"Life of Pi" adalah film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Penulis Yann Martel. Dalam versi film, David Magee mengurus skripnya. Sementara pemeran utamanya ada Suraj Sharma yang berperan sebagai Pi Patel usia belasan, dan Irrfan Khan sebagai Pi Patel dewasa. Film berdurasi 2 jam lebih beberapa menit ini diarahkan oleh sutradara berbakat, Ang Lee, yang mana, berkat menyutradarai film ini, dirinya berhasil menyabet Penghargaan Oscar dalam kategori Best Director. Nggak cuma itu, juga oleh arahannya, "Life of Pi" pun meraih penghargaan Best Cinematography, Best Visual Effects, dan Best Original Score.
"Life of Pi" mengisahkan perjalanan sosok pemuda India bernama Pi Patel. Setelah kapal keluarganya tenggelam di tengah samudera, Pi terdampar di sebuah sekoci bersama dengan beberapa hewan peliharaannya, termasuk seekor Harimau Bengal bernama Richard Parker. Bersama dengan harimau itu, Pi harus bertahan hidup di tengah lautan yang luas dan ganas.
Selama perjalanan yang panjang dan penuh tantangan, Pi menghadapi berbagai cobaan, mulai dari badai dahsyat hingga kekurangan makanan dan air. Namun, di tengah keputusasaan dan ketakutan, Pi menemukan kekuatan dalam keyakinannya akan Tuhan dan keajaiban alam yang mengelilinginya. Hubungan antara Pi dan Richard Parker pun berubah dari ketakutan menjadi saling bergantung satu sama lain untuk bertahan hidup.
Ulasan:
Kemenangannya pada ajang Oscar memang bukan tanpa sebab. Aku yang nggak berharap lebih kala pertama kali nonton pun, berubah jadi ketagihan, sampai-sampai nonton ulang sudah belasan kali. Dan aku akan mengulik beberapa hal yang kutangkap sepanjang nonton filmnya.
"Life of Pi" menurutku, kisahnya kaya akan lapisan makna dan dapat diinterpretasikan dalam sudut pandang yang berbeda-beda. Bahkan, esensi dari kisahnya jauh lebih dalam ketimbang sekadar kisah tentang survival.
Secara spesifik, film ini menggabungkan unsur-unsur agama, spiritualitas, dan survival dalam satu narasi yang menggugah pikiran penonton. Sebagai contoh, Pi Patel memiliki keyakinan yang kuat dalam berbagai agama yang dipelajari, termasuk Hinduisme, Kekristenan, bahkan Islam. Ketika dia berada dalam situasi putus asa di tengah lautan, keyakinannya menjadi landasan baginya bertahan hidup. Scene ini tampaknya berkaitan dengan’ tema tentang keyakinan spiritual yang kuat dalam menghadapi cobaan hidup’.
Menilik unsur survival sepanjang durasi terasa sangat kuat, yang tercermin pada usaha Pi berjuang bertahan hidup di tengah lautan ganas, dengan satu-satunya teman sesosok harimau. Keterampilan bertahan hidup Pi diuji secara ekstrim, dan penonton disuguhkan dengan adegan-adegan yang mendebarkan bahkan memicu adrenalin.
Seperti kataku, lapisan makna filmnya dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, dan setiap interpretasi memiliki validitasnya sendiri. Kayaknya, banyak penonton yang ‘mungkin’ melihatnya sebagai sebuah kisah tentang agama dan bagaimana ‘keyakinan dapat menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi cobaan hidup’. Sedangkan kemungkinan penonton lain (termasuk aku), melihatnya sebagai refleksi tentang keajaiban alam dan hubungan antara manusia, hewan, dan alam semesta.
Kalaupun aku harus menelisik aspek lainnya lagi, bagiku "Life of Pi" film yang luar biasa dalam berbagai aspek produksi film. Dari segi sinematografi, film ini memiliki pengambilan gambar yang memukau dengan pemandangan visual yang menakjubkan. Setiap adegan dipresentasikan dengan indah, sehingga menciptakan pemandangan visual luar biasa, terutama beberapa scene yang melibatkan Pi di tengah lautan, sumpah cantik tapi juga ngeri.
Efek visual pokoknya mengesankan banget. Penggambaran Harimau Bengal, dan adegan-adegan laut yang spektakuler terasa sangat nyata. Bahkan Tata musik yang disusun oleh Mychael Danna juga mengukuhkan atmosfer film ini. Dan di balik layar, Ang Lee dengan visi yang luar biasa, berhasil menghadirkan tontonan yang memikat dan memanjakan mata penonton.
Meskipun begitu, jujur saja, setengah jam pertama, pacing kisah "Life of Pi" terasa lambat atau terlalu panjang. Namun, "Life of Pi" tetap menjadi pencapaian yang mengesankan, dengan kisahnya yang kompleks dan menawarkan berbagai tema mendalam sekaligus merangsang pemikiran.
Dengan perpaduan yang halus antara elemen agama, spiritualitas, survival, dan keajaiban alamnya, film ini menawarkan pengalaman nonton yang memuaskan. Skor dariku: 9/10.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Review Film Menjelang Magrib 2, Nggak Ada Alasan Buat Dilanjutkan!
-
Kala Film The Conjuring: Last Rites, Mengemas Lebih Dalam Arti Kehilangan
-
Kala Romansa Musikal Melenggang di Busan International Film Festival
-
Panji Tengkorak: Ambisi Besar yang Tenggelam di Tengah Keadaan
-
Saat Demokrasi Politik Jadi Teater Pencitraan
Artikel Terkait
-
Sehari di Belakang Layar Sinema, Mendekatkan Masyarakat dengan Dunia Film Tanah Air
-
Digelar di Amerika, Aulia Sarah Gemetar Hadir di Gala Premier Film Badarawuhi di Desa Penari
-
Sinopsis Possession: Kerasukan, Remake Film Horor Prancis yang Menebar Ketakutan
-
'My Precious' Episode 2: Ribut Terus, Nanon dan Film bak Kucing dan Anjing
-
Dev Patel Sempat Alami Patah Tulang saat Syuting Film 'Monkey Man'
Ulasan
-
Ulasan Novel Tanah Para Bandit: Ketika Hukum Tak Lagi Memihak Kebenaran
-
5 Drama Korea Psikologis Thriller Tayang di Netflix, Terbaru Queen Mantis
-
Review Film Menjelang Magrib 2, Nggak Ada Alasan Buat Dilanjutkan!
-
Kala Film The Conjuring: Last Rites, Mengemas Lebih Dalam Arti Kehilangan
-
Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Seri Horor yang Menyeramkan!
Terkini
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
-
Adrian Wibowo Jadi Aset Berharga Timnas Indonesia, Patrick Kluivert Setuju?
-
Waktu Rujuk Hampir Habis! Jumat Minggu Depan Pratama Arhan Harus Ikrar Talak ke Azizah Salsha
-
Inside Out oleh Day6: Pengakuan Cinta yang Tak Bisa Lagi Ditunda
-
Shotty oleh Hyolyn: Melepaskan Diri dari Seseorang yang Tak Menghargaimu