novel Broken Hearts
Terkini
-
Lebih dari Sekadar Keponakan Prabowo, Ini Profil Rahayu Saraswati yang Mundur dari DPR
-
Bukan Sekadar Coretan, Inilah Alasan Poster Demo Gen Z Begitu Estetik dan Berpengaruh
-
Nabung Itu Wacana, Checkout Itu Realita: Melihat Masalah Nasional Gen Z
-
Bukan Cuma Anak Menkeu, Ini Sumber Kekayaan Yudo Sadewa yang Dihujat Netizen
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat